Aksi 10 - Hukum Timbal Balik

7.7K 1.4K 138
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

(Flashback....)

OBELIX TIDAK pernah menganggap masa kecilnya buruk. Meski sudah lebih dari sekali perkataan Ayahnya bikin Obelix merasa sedih.

Ayahnya selalu mengatakan dia culun jika menaikan celana terlalu tinggi. Atau ketika Obelix makan dengan lahap, Ayahnya selalu memprotes, "Kasihan petani kalau kamu makan kayak kudanil begitu. Santai. Kelakuan orang Bumi nggak begini, nanti kamu mirip alien obesitas."

Jika mamanya membubuhkan bedak ke muka serta gaya sisir yang buat Obelix super klimis, ayahnya bilang, "Dia tuh manusia. Bukan adonan kue yang kamu perlu ditaburin gula halus. Terus ngapain sisir rapi-rapi begitu? Dia cowok lho! Berantakan nggak bikin dia mati!"

Padahal, Obelix ini suka kerapian. Entah dari baju yang tidak boleh ada kusut, sepatu yang sedikit saja memiliki noda—harus segera dicuci, termasuk rambut. Gaya sisir Obelix lebih nyaman jika rambut bagian depannya ditarik ke belakang sampai menunjukkan dahi. Rapi. Bukan berantakan.

Namun, apa selanjutnya? Dia hanya bisa diam jika ayahnya sudah berkata-kata seperti itu. Mau melawan dengan bantahan pun, Obelix tidak punya nyali. Kemarahan ayahnya selalu melibatkan tangan ke pipi. Dengan alasan, didikan anak laki-laki itu harus keras. Tidak boleh lembek.

Jadi, sampai sekolah, Oceana-lah yang bertindak heroik dengan membantu menyisir rambut menggunakan kelima jari. Tidak ada sisir, Oceana selalu lupa membawanya. Dan untuk meminjam ke pihak kantin, Obelix selalu mendapat larangan dari Oceana.

"Lix, kita tuh nggak tau gimana kondisi rambut orang. Terus misal kita pinjem sisir mereka, ternyata rambutnya kayak sarang kutu gimana? Nular ke kamu dong! Najis tralala-trilili deh! Aku nggak mau! Bisa-bisa rambutku yang badai kena juga!"

Obelix bisa apa selain menurut? Oceana ini sahabatnya yang baik, suka menolong, dan yang paling penting tidak ada ejekan ketika dia menangis. Walaupun beberapa kali, Obelix selalu jengkel pada Oceana yang seenaknya merebut cimol miliknya. Padahal sudah dibagi rata.

"Na, kan perjanjiannya seratus cimol itu kamu 15. Terus aku sisa dari seratusnya. Kalau setiap makan kamu ambil dari aku, ya sama aja bohong dong?"

"Lix, Abang cimolnya juga masih ada di depan!"

"Males ke sananya, Na. Capek."

"Aku gendong udah!" balas Oceana agak jengkel, masih mengambil cimol milik Obelix. Punyanya? Masih utuh. "Perkara cimol doang kamu mah heboh. Papiku bisa langsung beli sepabrik cimolnya kalau mau!"

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang