Keluarga kecil Varrel memilih pindah ke apartemen yang sudah disiapkan. Mereka tidak mau membebani orangtua dan berinisiatif untuk hidup mandiri.
Menggeret kopernya, Sooya kedapatan menguap karena kelelahan. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun untuk beberes. Sementara laki-laki yang kini menyandang status sebagai suaminya itu tampak biasa saja. Gagah seperti tak merasa lelah sedikitpun.
Hal pertama yang Sooya lihat, di apartemen ini sudah dipenuhi barang yang juga sudah tertata rapi. Beberapa perabot dan hiasan juga sudah rapi terpajang. Termasuk foto pernikahan mereka yang terpampang nyata di ruang tamu.
"Ini semua yang nyiapin Mas-Bapak?" tanya Sooya dengan decak kagum yang jelas kentara di wajahnya.
"Saya sewa orang buat ini." Oke, jangan lupa kalau dia orang kaya.
"Desainnya bagus, Pak. Saya suka."
"Baguslah. Semoga kamu betah tinggal sama saya."
"Kalau gini sih udah pasti betah, Mas-Bapak," gumam Sooya jujur. Membuat Varrel tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
Sooya melangkah ke jendela besar diujung ruang. Yang sanggup membuat decak kagum Sooya karena pemandangan yang menampilkan hampir keseluruhan kota Jakarta. Disana juga ada pintu yang terhubung dengan balkon. Dan bisa dipastikan akan menjadi basecamp Sooya dikala gabut melanda.
"Sekarang kamu pilih kamar. Yang kanan atau yang kiri?" Pertanyaan Varrel membuat Sooya tersadar.
Lantas perempuan itu menoleh cepat dengan raut heran. "Kita nggak sekamar?"
"Kamu sendiri yang bilang kalau kita harus jaga batasan. Daripada tidur sama guling di tengah mending pisah kamar aja sekalian," usul Varrel.
"Iya juga sih."
"Lagian kamu kalau tidur dengkurnya kenceng banget saya jadi nggak bisa tidur," gumam Varrel.
"What?!" Sooya memekik. "Asal Mas-Bapak tau ya, saya kalau tidur tuh anggun. Nggak ngorok apalagi ileran."
"Anggun darimana-nya? Semalem aja kamu tampar wajah saya, nglindur nggak jelas abis itu tendang saya sampai jatuh," protes Varrel.
Sooya melotot. "Mas-Bapak fitnah! Mana ada saya kaya gitu?!"
"Kamu nggak sadar karena lagi tidur!"
"Mas-Bapak nggak asik ih!"
Varrel terkekeh melihat tingkah Sooya. "Udah sekarang kamu pilih kamar yang mana?"
Sooya bergumam sambil mengetuk-ketukkan telunjuknya di Dagu, berfikir. "Yang kanan aja deh, Pak. Deket sama jendela. Nanti saya bisa sering liat sunset."
"Oke. Tapi kalau malem ada cewek pake baju putih rambutnya panjangㅡ"
"Mas-Bapak jangan nakutin saya dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[1]. Love Me, Hurt Me Too
Fanfic[c o m p l e t e d] genre : perjodohan-romance Seseorang mengatakan kalau cinta ada karena terbiasa, Sooya berhasil mewujudkan itu. Sebuah perjodohan antar perusahaan yang membuatnya terjebak dengan seorang CEO yang mengacaukan seluruh hidupnya. Var...