Bab26||Takdir Dan Jodoh

378 64 9
                                    

Pernah aku membayangkan hari-hariku hanya akan bersamamu. Tapi, siapa yang akan tahu, jika sampai kini kita masih sama-sama jauh. Sebab, nasib dan takdir bukan sebuah rencana. Aku dan kamu hanya bisa saling berusaha dan berdo'a.

...

Sepertinya semesta mengerti keadaanku. Mobil yang melaju kencang, gemuruh petir yang keras, dan derasnya hujan yang menemani suasana hatiku.

Aku memakirkan mobilku. Aku berjalan tanpa arah. Aku rapuh, mata yang sudah memerah, badan yang sudah menggigil kedinginan, dan kaki yang sudah tidak sanggup lagi melangkah.

Aku terduduk lemas di sebuah taman. Hening, sepi, aku hanya di temani tetesan hujan, dan gemuruh petir.

"Sesakit inikah yang namanya ketulusan cinta?"

Aku berteriak meluapkan semua rasa sakit.
Baru kali ini aku merasa serapuh ini dalam perihal cinta. Dulu aku hanya menerima, tanpa tahu tulusnya mencintai itu seperti apa.

Sulit memang, tapi itulah definisi cinta "Mengikhlaskan adalah cara terakhir untuk harapan yang tidak akan pernah terwujudkan".

Aku tak merasakan lagi guyuran hujan, padahal hujan masih deras.
Dengan bibir yang gemetar, dan badan yang sudah mulai melemas aku mendongakan kepala, perlahan.

"Do-doni?" Lirihku pelan

"Berdiri Bil!"

"Ta--"

"Jangan siksa dirimu sendiri,"

Akupun berdiri dan berjalan menuju bangku taman, aku duduk begitupun Doni duduk di sebelahku dengan menjaga jarak. Tapi, tangannya yang sedang memegang payung tetap setia memayungi diriku.

"Kamu kok--"

"Aku ngikutin kamu pas aku ngeliat kamu keluar dari rumah Aisyah," Potong Doni

"Jadi kamu--"

"Iya, aku juga ada di acara itu Ghifar yang ngundang aku," Potong Doni lagi

"Kenapa kamu begitu peduli sama aku?" Tanya ku dengan bibir yang gemetar

"Anggap saja aku seperti hujan. Yang akan selalu ada di langit tanpa kamu sadari, lalu menunggu waktu yang tepat untuk jatuh padamu." Jelasnya

"Ma-maksud ka-kamu a-apa?"

"Jangan memaksakan untuk bicara dulu!"

"Tapi kamu kehujanan Don, kenapa payungnya hanya di arahkan padaku,"

"Biar aku bisa merasakan sakitmu saat ini," Lirihnya

"Andai perasaan bisa memilih. Mungkin aku akan menjantuhkannya padamu, agar aku tak merasakan perihnya mencintai sendirian," Batinku pedih

"Makasih ya Don," Lirihku getir

"Aku senang bisa ada di saat kamu butuh, sekarang kita pulang ya,"

"Aku--"

"Kamu harus istirahat!" Potongnya

Aku hanya mengangguk pasrah.

Hijrah Cinta Menuju Cahaya(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang