Aksi 12 - Sukses Bikin Pusing

6.4K 1.2K 196
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

OCEANA MERASA hal-hal yang tidak penting mulai memasuki hidupnya satu persatu. Dimulai dari pertemuannya dengan Obelix karena insiden "kecelakaan" alias mabuk, fakta bahwa Obelix merupakan tetangganya, berlanjut ke Shera yang menyebalkannya tidak jauh beda dengan sang Kakak—sukses bikin pusing.

Sekarang, Oceana mulai memikirkan dosa yang telah diperbuat selama hidup di dunia 27 tahun ini. Apakah ini ada kaitannya dengan keputusan Oceana untuk tinggal sendiri karena mual melihat romantika Mami papinya?

Sebentar, atau jangan-jangan dikarenakan masa kecilnya yang pernah membunuh ayam karena terlampau geram? Ya, tapi mau bagaimana? Oceana juga terpaksa ketika melakukannya. Ayam itu sudah dengan jahat buat dia menangis karena mematuk lutut sampai berdarah. Nyerinya bukan main!

Jadi, sebagai balas dendam, Oceana memukul ayam itu menggunakan gagang sapu. Satu kali, tapi sudah cukup membuat ayamnya mati. Alih-alih senang, Oceana menangis ketakutan karena takut dipenjara.

"Mam! Mami!" teriaknya kala itu selepas menyaksikan ayam sudah terkapar. Oceana berlari masuk ke rumah. "Mami! Ana mau nangis! Satu, dua, tiga. Huaaa! Mami!"

Mami Windha—dengan hair dryer di tangan itu datang. Raut mukanya bingung nan sebal. "Ana, kamu kenapa sih? Pagi-pagi gini udah heboh."

Oceana lantas menubruk tubuh Maminya erat. "Mami...," tangisnya sesenggukan. "Ana takut, Mam. Ana...."

"Takut kenapa deh?"

"Anu...."

"Anu apa sih, Ana? Yang jelas kalau ngomong!" sembur Maminya.

"Ayam...," balas Oceana. "Ayamnya mati, Ana nggak tau kalau dia lemah banget...."

"Terus kenapa?"

"Ana penjahatnya."

Mami Windha langsung melongo. "Loh? Bisa gitu?"

"Ana pukul dia," terang Oceana. "Ana kesel karena dia udah berani patok lutut Ana sampe perih banget."

"Ana, Mami—"

Tangisan Oceana makin meraung. Kepalanya geleng-geleng. "Mami, kalau Ana masuk penjara gara-gara mukul Ayam gimana? Ana masih bisa sekolah nggak? Makanan di penjaranya ada nasi merah nggak? Ana nggak mau yang putih, nggak suka! Bikin keinget ayam laknat itu mulu! Terus yang jagain Lix di sekolah siapa nantinya? Lix masih cengeng, Mami...."

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang