Tring!
Bel di toko bunga seolah menyambut kedatangan pemuda dengan jas cokelat yang membalut tubuhnya. Ia tidak melihat dan memilah bunga-bunga cantik maupun beraroma wangi tengah saling berlomba memikatnya. Tujuan kaki pemuda ini mencapai kasir dan menanyakan suatu hal.
“I fiori che ho ordinato sono pronti?” tanya pemuda menggunakan bahasa Italia dengan tersenyum ramah.
“Signor Sidqi Caspra, eh? Lascia che ti accompagni al tuo ordine.” Seorang wanita muda bermata kecokelatan yang diperkirakan usia dua puluhan membalas senyuman beserta mengantar pemuda tersebut pada rak bunga yang berada di pojokan ruangan.
Terdapat rak bunga yang terbuat dari kayu jati. Bunga-bunga di hadapan mereka sudah dilapisi plastik dan pin nama tiap pemesannya. Wanita tersebut mengambil buket bunga mawar hitam atas nama Sidqi Caspra dan memberikannya dengan senang hati.
Sidqi pun menyerahkan dua lembar uang setelah menerima buket bunga tersebut. Sidqi bergegas keluar toko bunga dan memasuki kedai di sebelahnya. Ia menghampiri Sqarr yang masih menghabiskan choco Almond ice di hadapannya.
“Kamu dari mana?” tanya Sqarr masih sibuk memperhatikan choco Almond ice pada gelasnya yang hampir tandas tak bersisa.
Sidqi tersenyum dan duduk pada kursi di depan Sqarr. Ia meletakkan buket bunga di atas meja dan mengeluarkan sapu tangan pada saku jasnya.
“Mau nambah lagi?” tawar Sidqi sembari mengusap sudut bibir beserta pipi Sqarr yang belepotan.
Sqarr mengerjapkan mata, ia menelan ludah susah payah. Jantungnya tidak tahan dengan perlakuan Sidqi yang tiba-tiba.
“Iya,” jawab Sqarr dengan menggelengkan kepala.
Sidqi terkekeh kecil dan mengangkat tangannya pada pramusaji. “Choco Almond ice two, sì,” ujarnya setelah pramusaji menghampiri mereka.
“Bene. Apetta un minuto.”
Sqarr cemberut tidak suka karena pramusaji itu tersenyum hanya pada Sidqi. Gadis remaja yang diperkirakan berusia belasan, sepertinya dia kerja paruh waktu. Pramusaji itu bahkan belum beranjak pergi ketika temannya berulangkali memanggil.
“Huana, come here quickly!” geram seorang pemuda dengan menarik paksa gadis itu.
“Non voglio!” bantahnya sambil memonyongkan bibir dan bersedekap angkuh.
Sqarr mengepalkan tangan, gadis yang bernama Huana benar-benar mengusik sisi negatif Sqarr. Amarahnya sudah di ubun-ubun. Ia menatap Huana dengan sengit ketika keduanya saling beradu tatap.
“L'anello è carino, eh?” Sidqi meraih tangan kanan Sqarr dan mengecupnya dengan tempo lambat.
SAVAGE!
Huana membulatkan mata dengan mulut yang menganga. Sqarr tersenyum malu-malu, amarahnya raib begitu saja. Pemuda yang bername-tag Weiro pun mengangguk sopan dan menyeret Huana sebelum melontarkan kata lainnya.
“Kamu belajar dari mana?” cicit Sqarr malu-malu kucing menatap Sidqi.
Sidqi terkekeh. “Dari hati. Sejak aku mengatakan belajar mencintaimu, aku selalu mengikuti tuntunan hati. Seperti kamu yang keras kepala dalam mencintai, aku yang akan berusaha meredamnya dengan kelembutan hati.”
Sqarr tersenyum dan mengangguk paham. “Apakah ... bunga itu untukku?”
“Maaf, tapi bukan. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I am (not) okay [Tamat]
Teen Fiction"Kode Almond satu!" titah Sqarr pada beberapa pria berbadan besar di seberang telepon. Sqarr memberi nama Kode Almond satu, karena perintahnya harus diutamakan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Dua pemuda yang mencari ulah tadi sudah terkapar bers...