Aksi 11 - Semesta Berkata Sebaliknya

7.5K 1.3K 154
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

MULAI SEKARANG, Oceana tidak menyukai kata 'tetangga'.

Bukan, jika saja kata 'tetangga' ini berlaku untuk manusia lain, tidak apa-apa. Asalkan jangan Obelix. Mau rumah mereka berjarak hanya satu tembok, dipisah dua rumah, beda blok, berhadapan—pokoknya selama masih satu komplek, Oceana tidak menginginkannya.

Namun, apa boleh buat? Semesta berkata sebaliknya. Obelix sudah tinggal satu komplek bersamanya nyaris dua mingguan ini. Alhasil, Oceana merasa ketenangan hidupnya perlahan berubah.

Misal dengan satu contoh, Obelix ini selalu menemuinya tiap pagi. Bukan dalam artian bertamu, tetapi ke arah tidak sengaja bertemu. Jamnya selalu persis sebelum Oceana berangkat kerja. Alasannya? Beraneka ragam. Pertama, Obelix bilang hawa dari jalan area rumah Oceana itu sejuk.

"Lo lagi!" desis Oceana kala itu. "Ngapain sih? Pait. Pait. Pait."

"Lari pagi, Na. Biar sehat sekaligus buang rasa males."

"Ya enggak perlu ke sini!"

"Terus kemana? Jalan depan rumahmu kan emang rutenya."

"Hellooo," cibir Oceana dengan mata memutar. "Lo kira gue warga yang baru tempati ini komplek? Jalanan sini banyak. Dari rumah lo, harusnya ambil sebelah kiri terus muter yang arah selatan. Bakal balik juga ke rumah lo tanpa ke arah gue."

"Mana mau aku, Na," tolak Obelix santai. "Enak yang begini. Jalan arah rumah kamu adem-adem gitu."

Kedua, kalau lewat dari jalan lain, daya kemalasan Obelix melonjak naik. Bara semangatnya cuma berlaku menuju jalan rumah Oceana. Padahal, apa yang beda? Jalanan mau dari sebelah manapun tetap sama. Adapun tentang semangat dan rasa malas, itu datangnya dari diri sendiri.

"Hai, Ana. Pagi ini cerah gitu ya?"

Oceana memelototi Obelix. "Astaga, bisa nggak sih lo berkompromi sama gue?"

"Dengan?"

"Jangan lewat depan rumah gue."

"Yah, nggak mau kalau itu."

Oceana memejam.

"Kenapa lewat sini lagi?" Dari Obelix, Oceana belajar arti sabar. Ini masih pagi, kalau ada tragedi pelemparan sepatu heels, agak tidak lucu juga. Selain itu, Oceana tidak ingin mood paginya memburuk. Kedatangan Obelix di depannya sudah cukup memperburuk mood, jika ditambah dengan hal lain, Oceana takkan mau. "Lama-lama lo nggak jauh beda polusi visual di mata gue."

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang