Aku mengendarai motorku dengan kecepatan pelan tatkala keluar dari tempat parkir. Niatanku untuk pulang berubah ketika aku tak sengaja melihat ke arah wanita yang kukenal baik tengah berdiri seorang diri di halte yang ada di depan gedung perusahaan.
Lantas, aku mengendarai motorku dan berhenti tepat hadapannya.
"Loh, belum pulang?" tanyaku pada Lena.
"Mobilku mogok jadi aku masih menunggu taxi," jawabnya.
Aku merasa tak enak untuk meninggalkan Lena seorang diri di tepian jalan seperti ini. Terlebih ia seorang diri dan matahari yang sudah hampir tenggelam.
"Mau aku antar pulang?" tawarku dengan sedikit ragu-ragu.
Ragu karena Lena yang biasanya pulang pergi dengan mobil harus ditawari naik motor bersama.
"Boleh," jawabnya tanpa keraguan sedikitpun.
"Tapi antar sampai mini market saja, ya," kata Lena menanggapi.
"Oh, kebetulan aku juga mau ke sana," jawabku.
Lena akhirnya setuju, ia naik ke atas motorku dengan berhati-hati. Lengannya melingkar di pinggangku sebagai pegangan.
Sayang sekali, situasi menyenangkan ini harus terhenti karena kita telah sampai ke tempat tujuan. Salahkan pada lokasi minimarket yang tak jauh dari kantor.
Aku dan Lena memasuki mini market tersebut dan mulai berbelanja kebutuhan masing-masing.
Lena berjalan ke kiri sedangkan aku ke kanan. Barang yang kubutuhkan adalah bahan masakan di rumah mengingat aku yang tinggal seorang diri.
Tak banyak yang kubeli sehingga aku bisa menyelesaikan belanjaku dalam waktu yang cepat.
Aku menghampiri Lena yang sekarang sedang berada di depan rak camilan ringan. Aku memperhatikan ia yang tengah mengambil beberapa permen, makanan manis, dan banyak sekali coklat.
"Suka sama coklat, ya?" tanyaku dan Lena tersenyum kecil.
"Suka sekali sampai setiap hari tidak berhenti makan," katanya membuatku tertawa kecil.
"Nanti badan kamu gemukan loh," kataku menggodanya dengan maksud bercanda.
"Tidak apa-apa asal sehat," sahutnya.
"Tidak baik makan makanan manis setiap hari," saranku yang dibalas kekehan kecil darinya.
"Tidak masalah agar orangnya semakin manis," balasnya.
"Begini saja sudah manis. Kalau tambah manis lagi kasihan pada yang lihat Lena, nanti mereka diabetes," godaku membuat Lena tertawa kecil.
Lengan Lena menyenggolku pelan sebelum ia menjawab, "Restu bisa aja bercandanya."
Usai percakapan singkat itu, kami tak lagi saling berbicara sejak Lena memainkan ponselnya setelah berdering pendek.
Ia terlihat sibuk mengetik yang sepertinya tengah berbalas pesan dengan seseorang. Hanya berselang sesaat, Lena kembali menatapku.
"Restu, aku pulang dulu, ya. Saudaraku udah jemput dan menungguku di depan," pamitnya.
"Hati-hati di jalan," jawabku yang dibalas anggukan.
Lena pun pergi meninggalkanku menuju ke kasir dan membayar belanjaannya.
Setelah ia keluar dari mini market, aku teringat akan sesuatu. Teringat akan Lena yang begitu menyukai coklat dan makanan manis.
Aku menoleh, melirik rak panjang yang berisi banyak jenis coklat dan terpajang rapi. Aku berjalan kecil sambil memilah coklat mana yang akan kubeli.
Sampai akhirnya mataku terkunci pada sebuah kotak coklat berbentuk hati yang di dalamnya berisi bulatan-bulatan coklat kecil dari berbagai macam rasa dan warna.
Aku tersenyum, memasukkan sekotak coklat ini pada keranjang belanjaan ku. Niatku, memberikan sekotak coklat untuk hari perayaan kenaikan jabatan Lena.
Seluruh anggota Divisi sudah berencana untuk memberikan kejutan sebagai ucapan selamat atas kenaikan jabatannya.
Ah, rasanya aku tak sabar untuk menanti hari itu tiba.
To Be Continued..
.
.
.~Sampai jumpa di next chap ya ~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet As Chocolate [END]
RomanceBerawal dari rasa kagumku terhadap atasan di Divisi Pengembangan Bisnis tempatku bekerja. Banyak hal dari dirinya yang kusukai sejak pertama kali berjumpa. Wajah cantiknya, senyum manisnya, sikap ramahnya, dan betapa baik hatinya. Magdalena, atau ya...