R: 16+ (Terdapat beberapa umpatan kasar dan adegan ciuman)
PART LENGKAP ✓
#1 BADASS LOVE SERIES
***
Memiliki paras menawan, tubuh indah, serta daya pikat yang kuat, menjadi alasan Oceana Listya untuk bangga pada dirinya sendiri. Siapa bilang cuma l...
Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛
Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.
Selamat baca!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
BAIK VERSI kecil maupun dewasa, kemenangan Obelix tetap sama: selalu berhasil buat Oceana merasa dirinya tolol.
Saat kecil, ketololan Oceana itu setia mengharapkan keberadaan Obelix di sekitarnya, seperti yang lelaki itu janjikan. Namun, apa yang terjadi? Nihil. Obelix menghilang di ulang tahunnya ke sepuluh tahun.
Ketika dewasa, Oceana selalu merasa dirinya bermain aman dalam hal-hal romantika. Bebas buat laki-laki merasa dirinya spesial dan bergantung, padahal Oceana sebatas bermain-main. Buat Oceana, terbawa perasaan artinya pecundang. Tetapi, apakah ini berlaku pada Obelix?
Tolol. Kenapa gue deg-degan gini, sih? Ini lagi bibir kenapa rasanya pengen senyum melulu? Plis, itu cuma cium pipi. Pake perantara pula. Nggak ada yang spesial!
"Na, kamu kepanasan ya itu? Kok, pipinya mendadak merah?"
"Nggak!" Ya ampun ... mengapa Oceana jadi begini? "Nggak! Biasa aja!" Berbalik, Oceana siap melangkah, tetapi tidak lama, dia menghadap Obelix lagi. "Awas aja mikir macem-macem aku tabok!"
"Hah? Apa maksud kamu?"
"Ih, pokoknya enggak!" Setelah memberi dorongan pada bahu Obelix, Oceana kabur. Ini sama sekali bukan hal yang benar. Reaksi berdebar karena aksi laki-laki itu sebatas mitos, bukan? Obelix sama dengan laki-laki lain: tidak ada yang spesial. Sampai di depan pintu utama, Oceana berhenti untuk mensugesti dirinya. "Tenang, Na, tenang. Deg-degan itu tanda kalau lo manusia seutuhnya, kan? Lix cuma kebetulan ada di depan lo. Nggak ada pengaruhnya."
Setelah itu, dia berbelok menuju ruang pengawasan CCTV di sebelah Utara. Sambil menenteng paper bag, Oceana membuka pintu. "Gue bakal jelasin isi di dalam sini," katanya, dia mendekati Casya dan Milky yang sedang memfokuskan matanya pada komputer. "Ah, itu lobi kan, ya? Posisi gue ada di belakang dia bareng Norta. Nggak lama lagi dia bakal nabrak—nah kan beneran nabrak tong sampah. Terus kabur."
"Ana, plis, jangan jadi komentator dong," keluh Casya, memutar mata. "Itu paper bag isinya apa?"
Dalam sekali sentak, paper bag itu jatuh dan sebuah hoodie biru terpampang di kedua tangan Oceana. Oceana lalu menjelaskan, "Selepas orang itu kabur, gue balik bareng Norta naik motor. Asli, tuh orang bego atau gimana, sih? Kenapa pula harus buang barang bukti di tong sampah yang masih area kantor?"