Chapter -7- Belum Cinta

3.1K 484 61
                                    

happy reading💜

****

Varrel berjalan mondar mandir di dekat pintu sambil sesekali melirik jam tangannya. Sudah dua cangkir kopi yang ia habiskan malam ini. Namun, Sooya belum juga pulang.

Istrinya bilang kalau ia mau menemui Rasya. Varrel tidak mempermasalahkan itu, ia mengerti istrinya masih memiliki perasaan dengan Rasya. Sooya menolak untuk sekedar diantar. Dan sekarang sudah larut, ponsel Sooya pun tidak bisa dihubungi.

Lelaki itu mendudukkan dirinya di sofa. Ada yang tidak nyaman, dia berdiri dan mondar mandir lagi. Menyalakan TV namun tak ada yang menarik baginya. Jadilah TV yang menontonnya.

Tak mau terus-terusan kalut dengan kekhawatirannya, Varrel menyambar jaket dan kunci mobilnya. Berniat mencari Sooya meski ia tak tahu kemana wanita itu pergi. Sooya juga tidak mau mengatakan kemana ia pergi.

Namun saat ia membuka pintu apartemen, Varrel dikejutkan dengan Sooya yang sudah berada di depan pintu. Menenteng high heels yang tadi ia pakai, rambutnya berantakan dan matanya bengkak. Tatapan mata wanita itu pun kosong.

"Kemana aja kamu?" Sooya yang sedang patah hati menjadi lebih hancur mendengar nada dingin dari Varrel.

"Udah hampir jam 12 baru inget rumah?"

Sooya tak mengindahkan perkataan Varrel. Kakinya melangkah lemas melewati suaminya begitu saja. Kemudian duduk di sofa sambil memijit pelipisnya.

"Kamu dengerin saya nggak sih? Ngapain aja kamu sama cowok itu? Saya tahu dia pacar kamu, tapi kamu juga harus tau batas Sooya. Kamu sudah menikah!"

Sooya berdecak bersamaan dengan setetes air mata yang membasahi pipinya. "Mas-Bapak bisa diem dulu nggak? Saya lagi sedih ini."

Lelaki itu menelan ludah. Rasa amarahnya seketika lenyap mendengar suara Sooya yang terdengar putus asa. Varrel menghampiri Sooya dan duduk di sampingnya.

"Sedih kenapa?" tanyanya dengan nada melembut.

Seketika tangis Sooya pecah. Wanita itu meraung keras benar-benar seperti anak kecil. "Rasya mutusin saya."

Orangtua mereka bilang, mereka ini pasangan yang cocok. Yang satu dewasa, yang satu kekanakan. Jadi harus saling melengkapi.

"Bukannya dia sayang sama kamu. Kenapa dia mutusin kamu?" tukas Varrel.

"Rasya, dapet beasiswa di Amsterdam. Dia bilang nggak mau LDRan sama saya, jadinya saya diputusin," jelas Sooya masih sesenggukan.
"Tapi dia janji bakal kembali."

"Berarti bener dong Rasya itu pacar kamu, bukan kakak tingkat kamu!" Sooya diam, karena memang benar.

Menyadari itu, Varrel menggeser duduknya. Meraih bahu Sooya dan menyandarkan kepala istrinya di bahu. Tangannya bergerak mengelus lembut surai legam nan panjang itu.

"Kamu nggak usah sedih. Kalau kamu sedih dia nanti juga ikut sedih. Dia ke Amsterdam karena sedang mengejar cita-citanya. Kamu harusnya mendukungnya, kalau dia tahu kamu sedih dia malah kehilangan semangatnya."

Varrel menangkup kedua pipi Sooya, menghapus jejak air mata lalu merapikan helai rambut yang menutupi wajah Sooya. "Kamu harus tetap tersenyum. Tunjukkan ke dia kalau kamu baik-baik aja. Dan biarkan dia pergi tanpa meninggalkan beban."

✔[1]. Love Me, Hurt Me Too Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang