"Mas-Bapak, tolong ambilin merica di atas dong." Sooya menunjuk toples yang berada di lemari atas. Ia sudah mencoba mengambilnya sendiri, sayangnya tidak sampai.
"Merica yang mana?" tanya Varrel menimbang toples merica dan ketumbar.
Melihat itu pun, Sooya ikut bingung. Masalahnya ia juga tidak bisa membedakan mana merica mana ketumbar.
"Yang ini deh kayanya." Sooya menunjuk toples merica dengan ragu.
"Eh, bukan bukan. Yang ini Mas-Bapak!" tunjuknya yakin pada toples ketumbar. Mereka sengaja tidak memakai merica bubuk atau ketumbar bubuk, soalnya kata Mama yang alami itu lebih enak.
"Yakin?" Varrel mengangkat toples ketumbar.
"Nggak yakin yakin banget sih. Mas-Bapak tahu bedanya merica sama ketumbar nggak?"
Varrel terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. "Seinget saya, kalau Mama masak dulu sering cium baunya. Mungkin ketumbar sama merica punya aroma yang beda."
"Coba cium." Varrel menyodorkan toples ketumbar yang sudah dibuka.
Sooya menurut. Ia melongokkan kepalanya dan membau aroma ketumbar. "Asing, Mas-Bapak. Saya nggak pernah cium bau kaya gini sebelumnya."
"Makanya kalau disuruh bantuin Mama masak itu cepet dibantuin, jangan rebahan mulu. Kalau udah nikah kan ribet juga jadinya, suami kamu mana kenyang lihatin kamu rebahan doang?" sindir Varrel sambil menutup kembali toplesnya.
"Mas-Bapak jangan salah, rebahan saya itu aesthetic loh," ucap Sooya bergaya.
"Lagian suami saya kan kaya, gampang kali kalau mau kursus masak." Sooya menaikturunkan alisnya.
"Kamu ngode saya?"
Sooya meringis. "Beruntung banget punya suami pekaan."
"Iya, nanti saya bilang Mama buat ajarin kamu masak."
"Ah, nggak asik ih. Maunya kursus diluar." Sooya mencebikkan bibir dengan puppy eyes-nya.
"Kamu tau kenapa saya bisa kaya?" Sooya menggeleng kukuh.
"HEMAT!"
"Hemat sama pelit itu beda tipis loh Mas-Bapak."
"Saya hemat, bukan pelit. Kalau boros itu kamu," seloroh Varrel.
"Mas-Bapak juga boros!"
"Saya boros? Emang kamu pernah liat saya buang sesuatu yang nggak berguna?"
"Pernah."
"Kapan?"
"Mas-Bapak suka buang buang air. Itu boros kan?" balas Sooya tak mau kalah.
Varrel menipiskan bibirnya. Tak tahu harus berekspresi. Harus marah atau harus tertawa, ia dilema. "Saya punya dosa apa sih sampai punya istri kaya kamu."
Sooya tertawa dengan ekspresi pasrah Varrel. "Jadi merica yang mana?"
"Kalau yang itu bukan berarti yang ini. Coba cium lagi." Varrel menyodorkan toples merica.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[1]. Love Me, Hurt Me Too
Fanfic[c o m p l e t e d] genre : perjodohan-romance Seseorang mengatakan kalau cinta ada karena terbiasa, Sooya berhasil mewujudkan itu. Sebuah perjodohan antar perusahaan yang membuatnya terjebak dengan seorang CEO yang mengacaukan seluruh hidupnya. Var...