BAGIAN TIGA BELAS

39 3 0
                                    

Nathan memberhentikan mesin motornya saat sudah berada didepan sebuah mobil jazz berwarna putih.

Setelah melepas helm fullface hitam miliknya. Nathan menghampiri Alina yang berada didalam mobil, tanpa disuruh untuk keluar Alina sudah membuka pintu mobil itu sambil tersenyum kearah Nathan.

"Montir nya masih belum dateng?" Tanya Nathan saat melihat ban depan mobil Alina yang masih bocor.

Alina mengangguk "belum. katanya kena macet dijalan"

Nathan ber-ohria mendengar jawaban Alina barusan sebelum kembali melayangkan pertanyaan.

"Lain kali, kalau mau pulang. Pastiin dulu urusan kamu disini udah selesai apa belum. Jadi repot sendiri kan. Emang kamu ada urusan apa lagi disini?" Tanya Nathan.

"Hmm itu ada sesuatu yang perlu aku pastiin" jawab Alina. Nathan kembali mengangguk.

"Yaudah mau ikut pulang bareng aku?" Tawar Nathan.

"Trus mobil nya gimana? Ditinggal aja?" Ujar Alina polos.

"Nanti aku telvon montir langganan aku buat jemput mobil kamu" Alina mengangguk senang lalu mengikuti Nathan yang menaiki motornya.

Alina melingkarkan tangannya ke pinggang Nathan, membuat cowok itu sedikit kaget karena tindakan tiba-tiba barusan.

"Kenapa Nath? Gak boleh ya?" Tanya Alina saat Nathan tidak juga menjalankan motornya.

"Eng..enggak ada. Yaudah pegangan yang erat" jawab Nathan mulai menjalankan motornya.

Entah kenapa tiba-tiba saja Nathan jadi merasa risih saat Alina melingkarkan tangannya. Ini sebenarnya tidak patut terjadi karena Nathan juga  sering membonceng cewek diatas motornya dan rangkulan seperi ini sudah biasa terjadi. Tapi dengan Alina? Nathan merasa kurang nyaman atau lebih tepat nya sangat tidak nyaman.

   Motor Nathan berhenti tepat didepan sebuah pintu mewah berwarna cokelat. Nathan menatap Alina yang tengah menyandarkan kepalanya dibahu Nathan dari balik kaca spion. Gadis itu tertidur. Alina terlihat tenang jika sedang tidur. Membuat Nathan jadi teringat awal pertama dia bertemu dengan Alina adalah di acara conferensi pers Papi Alina. saat itu Kedua orang tua mereka memperkenalkan Nathan dan Alina sebagai anak dari rekan bisnis. Nathan juga masih ingat pertama kali melihat Alina dia sangat tidak menyukai gadis ini. Karna Alina itu terlalu sombong dan terlihat sangat angkuh tapi semakin mengenalnya Nathan semakin tahu Alina adalah cewek sederhana dan sangat baik hati juga gadis ceria yang sangat jarang ditemui Nathan.

"Alina" Nathan mengelus lembut tangan Alina.

"Hmm" Alina bergumam seraya menguap seperti seorang anak kecil.

"Udah sampe lin. Kamu gak mau turun?" Ucap Nathan.

"Eh iya maaf Nath. Aku ketiduran" balas Alina cengengesan kemudian turun dari motor.

"Iya gak papa" ucap Nathan ikut turun dari motornya. "Yuk masuk" tambah Nathan yang diangguki cepat oleh Alina yang mengekorinya dari belakang.

"Eh Alina kok masih disini? Bukannya hari ini ke belanda ya" Ucap Fina ketika membuka pintu rumah.

"Iya tante. Sebenarnya memang aku pulang hari ini tapi lupa kalau masih ada urusan yang harus diurus. Jadi diundur dulu" jawab Alina.

Nathan tidak mengucapkan sepatah kata pun dia malah melongos pergi dan hendak menaiki tangga menuju kekamarnya. Tapi suara Pras berhasil menghentikan langkah kaki Nathan.

"Nathan kesini sebentar. Papa mau bicara" ucap Pras kali ini dengan nada yang sedikit lembut.

Nathan menghembuskan nafas pelan, menghampiri pras dengan malas tapi tetap mencoba menampilkan senyuman kecil "apa?"

Nathan dan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang