17.

875 127 17
                                    

"Drun, tadi lo diajarin apa sama si Dewi Athena?" Tanya Mira sambil melepas helmnya.

Merasa tidak ada jawaban dari Vivi, Mira menoleh, ia mengerutkan keningnya saat Vivi mendongakkan kepala, seolah sedang melihat sesuatu di atas sana. Mira mengikuti arah pandang Vivi, tapi ia tidak menemukan apa-apa.

Mira menghela napas panjang, ia memukul helm yang sedang dikenakan Vivi hingga kaca helm Vivi jadi turun.

"Aduh." Pekik Vivi, ia menaikkan kaca helmnya.

"Liat apa sih?"

"Bukan apa-apa." Vivi melepas helmnya lalu meletakkan di atas motornya. Mereka membawa motor sendiri-sendiri, jadi mereka tidak bonceng membonceng.

Vivi menarik kunci motornya, ia menatap ke arah Mira, “Lo nginep di rumah gue, ya.”

Mira mengerutkan keningnya, “Kenapa? Gue masih punya rumah.”

“Ada yang mau gue omongin.”

“Kenapa gak sekarang aja?”

“Rumit soalnya, sekalian nyelesain hukuman bu Naomi.”

Mira menghela napas panjang, walaupun sebenarnya ia ingin menolak karena ia sudah memiliki janji dengan papahnya untuk bermain catur bersama nanti sore, tapi sepertinya ia sedikit penasaran dengan apa yang terjadi pada Vivi akhir-akhir ini, jadi ia menyanggupi permintaan Vivi.

“Asal ada makanannya.” Ucap Mira.

Vivi tersenyum lebar, “Itu mah gampang.”

Vivi berjalan terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya, ia melepas sepatunya, ia heran karena rumahnya terasa sangat sepi, padahal kata Shania kedua orang tuanya sudah sadar, lagipula di sini ada Ketlin jadi aneh kalau suasana sangat sepi seperti tidak ada kehidupan.

“Kenapa?” tanya Mira saat melihat Vivi berhenti.

Vivi menoleh ke samping, “Lo ngerasa aneh gak?”

“Aneh kenapa?”

“Kenapa rumah gue sepi banget, biasanya rame kayak lagi kondangan.”

Mira mengerutkan keningnya, “Mungkin lagi tidur.”

“Bisa jadi.” Gumam Vivi.

Untuk mematikannya, Vivi terlebih dahulu mengecek orang tuanya di kamar. Mira tidak terlalu ambil pusing, ia berjalan menuju dapur, saat ia hendak membuka pintu kulkas, ia menemukan sebuah kertas kecil tertempel di pintu kulkas itu.

Tante sama Ketlin lagi ke supermarket buat beli bahan makanan.”

Mira menarik kertas itu, pantas saja terasa sepi, orang yang selalu membuat berisik saja baru pergi. Mira tidak jadi mengobati rasa hausnya, ia berjalan menghampiri Vivi yang ada di dalam kamar kedua orang tua Vivi.

“Drun, nyo-“

“-mereka belum bangun.” Potong Vivi cepat.

Mira mengerutkan keningnya, ia melihat Kinan dan Veranda masih tertidur di atas kasur. Mira memberikan pesan singkat di kertas kecil itu kepada Vivi, lalu ia berjalan mendekati Veranda.

“Mereka lagi pergi?” tanya Vivi.

Mira tidak menggubris pertanyaan Vivi, ia mengeluarkan ponselnya dan menelfon Shania untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

“Halo.”

Kamu udah pulang?” 

Mira menganggukkan kepalanya, punggung telak tangannya ia letakkan di kening Veranda, ia tidak merasa panas atau dingin, “Mamah di mana?”

TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang