AFNAN POVAku terbangun dan aku merasakan kepalaku sangat sakit kuambil handphone ku dinakas dan melihat jam yang saat ini masih pukul 03:27, kutaruh kembali handphone dan kulirik Hana yang masih terlelap dalam tidurnya, mungkin dia sangat lelah karena kejadian semalam, kulihat juga matanya yang sembab akibat menangis semalam, aku jadi merasa bersalah karena memintanya dalam keadaan terpaksa akibat efek dari obat itu yang membuatku tak bisa menahannya, sungguh semalam aku sadar saat melakukannya kepada Hana, walaupun begitu aku juga sangat senang karena akulah orang yang pertama melakukannya kepada Hana, istriku ini memang terjaga, tunggu-tunggu ada apa denganku ini? Tidak mungkin kan kalau aku mencintai wanita ini? Ahh sudahlah aku pusing memikirkannya.
Akupun mengambil pakaianku dan kembali memakainya.Kulihat Hana bergerak dan membuka matanya perlahan.
"Kamu udah bangun?" ucapku
"Iy-iya ka-kak," ucapnya yang seperti sedang gugup dan wajah yang sudah bersemu merah.
"jam berapa sekarang kak," tanyanya
"Jam tiga lewat," jawabku
"Apa?" ucapnya kaget
"Kenapa?" tanyaku
"Aku mau sholat tahajjud dulu kak," ucapnya yang ingin beranjak dari tempat tidur dengan memakai selimut untuk menutupi tubuhnya, sebelum itu aku langsung menarik pergelangan tangannya.
"Masih sakit," ucapku yang menatapnya dalam
"Sa-sakit? Ohh iya kak tangan aku lagi sakit nih tolong lepasin dulu genggamannya," ucapnya polos
"Bukan itu, tapi itu," ucapku yang seperti orang bodoh
"Itu?," ucapnya yang bingung dengan perkataanku, kulihat dia tiba-tiba menunduk dengan wajah yang sudah bersemu merah kemudian dia mengangguk, mungkin dia telah mengerti dengan maksud dari perkataanku.
"Yaudah, kamu nggak usah sholat tahajjud dulu ya," ucapku
"Tapi ---,"
"Nggak ada tapi-tapian, ingat nggak baik membangkan perintah dari suami, kamu tidur aja dulu, kalau udah masuk waktu subuh aku bangunin," ucapku yang masih menatapnya dimana wajahnya kini sangat memerah.
"Iy-iya kak," ucapnya yang kembali membaringkan badannya
"untuk malam ini aja aku larang kamu Sholat tahajjud besok nggak lagi kok," ucapku yang juga ikut membaringkan badanku.
🍁🍁🍁🍁🍁
Hana Pov
Tak terasa hari ini adalah hari terakhirku menginap di Bali, besok siang aku akan kembali ke Jakarta. Jujur aku masih sangat malu mengingat kejadian semalam dimana aku harus memberikan sesuatu yang telah kujaga selama 22 tahun kepada kak Afnan suamiku. Berbicara soal kak Afnan, pagi tadi aku melihat dia sudah keluar dari kamar, aku tak tahu kemana kak Afnan pergi.
Tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamar terbuka ternyata itu adalah kak Afnan, aku melihat kak Afnan memegang sesuatu ditangan kanannya, dan langsung memberikannya kepadaku.
"Ini apa kak?" ucapku bingung
"Obat," jawab kak Afnan singkat
"Iya, aku tahu ini obat, tapi untuk apa?" ucapku yang masih dipenuhi kebingungan
"Masih sakitkan?" ucap kak Afnan yang membuatku kaget dan mungkin saat ini pipiku sudah memerah akibat malu, mengapa kak Afnan selalu saja bertanya hal itu kepadaku, dia tak tahu apa itu bisa membuatku malu. Aku menundukkan pandanganku agar kak Afnan tak melihat pipiku yang sudah merah ini, aku juga berusaha menormalkan degup jantungku ini.
"Se-sedikit kak," ucapku malu
"Yaudah, itu obat pereda nyeri kamu minum dulu supaya sakitnya reda," ucap kak Afnan
"Iy-iya kak," ucapku yang masih gugup
"Nanti siang selesai sholat dhuhur kita keluar untuk beli oleh-oleh buat keluarga di Jakarta, soalnya besok nggak ada waktu," ucap kak Afnan yang langsung pergi kekamar mandi.
🍀🍀🍀🍀
Saat ini aku dan kak Afnan berada di sebuah restaurant untuk makan siang. Kami tadi sudah membeli oleh-oleh untuk keluarga dan disinilah kami sekarang. Tak berselang lama makanan yang kami pesan sudah tertata rapi dimeja, setelah mengucapkan bismillah dan do'a makan aku dan kak Afnan pun menyantap makanan itu. Jika kalian berkata 'Apakah tidak menyulitkan jika makan saat mengenakan cadar?' Maka jawabanku adalah tidak, memang saat pertama mengenakan cadar pada saat aku makan itu memang sulit kadang belepotan tapi Alhamdulillah sekarang tidak lagi karena aku sudah terbiasa melakukannya.
Selesai makan dan membayar makanan aku dan kak Afnan keluar dari restaurant itu dan kembali ke Hotel.
"Hmmm, kak," ucapku membuka percakapan karena dari tadi kami hanya saling dia didalam mobil.
"Iya, kenapa?" ucap kak Afnan yang melirikku sekilas lalu kembali fokus mengemudikan mobilnya.
"Anu kak, itu, aku boleh na-nanya nggak," ucap ku gugup.
"Hmmm," hanya dehemanlah yang keluar dari mulut kak Afnan.
"Ta-tadi malam kak A-Afnan ma-mabuk?" ucapku gugup sekaligus takut, kulihat kak Afnan melirikku sekilas dan dia pun langsung menepikan mobilnya ditepi jalan yang sepi hanya ada beberapa mobil dan motor yang melaju. Saat ini aku sangat takut apalagi melihat kak Afnan yang terus menatapku.
"Ka-kak----,"
"Jadi dari tadi kamu nggak pakai sabuk pengaman?" ucap kak Afnan memotong ucapanku yang langsung membuatku kaget.
"A-aku lupa kak," ucapku terdengar seperti lirihan.
Tiba-tiba kak Afnan mendekat kearahku dan memasangkanku sabuk pengaman, sungguh saat ini aku sangat gugup, apalagi wajah kak Afnan dan wajahku sangat dekat, semoga saja kak Afnan tidak mendengar suara degupan jantungku yang tak beraturan ini.
"Lain kali jangan lupa," ucap kak Afnan setelah selesai memasangkanku sabuk pengaman.
"Iy-iya kak," ucapku yang masih gugup.
"Semalam aku memang minum, tapi aku nggak mabuk kok, hmm dan maaf juga karena semalam aku ngelakuin 'itu' kekamu, itu semua karena obat perangsang itu, yang buat aku nggak bisa nahan hasrat aku," ucap kak Afnan
"Iy-iya kak, ngapain juga kakak minta maaf itu semua sudah menjadi hak kakak kok, lagian aku ini istri kakak, jadi kakak berhak atas diri aku ini, selama itu masih dijalan yang benar aku ridho kok," ucapku, jujur aku juga sedih karena kak Afnan mengambil haknya disaat dia dalam pengaruh obat perangsang, tapi tak apalah kini aku sudah menjadi milik kak Afnan sepenuhnya.
"Hana, kamu itu perempuan yang baik seharusnya kamu itu bersanding dengan laki-laki yang baik yang bisa buat kamu bahagia, bukan dengan laki-laki seperti aku yang awal pernikahan udah buat kamu nangis," ucap kak Afnan yang membuatku bingung, jujur aku sudah sangat jarang melihat wajah dingin kak Afnan, entah mengapa sikap kak Afnan jadi berubah seperti ini.
"Nggak ada kata 'seharusnya' kak, kakak adalah laki-laki yang telah Allah tetapkan menjadi suami aku, kakak itu baik buktinya kakak nggak pernah main tangan, cuma sikap kakak yang dingin dan kata-kata yang kakak keluarin dari mulut kakak itu pedas banget," ucapku, aku tak tahu dari mana aku mendapatkan keberanian hingga bisa berbicara seperti itu.
Kulihat kak Afnan hanya menganggukkan kepalanya dan kembali melajukan mobilnya.
*Sampai sini dulu ya, maaf kalau partnya pendek dan nggak nyambung menurut kalian:)*Jangan lupa kritikannya
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Dingin Dan Wanita Bercadar
RomanceWarning ⚠ TYPO Bertebaran Update Seminggu sekali 🖤 Hanasya Qhumairah adalah perempuan berusia 22 tahun, yang memiliki sifat penyabar dan dia selalu tampil dengan hijab lebar serta cadar yang menutupi sebagian wajahnya. Afnan Al Furqon adalah seora...