Ting!
Sebuah notifikasi menghidupkan layar ponsel milik Sqarr. Si empunya masih fokus melihat layar televisi zaman dahulu—karena ia pun pecinta barang antik yang masih bisa dipakai—sembari menikmati semangkuk cokelat Almond.
Ting!
Ting!
Chat beruntun membuat Sqarr menoleh pada layar ponselnya. Terkejut, ia mendapat satu video masuk dari Jason dan dua chat dari Sidqi.
Setelah membuka video yang dikirim oleh Jason, Sqarr membalasnya dengan pertanyaan, "Mau kemana?" Namun, Jason tak kunjung membalasnya hingga di menit ke–tiga.
"Sudahlah, whatever!" geramnya beralih pada chat Sidqi.
"Non, ada Tuan muda Sidqi di ruang tamu."
Sqarr terkejut, ia terburu-buru masuk walk in closed dan menata penampilannya. Memang cinta bisa seampuh itu dalam mengubah pribadi seseorang. Yang tadinya memakai hot pants dan t-shirt, kini menjadi white dress selutut.
***
Ting!
Sebuah notifikasi WhatsApp dari ponsel Sidqi membuat Sqarr mengernyit tidak suka. Membuka isi chat, nomor dari Indonesia ternyata. Sidqi masih sibuk mengantre untuk membelikan Almond choco cake di kedai pinggir jalan—sesuai permintaan Sqarr.
"Sidqi punya wanita pujaan?" gumam Sqarr dengan mengepalkan tangan.
Tersenyum miring, Sqarr menghapus pesan dan memblokir nomor tersebut. "Siapapun wanita itu, aku akan menghentikan komunikasi diantara mereka!" Mutlak sudah keinginan Sqarr. Keras kepala dan posesif memang sudah tabiat Sqarr apabila menyukai suatu hal.
"Hei, ada apa? Senyum-senyum sendiri," tutur Sidqi membawa dua loyang Almond choco cake dan dua milkshake cappucino ice.
Sqarr menggeleng dan tersenyum, ia segera menepikan ponsel. "Boleh tahu sesuatu, nggak?" pinta Sqarr memulai interogasi.
Mengangguk, Sidqi berdeham. "What's that?"
"Pasti pernah mengalami first love, 'kan? Ceritakan padaku, boleh tidak?" timpal Sqarr menampilkan senyum termanisnya.
"Uhuk! Uhuk!" Sidqi tersedak dan segera menyeruput milkshake cappucino ice hingga tandas.
Sqarr mengangguk, sepertinya ia tahu jika permintaannya terlalu sensitif untuk Sidqi. Namun, bagaimana lagi? Sisi keras kepalanya menuntut jawaban. Sidqi menarik napas dan menghela perlahan. Ia menatap Sqarr begitu dalam, terpancar sebuah kerinduan entah pada siapa.
"Namanya ... ehm, sebaiknya kamu tidak perlu tahu siapa namanya. Akan aku ceritakan sedikit tentang awal mula aku menyukai 'dia'. Di Italia, hanya Jason dan kamu yang mengetahui cerita mengenai 'dia'. Aku harap, kamu bisa jaga rahasia ini."
Hati Sqarr sedikit berdenyut nyeri, tapi inilah konsekuensinya ketika menanyakan hal tersebut. Sqarr mengangguk dan tersenyum kecut. Sidqi mengangkat tangan pada pramusaji, ia kembali memesan milkshake cappucino ice. Seusai pramusaji pergi, Sidqi memejamkan mata seolah-olah menahan dan memendam sebuah rasa.
"Aku tahu kamu menyukaiku. Selalu nyaman bila di dekatku. Juga ingin terus denganku. Right?" Pertanyaan Sidqi lebih pantas disebut sebagai pernyataan.
Suhu tubuh Sqarr seketika memanas. Ia mengangguk patah-patah dengan tangan mulai gemetar.
"Apa yang akan kamu harapkan dari ceritaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I am (not) okay [Tamat]
Teen Fiction"Kode Almond satu!" titah Sqarr pada beberapa pria berbadan besar di seberang telepon. Sqarr memberi nama Kode Almond satu, karena perintahnya harus diutamakan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Dua pemuda yang mencari ulah tadi sudah terkapar bers...