Bab 1

289 71 105
                                    

  Terik menyengat tak mampu hentikan semangat dari seorang gadis yang asyik latihan beladiri. Pelatihnya sudah letih akibat tiga jam tanpa henti berdiri di bawah paparan matahari. Suhu yang diperkirakan lebih dari tiga puluh tujuh derajat, nyatanya tidak membuat sedikitpun niat untuk menyudahi latihan kali ini.

  "Sudah, non. Saya tidak betah lagi. Kulit saya semakin rusak nanti," keluh sang pelatih.

  Perempuan dengan wajah lonjong dan rambut lurus tetap menggeleng untuk kesekian kalinya. Menatap sengit sang pelatih, tidak tampak adanya kedamaian setelah ini.

  "Saya ingin berlatih, berlatih, dan berlatih. Lupakan semua hal!" tegas perempuan ini sangat keras kepala.

  Menghela napas kasar. "Nanti malam, saya mau kencan, non! Kita sudah mulai sejak pukul sebelas tepat. Sekarang sudah pukul satu lewat lima belas, non. Apakah non Sqarr lupa, jika ada janji dengan sahabat non pukul dua, lho!" cerocos sang pelatih, geram dengan sifat keras kepala anak didiknya.

  Perempuan ini mengernyit, matanya membelalak seusai ingat suatu hal. "Oh my God! Oke, besok pukul sepuluh tepat harus siap!"

  "Please, jangan terlalu siang, non. Saya sudah perawatan ke sana ke mari 'kan jadi sia-sia, non! Pukul tujuh, deal?" tawar sang pelatih.

  Sqarr bersedekap. "Saya tidak mau tahu. Pukul lima hingga sebelas harus bisa luangkan waktu untuk latihan!" ketus Sqarr–perempuan keras kepala–dengan menyipitkan matanya.

  "Six hours?! You're crazy! It's a joke, right?" keluh sang pelatih.

  "I don't care anymore!" tandas Sqarr mengakhiri sedikit percekcokan diantara mereka.

  Gadis egois tapi berwajah manis. Pemarah dan keras kepala namun bisa berlaku ramah-tamah. Sudah tahu namanya, bukan? Yap, kalau mau lebih mengenal, harus siap lahir batin apabila mendapatkan paket kacang super lengkap. Karena perempuan ini tidak bisa berbuat ramah untuk orang-orang yang baru ditemuinya. Jaselynn Sqarr, nama yang indah, bukan?

  Ada yang sangat suka cokelat Almond? Lebih baik jangan perlihatkan di hadapan Sqarr, atau siap-siap sampai rumah hanya meninggalkan nama yang terpahat pada nisan.

  Jangan tatap matanya bila tidak ingin jatuh pada pesonanya. Tampak kuat di luar belum tentu di dalam. Bila dibandingkan dengan kapas, Sqarr lebih rapuh. Namun, bila dibandingkan permata. Dia lebih berharga, asalkan tahu titik mengkilapnya.

***

  “Do you wanna die?” tanya Sqarr menatap dua pemuda yang menahan tubuh seorang anak didik Sqarr.

  "Want to kill me? You can try it!" tantang seorang pemuda bertindik tiga di telinga kanannya.

  Sqarr menyeringai, semakin ditantang maka peruntungan menang semakin besar. “One by one, if you're not cowards!” timpal Sqarr dengan mengikat rambutnya santai.

  "If i won, i'll sell this little girl and you give me lots of dollars!" tawar seorang pemuda berambut gondrong.

  "And if i won, you'll die in here."

  Sqarr mengambil ancang-ancang sebelum meninju dagu pemuda bertindik. Satu poin karena Sqarr mencuri start sehingga lawan tidak bisa memprediksi pergerakannya. Meringis, rahangnya seakan remuk dan ngilu.

  “Dammit! Take care of this little girl, use a knife!” tandas pemuda rambut gondrong dengan emosi di ubun-ubun.

  Sqarr bersorak dalam hati. Semakin emosi, pergerakan lawan bisa ia prediksi. Beladiri bukan hanya unjuk bakat dan sok-sokan. Akan tetapi, lebih pada manipulasi dari rasa emosi. Ketenangan dan teliti, kunci menaklukkan lawan yang sekiranya tidak sebanding.

I am (not) okay [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang