"Aku kangen banget sama kamu, El."
Varrel melepaskan pelukan Irene darinya, membuat banyak jarak diantara mereka. Dengan tatapan yang sulit dijelaskan apa maksudnya, lelaki itu pergi ke meja kerja untuk mengemasi barangnya.
Ia masih membisu dan memilih menyibukkan diri dengan kegiatannya. Mengabaikan Irene yang mengharapkannya. Setelah selesai mengemasi barangnya, Varrel melangkah ke arah pintu.
Namun, tangannya dicekal Irene dari belakang.
Varrel mencoba menepis tangan Irene, tapi sayang perempuan itu semakin mengeratkan genggamannya. Membuat Varrel menggertakkan giginya.
"El, nggak bisa kah kamu lihat aku kaya dulu lagi?"
Lelaki itu berbalik, menatap Irene yang lebih rendah darinya. "Pergi."
"Jauh-jauh aku pulang dari Aussie dan ini balasan kamu, El?" Gadis itu memelas.
"Pergi sebelum saya suruh satpam buat usir kamu," gertak Varrel dengan nada dinginnya.
"Aku mau kita kembali kaya dulu lagi."
"Jangan mimpi!"
"Nggak, El. Aku minta maaf. Aku pikir Rey adalah orang yang lebih baik dari kamu. Tapi ternyata aku salah, El. Dia bohongin aku, diaㅡ"
"Baru sekarang kamu sadar?"
"M-maaf."
"Pulang. Nggak ada yang mengharap kedatangan kamu disini."
Seperti ditusuk belati yang melukai perasaannya, Irene tercekat dengan untaian kalimat dingin yang keluar dari mulut lelaki itu. "El, kamu tega?"
"Kamu yang ngajarin saya," ucap Varrel dengan tatapan tajam yang menusuk. Kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Aku ketemu istri kamu tadi." Varrel menghentikan langkahnya. "Dia 'kan yang bikin kamu berubah? Pasti dia udah pengaruhin kamu iya kan?!"
"Kamu yang bikin saya berubah, Irene Chalista," tekan laki-laki itu.
"Kasih aku waktu buat perbaiki semuanya, El. Please."
"Semuanya sudah terlambat."
"Aku mau ngomong banyak sama kamu. Bisa temui aku besok?"
"Saya sibuk."
"ILONA Bar jam 21.00. Aku tunggu disana."
****
Menghela nafas panjang, Varrel ragu sekedar untuk masuk ke apartmentnya sendiri. Masalahnya ia sudah mengingkari pesan istrinya untuk tidak pulang terlalu malam.
Beberapa detik ia masih mematung sampai akhirnya memilih memberanikan diri untuk membuka pintu. Varrel mengerutkan keningnya saat mendengar suara musik dari kamarnya.
Seulas senyum terkembang di wajahnya. Itu pasti Sooya yang sedang menghibur diri. Kakinya melangkah perlahan menuju kamar.
Saat membuka pintu, ia melihat istrinya yang tengah merekam aksinya berjoget dengan iringan lagu yang tengah viral belakangan ini. Belum berniat membuka suara, lelaki itu memilih diam mengamati Sang istri yang sepertinya belum menyadari kehadirannya.
Varrel mengerutkan kening. Beberapa gerakan yang dilakukan Sooya cukup terkesan vulgar. Apalagi wanita itu hanya memakai kemeja putih milik Varrel yang menjadi oversize untuk ukuran tubuhnya, ditambah dengan hotpants ketat yang memberi kesan seksi.
Sepertinya hari ini Tuhan tengah menguji kesetiaannya.
Dengan langkah pasti, Varrel mengambil ponsel yang Sooya gunakan untuk merekam. Membuat wanita itu seketika menghentikan gerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[1]. Love Me, Hurt Me Too
Fanfic[c o m p l e t e d] genre : perjodohan-romance Seseorang mengatakan kalau cinta ada karena terbiasa, Sooya berhasil mewujudkan itu. Sebuah perjodohan antar perusahaan yang membuatnya terjebak dengan seorang CEO yang mengacaukan seluruh hidupnya. Var...