“Ups, sorry, gue pikir tempat sampah.” Vivi berdiri bersandar di sebuah dinding, tangannya terlipat ke depan dada, menatap ke sekelompok orang yang sedang mem-bully satu orang.
“Kurang ajar lo.” Orang itu mengambil susu kotak kosong yang jatuh mengenai kepalanya karena lemparan Vivi tadi.
Vivi tertawa kecil, ia berjalan mendekati seorang perempuan yang duduk di sudut tembok. Di lihat dari wajahnya, sepertinya perempuan ini sedang dihajar oleh lebih dari tiga orang itu.
Vivi membungkukkan badannya untuk melihat wajah perempuan itu dengan jelas, “Lo gapapa?”
Perempuan itu mendongakkan kepalanya, ia mengangguk kecil, “Iya.”
“Hajar dia.” Pinta perempuan yang dilempar susu kotak tadi.
Vivi menegakkan tubuhnya, ia memutar tubuhnya menjadi menghadap sekelompok orang itu, ia sama sekali tidak suka yang namanya kekerasan. Vivi mengangkat tangan kanannya ke atas, ia mengambil tas kecil yang berada di punggungnya.
“Bentar, gue punya hadiah buat kalian.” Ucap Vivi.
Di dalam tas itu ada beberapa bom asap yang sengaja ia bawa ke sekolah hari ini, karena kebetulan hari ini adalah hari pertama ia bersekolah. Ia ingin membuat sedikit keributan di sekolah, tapi sepertinya bom asap ini lebih berguna jika ia gunakan saat ini.
Ia mengambil korek api gasnya dan menyalakan bom asap itu. Setelah itu ia melempar bom asap ke arah sekelompok orang pembully.
“Sial. Apaan nih?”
“Rasain lu.” Vivi menarik tangan perempuan itu keluar dari asap yang sedikit menyesakkan.
Vivi menarik pintu besi yang ada di lorong antara bangunan-bangunan tinggi itu, ia tersenyum miring, sekarang sekelompok orang itu tidak bisa keluar dengan mudah. Inilah yang dinamakan membunuh tanpa menyentuh, ia benar-benar seperti Naruto.
“Lo gapapa, kan?” tanya Vivi kembali memastikan kondisi anak perempuan itu.
Vivi mengambil plester dari dalam tas kecilnya lalu memberikan plester itu kepada perempuan di depannya ini. “Buat luka lo.”
“Makasih.”
“Sorry, gue harus buru-buru.” Vivi melambaikan tangannya lalu berlari meninggalkan perempuan itu.
Kalau memaksa berlari sampai sekolahan pasti tidak akan sampai, motornya tadi ia tinggal cukup jauh dari tempatnya berlari sekarang, ia harus mencari cara supaya bisa naik kendaraan atau ada satu orang yang mau membantunya sampai ke sekolahnya.
“Ah.” Mata Vivi berbinar saat melihat angkutan umum parkir di tepi jalan.
Vivi tersenyum lebar, ia melihat ke samping kanan dan kiri untuk memastikan tidak seseorang yang melihat dirinya. Vivi tertawa kecil, ia perlahan masuk ke dalam angkutan itu, setelah itu ia mencari kunci angkutan karena mustahil ia mengendarai angkutan tanpa ada kuncinya.
“Mantap.” Gumam Vivi. Ia menemukan sebuah gantungan yang berbentuk kunci, ia mengambil gantungan itu dan langsung menyalakan mesin angkutan itu.
“Oke, berangkat.” Vivi menginjak pedal gas dan langsung bergegas meninggalkan tempat itu menuju sekolahannya.
Perlu diketahui, ia masih duduk di kelas 1 SMA dan ia belum cukup mahir mengendarai mobil, jadi harap di maklumi kalau cara berkendaranya sangat membahayakan pengendara lain. Senyum Vivi semakin lebar saat ia melihat gerbang sekolahnya, ia menginjak pedal rem untuk menghentikan angkutan itu, tapi sayangnya mobil itu tidak berhenti.
“Woooo, rem blong.” Teriak Vivi.
Vivi mencoba untuk menarik kunci mobil itu, tapi sayangnya kuncinya malah patah di dalam. “Anjir.”