Langit oranye yang menghiasi kota Jakarta membuat Sooya merasa lebih tenang. Dari jendela kamar ia melihat kendaraan yang berlalu lalang.
Sooya terkesiap saat mendengar suara pintu, berbalik kemudian tersenyum tipis.
"Sudah lebih baik?" tanya Varrel dan Sooya mengangguk.
"Syukurlah. Kalau begitu, lebih baik kita pulang. Kantor udah sepi."
Sooya berjalan ke arah Varrel dan laki-laki itu meraih pinggangnya, menggiring wanita itu berjalan.
****
"Hp gue mana sih?" Rose mengacak isi tasnya. Ia menggunakan ponselnya untuk memesan kendaraan dan tanpa benda itu Rose tidak bisa pulang.
Berjalan mondar mandir sambil terus mengingat, mengulang apa saja yang dilakukannya. "Tadi gue abis dari ruang ATK, terus Mbak Jennie nyuruh gue kirim email ke PT. Sudiro dan HP gue lowbat."
Rose menjentikkan jarinya. "Oh iya, masih gue charge di atas."
Gadis itu berlari kecil ke arah lift, memencet tombol dengan tidak sabaran sambil terus menggerutu.
Ting!
"Finally!" celetuk Rose saat pintu lift itu terbuka.
Gadis itu melebarkan matanya saat melihat Varrel dan Sooya bersama, satu tangan Varrel yang berada di pinggang Sooya pun membuatnya berfikir macam-macam.
Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Mengerjapkan mata karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Rose membuka sedikit mulutnya.
Sooya pun tak kalah terkejutnya dengan kehadiran Rose. "Rose?"
"Eㅡeum ... Silahkan, Pak, Bu. Sㅡsaya lewat tangga saja. Permisi." Rose membungkukkan badannya kemudian segera pergi dengan segala keterkejutannya. Mengabaikan Sooya yang sedari tadi terus memanggil.
"Rose! Jangan salah paham, Rose! Rose!" Sooya ingin berlari mengejar Rose, namun tangannya dicekal oleh Sang suami.
"Biarkan saja, Sooya. Saya rasa sudah cukup kita menyembunyikan hubungan ini."
"Tapi, Mas-Bapakㅡ"
"Hubungan kita sah, bukan hubungan terlarang. Cepat atau lambat mereka juga bakalan tahu."
Sooya menghela nafasnya, pikirannya semakin kacau.
"Tidak perlu berkoar-koar, mereka akan tahu seiring berjalannya waktu."
****
Setibanya di rumah, Varrel dikejutkan dengan karangan bunga atas nama istrinya. Teror itu benar-benar mengancam Sooya.
Buru-buru Varrel menutup mata Sooya sambil terus menuntunnya. Tak mau Sooya semakin terbebani dengan serangkaian teror yang mengikuti mereka.
"Ada apa, Mas-Bapak?" tanya Sooya yang kebingungan. "Mas-Bapak mau kasih saya kejutan ya?"
"Aㅡah, itu, iya. Saya punya kejutan buat kamu."
Senyum Sooya merekah, membayangkan kalau itu mungkin kalung liontin atau bunga mawar. Sambil terus menutup mata istrinya, Varrel menggiring Sooya masuk kemudian mengunci pintu.
"Apa kejutannya, Mas-Bapak? Saya udah nggak sabar."
Varrel menipiskan bibirnya karena ia sama sekali tak menyiapkan kejutan apapun. Terlintas sebuah ide di benaknya, walau Varrel sendiri pun tak yakin Sooya akan menyukainya atau tidak.
"Kamu duduk dulu." Lelaki itu membantu Sooya duduk di sofa ruang tamu. "Tunggu sebentar."
Kemudian Varrel pergi ke kamarnya, mengacak acak isi lemarinya. Dan menemukan sebuah gelang kaki wasiat Mama. Varrel berpikir untuk memberikan itu ke Sooya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[1]. Love Me, Hurt Me Too
Fanfic[c o m p l e t e d] genre : perjodohan-romance Seseorang mengatakan kalau cinta ada karena terbiasa, Sooya berhasil mewujudkan itu. Sebuah perjodohan antar perusahaan yang membuatnya terjebak dengan seorang CEO yang mengacaukan seluruh hidupnya. Var...