Aksi 28.2 - Asal Tahu Batasan

5.9K 1.1K 256
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

KEINGINAN TERBESAR Oceana sekarang adalah mengutuk Oriana jadi bakwan cicak. Gila. Dari awal mereka bertemu sampai sekarang di ulang tahunnya Tante Tamala, perempuan itu serupa haus perhatian. Ada saja gitu aksinya biar jadi trendsetter.

Dengan satu contoh, ketika Tante Tamala menginginkan anggur yang letaknya dekat Oceana, Oriana malah mempersulit keadaan. Dia rela berhenti makan, turun dari kursi, lalu menuju bagian Oceana untuk mengambil anggur tersebut. Alasannya, sih, agar tidak kebanyakan duduk.

Jengkel? Iya. Namun, Oceana menahan diri untuk tetap mengikuti ajaran papinya agar tidak mengutamakan amarah. Maka, ketika beberapa obrolan dari Om Darwana, Papa tiri Obelix, yang seharusnya untuk Oceana malah direbut Oriana, Oceana hanya mengulas senyum. Walaupun akhirnya dia bisa menjawab, tetapi agak terlambat.

Tidak apa-apa, Oceana juga kurang suka terlalu banyak bicara ketika makan.

Di pesta Tante Tamala tidak ada tradisi potong kue dan tiup lilin. Seperti omongan Obelix, beliau hanya melakukan makan bersama lalu selebihnya mengobrol. Cukup sederhana. Selagi Obelix sedang sibuk mengobrol bersama orang tuanya, Oceana menyingkir. Dia menuju bagian belakang rumah yang ternyata ada beberapa kandang hewan peliharaan.

Oceana meletakkan satu kakinya ke belakang, lalu duduk. Sebagian besar orang yang datang sedang sibuk mengobrol di ruang tengah. Area belakang hanya sebatas jadi pembuangan suara, tetapi cukup bagus untuk tempat persembunyian bagi orang-orang yang bingung mau melakukan apa. Seperti Oceana.

"Jujur, sih, saya salut sama pengendalian diri kamu." Mendengar itu, badan Oceana lantas agak menyerong. "Saya Naina. Maaf, kalau kesannya saya sok akrab atau gimana-gimana."

Juluran tangan berisikan gelas itu serupa tanda agar menerima. Namun, Oceana malah memindahkan matanya ke sana, ke mari, meski di akhir dia menyerah. Ini sudah gelas jus jeruk ketiganya dalam waktu kurang dari tiga jam. Ingatkan Oceana untuk banyak minum air putih setelah ini.

"Sejujurnya saya kurang paham pujianmu barusan itu untuk apa," balas Oceana. "Tapi, makasih deh, Naina."

"Saya boleh ikut duduk?" Geseran badan Oceana sudah jadi tanda setuju. "Nah, lebih enak di sini. Meski masih kedengaran suaranya, tapi nggak seberisik di dalam."

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang