part 5

11.4K 556 14
                                    

Pov Afnan

"Saya terima nikahnya Hanasya Qhumairah Zahra binti Surya Abdurahman dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucapku mengucap ijab kabul itu dengan mantap.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu

"Sah!,"

Ya hari ini adalah hari pernikahanku, lebih tepatnya pernikahan yang telah direncanakan oleh orangtuaku, aku sama sekali tidak menginginkannya tapi aku tak mau membuat mereka sedih, jadi terpaksa aku harus menikahi perempuan yang tak kukenal sama sekali, akupun juga tak tahu bagaimana rupa perempuan itu karena waktu lamaran aku keluar kota untuk urusan bisnis, kata mama dia itu bercadar, mama sempat ingin memperlihatkan foto Perempuan itu sebelumnya tapi aku menolaknya, sungguh aku sangat muak dengan pernikahan ini karenanya semua rencana yang pernah kususun untuk menikahi Cindy pacarku hancur, hubunganku dengan Cindy memang tak direstui oleh orangtuaku karena mereka tak menyukai penampilan Cindy yang seksi, mereka ingin aku menikah dengan Perempuan yang pandai untuk menutup auratnya, jadilah mereka menjodohkanku dengan anak temannya sekaligus rekan bisnis.

Selesai mengucap ijab kabul, aku dipersilahkan untuk menjemput perempuan yang sudah resmi menjadi istriku itu dikamarnya, akupun langsung bergegas kekamar perempuan itu dilantai dua rumah ini.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapku setelah sampai dipintu kamar Perempuan itu.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh," ucap seorang Perempuan saat pintu kamar itu terbuka, kulihat dia mengenakan gaun putih beserta hijab dan cadarnya kuyakin dia pasti Perempuan yang sudah menjadi istriku, tapi aku heran melihat perempuan ini mengapa dia menatapku dari tadi, ahhh sepertinya dia kagum melihat ketampananku walaupun saat ini aku memasang wajah datarku, ya jelaslah selain mapan aku juga tampan itulah sebabnya banyak perempuan yang mengejarku tapi maaf aku sukanya cuma sama pacarku Cindy.

"Heummm, cari siapa ya?" tanya Perempuan itu kurasa dia sedang gugup, akupun jadi heran kupikir dia perempuan yang sudah resmi menjadi istriku ternyata bukan dia.

"Saya kesini lagi menjemput istri saya untuk turun kebawah," ucapku dengan muka datar.

"Ahh, emangnya nama istri kamu siapa?" tanyanya lagi yang membuatku jengah. Belum saja aku menjawab pertanyaan perempuan itu mertua perempuanku tiba-tiba datang.

""Ya Allah, nih pengantin baru dari tadi ditungguin dibawah belum muncul-muncul juga terpaksa deh umi nyamperin" ucap umi, jadi dugaanku tadi bener dong kalau Perempuan ini mempelai wanitanya, huh dasar buang-buang waktu aja.

🥀🥀🥀

Sekarang sudah jam 19:00 aku dan Hana telah sampai dirumah yang telah kusiapkan, aku malas untuk tinggal bersama orangtuaku karena jika aku tinggal disana pasti aku akan sekamar dengan Hana, lebih baik aku tinggal dirumah ini jadi aku bisa berbeda kamar dengannya.

"Hmm, ini kamar kamu," ucapku kepada Hana sambil membuka pintu kamar itu. Ya sekarang aku dan Hana sudah berada dilantai dua rumahku ini.

"Iya kak," ucapnya

"Kalau yang disana kamar saya," ucapku sambil menunjuk ruangan paling ujung.

"Jadi kita nggak sekamar," ucapnya yang seperti bisikan itu, tapi aku masih bisa untuk mendengarnya.

"Ya nggak lahh, nggak mau saya sekamar sama kamu," ucapku dengan muka datar dan berlalu pergi kekamarku, aku tak peduli dengan perasaannya, mau dia menangis atau apapun itu aku tak peduli.

Setelah berada dikamarku, akupun langsung menelpon mamaku untuk menyuruhnya memindahkan satu ART dan satu satpam kerumah ini.

"Halo Ma," ucapku saat telpon tersambung

CEO Dingin Dan Wanita Bercadar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang