Part 17

8.9K 464 12
                                    



    Siang ini aku berdiri sambil menatap hujan yang amat deras dari jendela, sambil membayangkan nasibku kedepannya, dari awal bukan pernikahan seperti ini yang kuharapkan, aku ingin bahagia seperti perempuan-perempuan lain diluar sana, tapi kita sebagai manusia memang hanya bisa berharap sementara takdir telah ditentukan oleh Allah Subahanahu wata'ala.

       Entahlah ada apa dengan kak Afnan, biasanya dia tidak ingin sarapan, tapi tadi pagi dia tumben-tumbenan mau sarapan. Kak Afnan seperti Bunglon yang suka sekali berubah-ubah.

"Assalamualaikum Non," ucap Bi Mina yang sedikit mengagetkanku

"Wa'alaikumsalam Bi. Kenapa Bi?" Tanyaku

"Ini non, bibi buat pisang goreng sama teh hangat enak banget disantap pas hujan-hujan gini," ucap Bi Mina sambil menunjukkan nampan berisi sepiring pisang goreng dan 2 gelas teh hangat.

"Wah keliatannya enak banget Bi," ucapku antusias.

****

    Aku dan Bi Mina saat ini sudah berada diruang keluarga, sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Bi Mina yang sangat pas disantap disaat hujan seperti ini.

"Bi, pak Asep udah dibawain teh sama ini belum?" Tanyaku sambil menunjukkan pisang goreng yang kupegang.

"Asepnya ambil sendiri tadi didapur non," ucap Bi Mina

"Ohh iya non Hana semalam kenapa?" tanya Bi Mina yang membuatku heran.

"Kenapa gimana Bi?" tanyaku

"Itu loh tadi malam Bibi lihat non Hana diangkat ala brydal style gitu sama den Afnan," ucap Bi Mina yang membuatku malu.

"Oh kayaknya aku semalam ketiduran deh digazebo jadinya kak Afnan yang angkat aku masuk kedalam rumah sampai kamar," ucapku.

"Bukannya Bibi kepo ya non, tapi akhir-akhir ini Bibi lihat sikap den Afnan sama non Hana itu dingin banget, mana kemarin bawa perempuan lain lagi kerumah, Bibi kasian gitu lihat non Hana kayak gini mana non Hana lagi hamil lagi," ucap Bi Mina  yang memang benar adanya aku tak bisa menyangkal sikap kak Afnan memang dingin kepadaku.

"Nggak papa kok Bi, emang dari dulu kak Afnan kan emang cuek," ucapku yang menampilkan senyum yang bisa diartikan senyum palsu.

      Kamipun lanjut mengobrol hingga suara seseorang menyebut salam membuat kami menghentikan obrolan kami.

"Kak Gibran,"

Ya yang mengucap salam itu adalah kakak sepupuku, kak Gibran.

"Kok salamku nggak dijawab sih," ucap kak Gibran yang kubalas dengan cengiran khasku.

"Wa'alaikumsalam kak, duduk kak," ucapku sambil mempersilahkan kak Gibran untuk duduk.

"Bibi bikinin den Gibran minuman dulu ya non," ucap Bi Mina yang kuangguki.

     Bi Mina pun kedapur untuk membuatkan kak Gibran minuman dan tak berselang lama Bi Mina kembali dengan membawa nampan yang berisi teh hangat yang sangat pas diminum saat ini karena memang diluar masih hujan.

"Makasih Bi," ucap kak Gibran

   Dan Bi Mina pun kembali kedapur hingga saat ini hanya aku dan kak Gibran.

"Tumben kak Gibran kesini?" ucapku

"Emangnya nggak boleh datang kerumah sepupu sendiri?" ucap kak Gibran

"Bukan gitu maksud aku kak," ucapku jengah

"Cuma mau pamit doang," ucap kak Gibran

"Emangnya kak Gibran mau kemana?" tanyaku penasaran.

CEO Dingin Dan Wanita Bercadar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang