Bab 9

77 47 44
                                        

Hening. Tidak ada percakapan dalam mobil. Sidqi fokus menatap layar ponselnya. Mendiamkan Sqarr karena alasan tersembunyi. Seorang pemuda yang menyetir tampak ingin sekali membuka obrolan. Berkali-kali membuka mulut, tapi kembali mengatupkannya.

"Bagaimana perjalanan kalian?" Final, ia tidak tahan lagi dengan suasana mencekam ini.

"Cukup melelahkan." Sidqi menutup ponselnya dan kembali menimpali, "Aku tidak tahu, kapan kamu minum-minuman beralkohol?"

"Oh, come on! Menyentuhnya saja bahkan tidak terlintas di pikiran. Lagi pula, jika ada yang menawarkan sekalipun aku tetap tidak mau. Penyakit liver yang aku derita bukan karena alkohol."

Sidqi terkekeh. "Iya juga, mana mungkin Ardi suka yang beralkohol?"

Pemuda yang disebut Ardi pun menyunggingkan senyumnya. Akhirnya, kutub dalam mobil ini mencair. "By the way, siapa dia?" tanya Ardi melirik sekilas perempuan yang berada di samping Sidqi.

"Kepo," timpal Sidqi dengan bergurau. "Bagaimana operasimu?"

Mengedikkan bahu. Ardi dengan santai menjawab, "Ya begitulah."

"Bagaimana kabar 'dia'? Aku harap, kamu berhasil membahagiakannya."

Terdiam. Ardi enggan menjawab dan kembali fokus pada jalanan yang mulai ramai. Sidqi tahu, Ardi masih seperti dulu yang lebih mementingkan persahabatan dibandingkan percintaan. Bahkan, ia tidak akan menjalin hubungan apabila salah satu sahabatnya terdapat ketertarikan pada perempuan yang sama dengannya.

"Aku dengar, 'dia' sudah menerbitkan novel Like Or Love. Mungkinkah berita itu salah?" tanya Sidqi memancing jawaban.

"Kalian membicarakan siapa?" Sqarr merasa geram karena mereka seolah menyembunyikan sesuatu.

"Namanya Misaqal Mifah. 'Dia' sudah menerbitkan novel itu. Semua alur cerita di dalamnya tersemat berbagai pengalaman, sembilan puluh persen tentang kehidupannya. Aku tahu, kamu masih mengharapkannya," papar Ardi dengan tersenyum.

Tertawa kecil, Sidqi berusaha menutupi suatu hal. "Aku juga tahu, kamu telah mencintainya dari awal bertemu. Jangan lepaskan dia, sekalipun takdir yang tega merenggut restu untuk kalian."

Menghela napas panjang. Ardi merasa sesak. Tidak begitu mudah ia mengakui rasanya, apalagi ketika ingin maju pada hubungannya dengan Mifah. "Mungkin, sekarang kalian mau mampir dahulu?" Ardi mengalihkan topik utama.

Sqarr mengernyit bingung. "Besok memangnya ada apa?"

***

"Aku pergi dulu, ya. Di rumah lagi nggak ada orang. Nanti kamu akrabkan dahulu sama keluargaku. Aku akan balik ke sini secepatnya," pamit Sidqi dengan sebuah tekad hingga tega menurunkan Sqarr yang mengangkut satu kardus novel Like Or Love.

Sqarr hanya mengangguk untuk merespon kepergian Sidqi menemui wanita pujaannya. Bagai ditikam pedang secara perlahan, teramat sakit.

Susah payah Sqarr memindahkan satu kardus dari halaman rumah menuju depan pintu. Balik lagi untuk menggeret koper Sidqi dan miliknya. Untuk yang terakhir, Sqarr kembali berbalik dan mengangkat dua kardus sekaligus yang berisi beberapa camilan renyah.

***

"Welcome Sidqi!" seru keluarga Sidqi saat pintu terbuka.

Tersenyum kikuk. Bukan Sidqi yang membuka pintu, tapi Sqarr. Keluarga Sidqi saling melempar pandangan. Penyambutannya gagal, tapi tetap saja mengurangi asap.

I am (not) okay [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang