"Siluman, ya?" Gumam Vivi.
Mira menoleh ke arah Vivi sebentar lalu ia fokus ke papan catur di depannya ini. Sudah dua hari Vivi tidak berangkat sekolah setelah ikut rapat yang membahas tentang Lanthraia. Ia juga terkejut pada awalnya, tapi ia bisa menguasai dirinya. Berbeda dengan Vivi yang malah bolos 2 hari dengan alasan sakit.
"Lu sekolah kayak puasa Daud, sehari sekolah besoknya libur ntar besoknya lagi sekolah besoknya besok libur lagi." Ucap Mira sambil menggerakkn pion warna putih satu kotak ke depan.
"Sholat aja jarang mau puasa daud." Ucap Vivi.
Mira memutar kursinya menjadi menghadap Vivi, "Besok sekolah, gue males jawab pertanyaan guru tentang elo."
Vivi mendengus sebal, ia menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Setelah semua informasi yang ia dapatkan, satu-satunya pilihan yang ia punya hanyalah kabur.
"Lo kayak gini karena lo takut, iya kan? Makanya lo kabur. Dasar penakut." Sindir Mira.
"Cuma itu pilihan yang gue punya." Gumam Vivi.
Mira membuang selimut Vivi ke bawah, ia menarik tangan Vivi lalu mengajaknya keluar dari kamar Vivi. Sudah dua hari, setiap pulang sekolah ia selalu ke rumah Vivi atas permintaan Veranda.
"Mau kemana sih?" Tanya Vivi.
Mira tidak menjawab pertanyaan Vivi, ia terus menarik tangan Vivi hingga sampai di belakang rumah. Ia membiarkan Vivi berdiri di tengah-tengah lalu ia mengambil selang air dan langsung menyemprot Vivi menggunakan air dari selang itu.
"Ah, anjir." Pekik Vivi, tangannya ia gunakan untuk menghalau semprotan air di wajahnya.
"Bapa Kami yang ada di surga. Bantulah teman saya. Saya orang muslim." Ucap Mira.
Vivi memejamkan matanya saat air masuk ke dalam matanya dan menyebabkan rasa perih. Mira benar-benar sudah keterlaluan, ia tiba-tiba ditarik keluar dan disemprot seperti ini.
"Mira, kamu ngapain?" Tanya Veranda.
Mira menoleh ke samping, ia melihat Veranda dan Ketlin berdiri di dekat pintu. "Cuma mau ngilangin jin yang nempel di kepala Badrun."
"Mah, to-" tanpa sengaja Mira menyemprot tepat ke dalam rongga mulut Vivi sehingga ucapan Vivi langsung terpotong.
"Mira!"
Tubuh Mira langsung menegang saat mendengar suara teriakan itu. Kepalanya perlahan menoleh ke samping, ia membulatkan matanya saat melihat Shania berdiri di samping Veranda.
"Ma-mamah?" Mira sedikit takut dan bingung, bagaimana bisa pelahap maut Voldemort ada disini.
Shani menatap Mira dengan kesal, ia berjalan menghampiri Mira lalu menarik telinga kiri Mira dengan sangat kuat sampai kaki Mira ikut berjinjit supaya telinganya tidak putus.
"A-aduh, Mah, sakit." Ucap Mira.
"Biarin, suruh siapa anak orang kamu siram." Ucap Shania.
"Ampun, Mah." Rengek Mira.
Vivi mengusap wajahnya yang basah, ia juga kesal dengan tindakan Mira barusan. "Tarik aja telinganya sampe putus."
"Bener-bener, ya, lu, Drun." Ucap Mira.
Shania semakin menarik telinga Vivi, "Kamu disini buat jagain Vivi bukan buat ngerusuh."
"Udah, Shan." Veranda menyentuh tangan Shania untuk melepaskan telinga Mira yang sudah memerah.
Ketlin berlari kecil sambil membawakan handuk untuk Vivi, "Ini, kak."
"Ah makasih, Ketlin. Muah." Vivi mencium pipi kanan Ketlin.