Chapter 21: Stop hoping

364 67 5
                                    

Itsuka marah besar mendengar (Name) yang memutuskan menyerah. Ia mengomeli (Name) dua jam penuh. Mengingatkan perjuangan orangtua gadis itu mengumpulkan uang untuk biaya operasinya.

Bukankah lebih baik (Name) berusaha mendapatkan hati Shouto? Ia tak jadi operasi dan orangtuanya tak perlu bekerja keras.

"Aku tahu Todoroki memilih Yaoyorozu. Lebih baik aku menyerah saja daripada terus berjuang. Toh, hasilnya akan sama saja."

Itsuka tak tahan lagi mendengar alasan (Name), ia menampar keras pipi sang sahabat. Air matanya mengucur deras, napasnya tersengal.

Ia mencengkram kerah kemeja (Name) dan memaksa gadis itu menatapnya.

"Aku dan orangtuamu berjuang! Aku berusaha membantumu mendapatkan hati Todoroki-san dan orangtuamu mengumpulkan uang untuk biaya operasimu.

"Mengapa kau tak mau berjuang bersama kami, hah? Setidaknya berjuang demi hidupmu sendiri, (Name)! Hidupmu harus dirimu yang memperjuangkan. Bukan orang lain!"

Itsuka tergugu, melepas cengkramannya. (Name) berhenti berjuang. Bukannya ini terlalu cepat? Baru akhir musim panas.

Waktunya masih panjang menuju musim dingin dan gadis itu memutuskan untuk menyerah? Keputusan bodoh!

Di saat sahabat dan orangtuanya berusaha membuatnya tetap hidup, (Name) justru menyerah dalam usahanya.

Hati (Name) teriris melihat sang sahabat menangis karena dirinya. (Name) adalah sahabat yang buruk karena telah menyakiti hati sahabatnya.

Ia juga anak yang buruk karena tak menghargai perjuangan orangtuanya.

Tangisan Itsuka terus menggema, gadis itu mendudukkan diri di lantai koridor. (Name) duduk di sebelahnya, ikut menitikkan air mata dalam keheningan.

Dirinya benar-benar putus asa. Perasaan seseorang tidak mudah diubah. Menyerah adalah jalan terbaik.

Ia tahu, sekeras apapun usahanya Shouto takkan pernah memandangnya lebih dari seorang teman.

Beberapa meter darinya, terlihat Shouto dan Momo berjalan bersama. (Name) menepuk lengan Itsuka. Membuat gadis itu mendongak.

Matanya merah dan wajahnya basah. (Name) menggigit bibirnya, merasa tersakiti. Harusnya ia sendiri saja yang menanggung ini semua.

"Coba kau lihat. Mereka sudah sedekat ini. Pasti punya perasaan spesial masing-masing. Apa masih ada ruang untukku?"

(Name) terbatuk. Sakit. Nyawanya dipertaruhkan karena menyukai seorang pemuda saja. Sudah berjuang selama tiga bulan, pemuda itu tak pernah mengubah destinasi hati yang ditujunya.

Jika pada akhirnya nanti perjuangannya sia-sia, lebih baik (Name) berhenti saja mulai sekarang. Ia benar-benar lelah menanggung perasaan sepihak. Tubuhnya semakin melemah dan ringkih.

Harusnya sejak awal ia tak pernah jatuh cinta lagi.

[]

Kalopsia | Todoroki Shouto ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang