sebagian besar part ini berisi sudut pandang Varrel.
****"Pergi, dan jangan temui keluarga saya lagi."
Brak!
Mama menutup pintu dengan kasar, sama sekali tak mengijinkan Varrel masuk. Membuat laki-laki itu memejamkan mata. Matanya mengerjap beberapa kali, sangat tak menduga kalau reaksi Mama mertuanya akan seperti itu.
Akan tetapi, mau bagaimanapun ini juga kesalahannya. Kesalahan Varrel yang terlalu ceroboh. Ya, Varrel terlalu ceroboh karena menerima kedatangan Irene untuk menghiburnya.
Saat itu pun, Varrel sedang lengah. Hingga dengan mudahnya Irene meracuni pikirannya. Dan perihal kehamilan Irene, Varrel berjanji untuk menguak kebenaran, membuktikan pada Sooya kalau itu semua hanyalah fitnah.
Varrel meraba saku celana saat merasakan ponselnya bergetar lama, tanda ada panggilan masuk. Dengan cepat ia menggeser tombol hijau saat membaca panggilan datang dari Mama Soraya, Mamanya sendiri.
"Halo, Ma?"
"Pulang sekarang." Tidak biasanya Mama melontarkan nada ketus seperti ini, membuat Varrel mengerut bingung.
"Tapi, Ma. Aku lagiㅡ"
"Pulang sekarang atau Mama nggak akan ngijinin kamu pulang selamanya."
Tut. Panggilan diputuskan secara sepihak oleh Mama membuat Mendengus Pelan dan meraup wajahnya kasar. Varrel merasa sangat kacau. Kepalanya seperti mau pecah dengan rentetan kejadian yang menimpa rumah tangganya belakangan ini.
Lelaki tersebut bergegas pergi meninggalkan rumah besar bernuansa modern itu. Memilih mengikuti panggilan Mamanya.
****
Plak!
Satu tamparan mendarat di rahang tegas itu, membuat Varrel memalingkan wajah saking kerasnya Mama menamparnya. Dadanya terasa sesak saat melihat sorot amarah di kedua mata Mamanya. Denyut perih dan panas itu berkumpul di pipi.
"Mau jadi laki-laki brengsek kamu?!" Mama Soraya adalah tipe orang yang penyabar, membuat Varrel tak berkutik saat wanita paruh baya itu memarahinya.
Bukankah kalian pernah mendengar, bahwa kecewanya orang sabar lebih mengerikan dari apapun?
Mata Mama berkaca-kaca melihat putranya yang menatapnya dengan wajah bersalah. "Mama memang bilang ingin segera menimang cucu, tapi bukan dari wanita ini, El!"
Mama menunjuk Irene yang tengah duduk dengan menundukkan kepalanya, wanita itu sendiri yang mengadu kalau ia tengah mengandung.
"Kamu punya istri sah, kenapa malah berhubungan sama wanita ini?!" Air mata mulai menetes membanjiri pipi wanita yang mulai keriput itu.
Varrel menundukkan kepala, tangisan Mama adalah kelemahannya.
"Belum cukup kamu bikin keluarga kita malu karena wanita ini lagi hah?! Dulu, kamu nekat menikah tanpa restu dari Mama sama Papa, dan sekarangㅡ" Mama menghentikan ucapannya karena tak sanggup lagi melanjutkan perkataannya.
"Kalau sudah begini, bagaimana kita mau jelasin ke orangtua Sooya?" Sebagai seorang Ibu, harga dirinya serasa diinjak-injak atas kelakuan bejat putranya. "Mama kecewa sama kamu, El."
Varrel meluruh lalu bersujud di kaki Mamanya. "Aku minta maaf, Ma. Semua ini terjadi karena ketidaksengajaan."
"Sengaja ataupun tidak, kesalahan tetaplah kesalahan. Bagaimanapun caranya, kamu tetap harus tanggung jawab."
Lelaki itu mendongakkan kepala mendengar penuturan Mama, tidak mungkin kan ia memadu Sooya?
"Itu benar, El. Gimanapun kamu harus tanggung jawab, ini anak kamu. Anak kita, El." Irene turut bersuara menghampiri Ibu dan anak itu. Membuat Varrel menegakkan tubuhnya dan berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[1]. Love Me, Hurt Me Too
Hayran Kurgu[c o m p l e t e d] genre : perjodohan-romance Seseorang mengatakan kalau cinta ada karena terbiasa, Sooya berhasil mewujudkan itu. Sebuah perjodohan antar perusahaan yang membuatnya terjebak dengan seorang CEO yang mengacaukan seluruh hidupnya. Var...