Aksi 15 - Mimpi Kamu Apa?

5.5K 1.2K 285
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

(Flashback)

SEWAKTU OCEANA dan Obelix kecil, mereka punya kebiasaan untuk menginap bersama di hari Sabtu.

Mereka berbagi tugas. Oceana yang mengurus tempat, sedangkan Obelix makanan.

Jadi, ketika pukul lima sore di hari Sabtu, Obelix mendadak ribet banget. Dia ajak mamanya ke supermarket buat beli aneka kudapan, chiki, permen, sampe es krim. Bersemangat? Pasti. Memangnya siapa juga yang ingin menolak tidur di rumah gedong keluarga Narawangsa?

Belum lagi Mami Papi Oceana orangnya asik banget. Mereka selalu mengizinkan Obelix buat main sepatu roda di dalam rumah tanpa khawatir diomelin sebab lantainya kotor. Atau ketika Jesslyn, Adik Oceana, mengusulkan ide buat berenang, Obelix jadi bertambah senang bisa main air sekaligus perosotannya.

Kalau di rumahnya, boro-boro. Obelix ketahuan menaruh sepatunya asal-asalan, mamanya marah. Atau ketika Obelix terlalu malas buat membereskan krayon bekas dia gambar, ayahnya bentak-bentak. Persis seperti kemarahan ketika tahu ia menangis.

Terkadang Obelix ingin banget protes pada Tuhan, kenapa harus hidupnya berada di antara orang tua pemarah? Sedangkan dia sendiri, orangnya sensitif banget.

Obelix juga memikirkan bagaimana nasib masa depan adiknya yang di perut sang Mama. Apakah dia harus bernasib seperti Obelix? Semoga saja tidak, apalagi Obelix ingat, calon adiknya adalah perempuan.

Selepas menyalami tangan mamanya, Obelix keluar dari mobil. Sudah ada Mami Windha yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dan mamanya. Tidak ada kendaraan yang melaju, jadi Obelix berlari.

"Mami Menang!" pekik Obelix bergembira. "Sebentar, Mam, Lix engap banget. Napas dulu. Hah ... hah ... satu ... dua...."

Tidak lama, dia melanjutkan, "Mami Menang, Lix mau peluk!" Windha yang sedari tadi tergelak, menerima pelukan Obelix dengan erat. "Aduh, Lix bawa kantong kresek begini jadinya ribet."

"Kamunya kebiasaan banget. Suruh setop bawa makanan, masih aja dilakuin," kata Mami Windha pura-pura sebal, menyentil pelan telinga Obelix. "Di sini juga udah ada banyak makanan kali."

"Mami, mana bisa gitu. Lix kan udah janji ke Ana buat bagi tugas. Ana yang bagian kamar, Lix bagian cemilan. Biar adil," terang Obelix. "Kayak konsep pembagian cimol kami."

"Terus gimana? Kebanyakan camilan dong rumah Mami."

"Ya nggak papa, Mami Menang. Bagus. Anggap aja rumah Mami macem rumah kue."

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang