Hari pertama di lingkungan kerjaku berjalan lancar. Hari kedua, ketiga, dan keempat juga sama. Aku mulai terbiasa dengan pekerjaan. Terlebih lagi dengan sistem kerja yang teratur, disiplin namun juga lumayan santai membuat pekerjaanku terasa ringan.
Aku juga menyukai orang-orang yang berada dalam divisi yang sama denganku. Terutama Bu Magdalena.
Selain dari fisiknya yang cantik, hatinya juga cantik. Ia adalah seorang wanita yang amat baik, murah senyum, penyabar, tidak mudah marah, dan bertutur kata lembut.
Dengan melihat wajahnya dan mendengar sapaannya saja sudah bisa membuat semangat dari semua orang di divisi ini bangkit. Tak terkecuali aku.
"Selamat pagi, semuanya." Suara sapaan lembut dari seorang wanita yang membuat kami seisi ruangan menoleh ke arahnya.
Magdalena, ia baru memasuki ruangan ini dengan senyuman ramah berkembang di wajah manisnya.
"Pagi, Kak Len." Devi membalas sapaan tersebut.
"Pagi, Lena." Mbak Ida juga menanggapi.
Magdalena tak pernah menyinggung soal sapaan dari seluruh anak buahnya yang bahkan dengan berani memanggil namanya langsung. Benar-benar orang yang baik.
Berbeda dengan yang lain, aku hanya terdiam dan tak ada niatan untuk membalas sapaan itu.
Rasa kagum di hatiku membuat mulutku mengatup tetapi bola mataku bergerak mengekor, mengikuti ke mana langkah Magdalena pergi.
Ia kemudian duduk di sebuah meja satu-satunya yang berada di ujung meja yang membentuk U ini. Meja pemimpin divisi, dan Magdalena dengan anggunnya duduk di kursi sana.
"Ada apa memperhatikan saya?"
"Cantik."
Suara riuh orang di ruangan ini yang berteriak serentak membuatku terkesiap. Mereka menyuarakan, "Cie!"
Aku tersadar dari terdiamku dan memandang Magdalena dengan tatapan malu.
"Ah, maksud saya ... itu ... saya tidak bermaksud untuk–"
"Terimakasih." Magdalena memotong ucapanku dan kembali tersenyum sebelum ia lanjut berkata, "untuk pujiannya."
Hening.
Percakapan itu menjadi percakapan terakhir di pagi ini. Semua orang kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
.
Bersambung ~A/N : Jumlah katanya dikit-dikit ~
Sampai jumpa di chapter berikutnya,
🌹Resti Queen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet As Chocolate [END]
RomanceBerawal dari rasa kagumku terhadap atasan di Divisi Pengembangan Bisnis tempatku bekerja. Banyak hal dari dirinya yang kusukai sejak pertama kali berjumpa. Wajah cantiknya, senyum manisnya, sikap ramahnya, dan betapa baik hatinya. Magdalena, atau ya...