BAGIAN ENAM BELAS

73 7 3
                                    

Nadia duduk di sebuah gazebo mini dihalaman belakang rumahnya. Matanya terus fokus pada layar laptop didepannya sambil bersenandung kecil.

Berbeda dari hari minggu biasanya. Minggu kali ini Nadia disibukkan dengan tumpukkan tugas dan beberapa materi Pagelaran. Berhubung acara itu akan dilaksanakan sebentar lagi. Nadia lah yang ditugaskan untuk mengerjakan apa-apa saja yang tersisa. Sementara Nathan? Cowok disampingnya ini dari tadi hanya sibuk dengan game online diponselnya.

"Nathan, Bantuin gue dong" ucap Nadia mengguncang bahu cowok itu.

"Ini lagi bantu" jawab Nathan tapi matanya masih fokus pada game.

"Bantu apa? Bantu doa!?" Ucap Nadia.

Nathan tidak mengubris dia masih terus asik pada game nya.
"Duh.. salah sasaran gue" gumam Nathan.

Nadia berdecak sebal kemudian merebut ponsel Nathan secara paksa, membuat Nathan melotot padanya.

"Handphone lo gue sita. Sampe kerjaan kita selesai" ucap Nadia mengantongi ponsel Nathan disaku kaos nya.

"Yah.. jangan dong nad, game gue lagi tanggung. Bentar lagi mau menang" ucap Nathan.

"Pentingan yang mana. Game atau gue?"

"Dua-duanya"

"Pilih salah satu!"

"untuk saat ini game" Nadia memukul lengan cowok itu keras, mendengar jawaban Nathan barusan.

"Kenapa main pukul sih? Kan gue bener. Saat ini lo masih belum jadi pacar gue. Jadi belum gue prioritaskan Atau lo mau gue nembak lo sekarang?" ucap Nathan mengelus lengan nya yang memerah.

"Terserah!" Jawab Nadia kesal kembali menatap layar laptopnya.

Terserah. Sepertinya kalimat itu cukup menyadarkan Nathan kalau dirinya saat ini baru saja membuka benteng perkelahian dengan Nadia.

"Jangan deket-deket. Gue masih marah sama lo" kata Nadia kesal.

"Gak mau! Gue mau selalu dekat sama calon pacar gue, biar gak ada yang bisa deketin dia. Karena gue cemburuan" kata Nathan.

"Gak nanya. Pulang sana!" Usir Nadia membalikkan badannya membelakangi Nathan.

"Nanad, jangan ngambek dong" bujuk Nathan menoel dagu Nadia.

"Jauh-jauh dari gue Nathan.." Nadia menatap Nathan dengan tajam.

"Gue nggak mau! Jangan suruh gue jauh dari lo dong. Gue gak bisa" jawab Nathan.

"Gue mau bikin tugas. Mending lo pulang sekarang, jangan ganggu konsentrasi gue" Ucap Nadia.

"Gue jadi pengen cepet-cepet halalin lo deh kalau gini caranya" Ucap Nathan sambil tersenyum memangku dagunya menatap Nadia.

"Sekolah dulu yang bener"

"Emang nya lo mau nikah sama gue?"

"Nggak" jawab Nadia tersenyum simpul.

Nathan mencubit pipi Nadia cukup keras karena gemas.

"Aw sakitt.." ringis Nadia.

"Dicubit aja lo sakit. Apalagi kalau kita beneran nikah nanti. Dikit dikit sakit, dikit dikit sakit"

"Dasar otak mesum! Gue gak mau nikah sama lo" tukas Nadia cepat.

"Tapi gue rasa lo bakalan ketagihan deh kalau kita udah nikah"

Nathan semakin suka menggoda Nadia yang kini wajahnya sudah merah merona menahan malu akibat perkataan nya.

"Nathan, jangan mesum" gertak Nadia sambil melotot pada Nathan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nathan dan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang