BAGIAN SEPULUH

55 4 0
                                    

Nathan melempar beberapa bola kecil kedalam botol kaca yang terletak ditengah meja bar basecame miliknya. Kedua tangannya dengan telaten memasukkan bola demi bola itu, sementara Bayu tengah asik dengan minuman vodka yang ada ditangannya. lain hal dengan vino, cowok itu menjadi pendiam sejak beberapa jam ini, mungkin akibat Mauri yang memutuskan hubungan mereka tadi waktu disekolah.

Melihat Vino yang seperti ini, membuat Nathan kasihan pada diri sahabatnya itu. Ia menghampiri Vino yang tengah duduk dengan tangan bersedekap dada dan memukul cukup keras bahu cowok itu.

"Anjir, kaget gue" ucap Vino, tampak terkejut.

Nathan tidak mengubris keterkejutan vino, dia ikut duduk disebelah cowok itu dan menuangkan segelas wine dan memberikannya pada vino.

"Baru kali ini gue ngelihat seorang Vino agriel galau karena diputusin cewek" ucap Nathan dengan nada meledek.

"Gue gak galau. Cuman lagi membiasakan diri aja" elak Vino lalu meminum wine ditangannya.

Nathan mengedikkan kedua bahunya. Cowok itu memang sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Nathan sangat tahu betapa sakitnya hati vino diputuskan mauri, gadis yang sudah hampir 3 tahun itu menjadi pacarnya sejak awal masuk SMA. Vino benar-benar mencintai Mauri, Nathan tahu itu, dilihat dari kondisi vino yang mengenaskan seperti sekarang. Nathan sudah sangat paham dengan urusan-urusan yang seperti ini.

Vino lebih beruntung dari Nathan. Karena cowok itu dapat memiliki dan merasakan kasih sayang dari orang yang dicintainya sementara nathan? Ha. Jangan ditanya, memang mudah bagi nathan untuk menaklukan hati seorang gadis. Tapi tidak dengan gadis itu, Nadia.

"Gue tau lo lagi mikirin betapa beruntungnya gue yang masih bisa dicintai oleh cewek yang gue sayang kan nath?" Nathan menoleh kearah Vino. Hebat sekali cowok itu bisa membaca pikirannya.

"Punya indra keberapa lo sampai bisa baca pikiran orang" ucap Nathan.

Vino tersenyum membenarkan posisi duduknya.

"Sebenernya lo itu masih sayang kan sama si nadia. Lo jahatin dia, bergaya dengan wajah kasar lo dan sifat benci lo sama dia. Itu hanya untuk agar lo bisa terus dekat sama nadia kan? Gue tau lo bukan spesies cowok yang hobi nyakitin cewek, nath. Lo gak punya sifat itu," ucap vino sambil menatap kearah nathan yang hanya diam tak bicara. "Kenapa lo malah ngurusin gue sih? Yang lagi punya masalah itu lo, jangan sok sok an ngajarin gue"

Nathan bangkit dari tempat duduknya berniat meninggalkan Vino disana yang malah membahas soal perasaan nya pada Nadia. Jujur, Nathan merasa terjebak jika sudah membahas gadis itu.

Sebelum Nathan meninggalkan Vino, cowok itu berkata, "apapun perasaan yang gue rasakan saat ini, gak ada yang tau. Baik itu lo ataupun gadis itu"

Nathan memang cowok misterius, terkadang bersikap peduli dan terkadang juga bersikap angkuh, pikir Vino.

Nathan meneguk minuman yang ada ditangannya bertepatan dengan ponselnya yang berbunyi.

Biawak Betina
Lo dimana? Gue cari dirumah kata
bik eem lo belum pulang.

Senyum nathan terukir jelas menatap pesan yang dikirim nadia padanya, tumben sekali gadis itu menanyai kabarnya. Apa dia sudah rindu pada Nathan. Tangan nathan mengetik balasan dengan cepat pada Nadia.

Gue lagi di basecame.
Ngapain cari gue? Kangen?

Jangan kepedean.
Gue chat lo karna buk Ayu baru aja wa gue minta beli beberapa perlengkapan panggung untuk acara pagelaran bulan depan.

Nathan dan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang