Vivi menutup buku di depannya, ia menatap Mira yang duduk di depannya. Ia memicingkan matanya, malam ini Mira terlihat sangat aneh, berbeda dengan Mira yang biasa ia kenal, kalau begini ia semakin yakin kalau Mira menyembunyikan sesuatu.
“Mir,” panggil Vivi.
Mira tidak menjawab panggilan Vivi, ia terus membaca buku yang berada di depannya. Bukannya ia tidak dengar, hanya saja ia lupa kalau ia saat ini sedang bermain peran menjadi seorang Amirah Fatin.
Vivi berdecak sebal, ia memukul pelan meja di depannya, “Amirah!”
“Iya.” Mira tersentak mendengar gebrakan perpaduan antara tangan Vivi dan permukaan meja. “Kenapa?”
Vivi melipat tangannya ke depan dada, “Lo kenapa sih? aneh, jelas banget kalo lagi nyembunyiin sesuatu.”
“Hah? Enggak kok.”
“Tuh, lo sekarang lebih lembut kayak putri solo. Beda banget sama yang biasanya. Apa mungkin lo baru diruqyah, jadi setan bar-bar udah hilang dari tubuh lo?”
Mira tersenyum kecil, ia menggelengkan kepalanya, “Enggak kok.”
Vivi tertegun dengan raut wajah Mira yang manis, kalo seandainya sejak awal Mira seperti ini pasti ia langsung jatuh cinta kepada Mira. Kenapa gak dari dulu Mira manis seperti ini, kan ia tidak perlu susah payah mengejar Chika.
Ngomong-ngomong tentang Chika, sebenarnya ada yang ia bahas dengan Mira perihal Chika dan juga dirinya. Tapi kalau melihat Mira yang manis ini pasti ia tidak tahan, mungkin ada baiknya ia menunggu sampai Mira normal lagi.
“Udahlah, tidur aja, udah malem.” Vivi mengambil buku-bukunya lalu ia letakkan di atas meja belajar. Ia membaringkan tubuhnya ke atas kasur.
Mira masih duduk di bawah kasur, ia menundukkan kepalanya, “Vi.”
Vivi mengambil ponselnya, “Tumben manggil nama, biasanya juga Badrun.”
Mira menepuk keningnya pelan, ia benar-benar lupa sedang menjalankan misinya, “E- lagi cosplay jadi Oniel.”
Vivi menurunkan ponselnya, ia memiringkan tubuhnya menghadap Mira, “Ngomong-ngomong tentang Oniel, menurut lo Oniel gimana?”
“Gimana apanya?” tanya Mira balik.
“Ya, orangnya gimana? Sifatnya atau wataknya atau apanya lah.”
Mira menundukkan kepalanya, ia tersenyum tipis, “Biasa aja sih.”
“Tapi gue enggak.” Vivi mengubah posisinya menjadi menghadap langit-langit kamar, “Oniel itu manis, kalem, baik, idaman banget deh.”
Mira membulatkan matanya, ia memeluk lututnya sendiri, walaupun yang dipuji adalah Oniel, tapi ia merasa sangat bahagia. Tentu saja ia bahagia, karena yang bekerja sama dengan Uka itu adalah Oniel, dan yang saat ini menyamar menjadi Mira juga Oniel.
“Tapi lo jangan ngomong sama Oniel, ntar malah gak enak jadinya.” Ucap Vivi, berniat memperingati Mira tapi ia malah mengatakan langsung kepada orangnya.
“Kalo sama kak Chika?”
Vivi terdiam sebentar, ia memutar tubuhnya menjadi membelakangi Mira, “Entahlah, gue udah mengakhiri semuanya.”
“Oh.”
“Lo udah tahu, kan?”
“Maksudnya?”
“Lo tadi ngintip gue sama kak Chika, kan?”
Mira terdiam, kalo boleh jujur sih, dirinya yang asli atau Oniel, tidak ikut-ikutan tentang acara pengintipan tadi. Oniel hanya berdiri sedikit jauh dari tangga dan hanya Mira, Ara dan Olla saja yang berdiri cukup dekat dengan tangga. Tapi ia tetap diberi tahu kalau hasilnya gagal.