BAGIAN LIMA

54 6 0
                                    

Temuin gue di tempat biasa sekarang!

Pesan itu dari Nathan, cowok itu ingin menemuinya sekarang. setelah membaca pesan kiriman nathan. Nadia segera mencari taksi yang lewat dan segera menuju tempat dimana nathan memintanya datang.

Disinilah Nathan. Berdiri disebuah rooftop. Tempat yang tidak pernah ia kira akan dia datangi lagi setelah lima tahun belakang, nathan tidak berniat untuk kemari awalnya. Namun, entah kenapa yang nathan ingat saat ini hanya tempat itu. Tempat yang penuh kenangan dihidupnya. Membuat nathan sudah tidak bisa menahan air matanya yang akan jatuh.

Nathan menangis tepat didepan nadia yang terkejut setengah mati menatap cowok itu.
"Lo gak kenapa-napa kan nath?" Tanya nadia panik, tangan nya memegang bahu cowok itu dengan takut-takut.

Suara nathan semakin keras dan sesekali terisak. Dia hanya diam tanpa menjawab pertanyaan nadia barusan. Dia sendiri sebenarnya malu, meminta nadia datang lalu menangis seperti seorang cewek.

Benar-benar bukan dirinya.

"Nath?" Nadia menolehkan kepalanya menatap nathan yang tengah menunduk. Tanpa aba-aba sedikit pun, cowok itu langsung memeluk tubuh mungil nadia. Membuat cewek itu cukup kaget dengan tindakan tiba-tiba nathan.

Berusaha mengatur posisi nya, nadia membalas pelukan nathan sambil mengusap-usap punggung cowok itu berusaha membuatnya untuk lebih tenang.

"Gue benci sama lo nadia, gue benci! Tapi kenapa gue malah selalu butuh lo dihidup gue?!!" Gumam nathan disela-sela pelukannya.

Nadia melepas pelukan itu, membuat matanya dan mata nathan saling tatap satu sama lain.
"Cengeng banget sih lo?! Masih aja nangis hanya karena hal-hal yang lo pikirin ntah apa itu" ucap nadia jengkel, sambil matanya yang tidak lepas dari nathan.

"Gue mau pulang dulu"

Sebelum nadia pergi, Nathan langsung menahan tangannya. Matanya yang masih basah karena air mata dan memerah terlihat jelas oleh Nadia.

"Jangan pergi nad, gue butuh lo sekarang"

Tubuh nadia terdiam seketika, rasa hangat mulai menjalar tubuh nya. Apa kali ini, nathan benar-benar membutuhkannya?

"Ayo duduk" ajak nadia sambil tangannya menarik lengan nathan untuk duduk di sofa tua yang ada disana. Mereka duduk bersebelahan saling diam tanpa ada yang memulai.
Sejenak nadia jadi teringat pada tempat ini. Tempat dimana dia dan nathan dulu selalu menghabiskan waktu bersama, tempat yang dulu pernah menjadi rumah kedua bagi mereka.

"Papa sama mama pergi lagi nad, tanpa bilang apapun mereka pergi gitu aja"

Suara nathan memecah keheningan mereka. Nadia menoleh menatap nathan yang pikirannya tampak kosong.

Nadia hanya diam tanpa berniat memotong. Dia ingin mendengar lanjutannya dari nathan.
"Gue tau nad, mereka bekerja buat gue, demi masa depan gue. Tapi apa gak ada satu detik pun waktu mereka buat gue?!"

Nadia masih diam.

"gue tau gue hidup memang butuh uang. Tapi apa uang mereka bisa ganti kebahagiaan yang selama ini belum gue dapatkan? Gue butuh kasih sayang mereka nad, gue butuh kepedulian mereka, apa gue gak pantas bahagia? Gue ini anak mereka atau aset penerus mereka aja sih nad?!"

"Lo gak boleh bicara kayak itu nathan, gimana pun mereka itu tetap orang tua lo" ucap Nadia.

"Orang tua seperti apa yang menelantarkan anaknya sendiri"

"Gue tau, masalah yang lo hadapin ini berat, tapi lo juga harus tau nath. Dalam hidup memang gak ada yang mulus. Saat ini lo merasa kalau diri lo paling menderita, gue paham. Tapi lo juga harus tau diluar sana masih banyak yang lebih menderita dari lo. Lo lihat aja anak-anak di panti asuhan, yang dirinya sendiri gak tau orang tua mereka dimana, mereka bisa aja dibuang dari waktu mereka baru lahir. Kita yang masih punya orang tua, masih bisa nikmatin hasil kerja mereka. Harusnya bersyukur karena nasib kita jauh lebih baik dari mereka" ucap Nadia untuk pertama kalinya dia berbicara panjang pada nathan.

Nathan dan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang