Chapter -18- Haid

2.5K 410 54
                                    

Sambil menunggu istrinya menyiapkan sarapan, Varrel bersedekap dada sambil terus memandangi Sooya kemanapun gerak wanita itu.

Menelusuri dari atas sampai bawah dengan alis bertaut. Bahkan tanpa berkedip.

"Mas-Bapak kenapa liatin saya kaya gitu sih?" tanya Sooya yang merasa risih. "Baju saya nggak cocok ya?"

"Nggak, bukan itu."

"Terus?"

"Saya heran, hampir dua bulan menikah sama kamu, kenapa saya nggak pernah denger kamu ngeluh soal menstruasi?"

Pertanyaan tiba-tiba Varrel membuat Sooya membelalakkan mata, nyaris menjatuhkan bakul nasi yang dibawanya. "Hah?"

"Ya, dulu nyaris setiap hari saya denger keluhan dari cewek yang haid di kelas. Mereka sering mengeluh sakit perut, tulang mereka serasa diremukkan serentak, sampe nangis nangis di kelas. Cih, lebay. Tidur di UKS pasti cuma alasan buat bolos mapel kan?"

Reflek, Sooya menaruh bakul nasinya sedikit kasar hingga menimbulkan suara cukup keras. "Bukan lebay, tapi emang sakit, Mas-Bapak!"

"Cowok yang disunat aja nggak ngeluh," ucap Varrel dengan sombongnya.

"Mas-Bapak disunat sekali aja bangga! Coba kalau cowok disunat setiap bulan? Apa nggak modar sampeyan?!"

Varrel menelan ludah kasar mendengar ucapan Sooya. Membayangkan kalau suatu saat miliknya benar-benar dipotong setiap bulan.

"Kicep kan, Anda? Makanya kalau ngomong jangan seenaknya! Haid pas hari pertama itu emang sakit. Mas-Bapak ngomong gitu karena nggak pernah ngerasain!" Sooya memberi jeda dalam ucapannya.

"Saya nggak pernah ngeluh karena saya mau nunjukin ke Mas-Bapak kalau nggak semua cewek itu lemah! Saya memang kuat soal fisik, tapi soal perasaan saya rapuh," lanjutnya.

Varrel merapatkan mulutnya. Memulai debat dengan Sooya sama saja mencari masalah!

"Makanya kalau ngomong tuh jangan seenaknya! Dipikir dulu baik nggak, bener nggak nya. Mas-Bapak ngomong gitu melukai harga diri saya sebagai perempuan! Belum tentu Mas-Bapak kuat ngelakuinnya!"

Varrel memalingkan wajah, tak kuasa mendengar ocehan Sooya yang tiada hentinya. Beranjak dari duduk dan menghampiri istrinya.

"Jadi cewek itu nggak gampang! Kita dituntut untukㅡ"

Ucapan Sooya tertahan karena Sang suami tiba-tiba mencium bibirnya. Mencecap lembut bibir manis Sooya hingga melumatnya. Berakhir dengan sebuah kecupan lembut di kening wanita itu.

"Maaf." Varrel mengusap bibir Sooya dengan ibu jarinya. "Saya nggak suka lihat kamu marah-marah terus."

Mata Sooya bergerak gusar dengan semu merah yang menjalar di kedua pipinya. "Mㅡmakanya Mas-Bapak jangan mancing saya terus."

"Iyaaaa."

****

Morning kiss dari Varrel memberikan dampak baik bagi mood Sooya. Terbukti sedari tadi ia tak pernah melunturkan senyumnya.

"Lo sarap, Soo?" tuduh Lisa menunjukkan wajah geli dengan gelagat aneh Sooya.

"Sembarangan!"

✔[1]. Love Me, Hurt Me Too Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang