Part 1

31.7K 507 36
                                    

Jammie| Part 1


Aku menilik seluruh ruangan mansion yang barusaja ku pijaki setelah perjalanan jauhku dari Korea. Karena aku memutuskan untuk kuliah di AS, ayah menitipkanku kepada anak dari teman baiknya. Pria itu biasa di sapa dengan Chris. Chris Johnson. Dan yang perlu kalian garis bawahi, dia seorang duda tampan dengan lesung pipinya. Usia pria itu 10 tahun lebih tua dariku. Tapi meski begitu, wajahnya tak menunjukkan tanda-tanda berumur sama sekali. Menurutku, dia itu duda, tapi berwajah berondong yang manis banget.

"Kenapa bengong? Nggak suka ya? Sama mansionnya?" Chris tersenyum dengan manisnya di sampingku. Lagi-lagi, lesung pipinya sungguh membuatku lemas. Manis sekali.

"Suka kok kak. Terimakasih sudah mengijinkanku tinggal disini."

"Tapi maaf berantakan. Sejak istri meninggal, aku jarang rapiin."

"Ehh nggak apa kok. Udah diizinin aja, aku bertrimakasih banget." ucapku dengan senyum yang ku ukir semanis mungkin untuknya.

"Kamu udah makan?"

"Belum."

"Yaudah, nanti aku ajak kamu cari makan di luar. Sekalian keliling, kamu kan baru pertama kali disini."

"Sekarang aja..!!!"

"Kamu nggak mau mandi dulu emang?"

"Oh iya."

Saking antusisnya, aku jadi lupa kalau penampilan aku masih berantakan karena penerbangan jauhku. Jadi ketahuan kan? Kalau aku pengen banget diajak jalan sama dia?

"Yaudah mandi gih. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan buat ngomong sama aku."

Aku hanya tersenyum dan mengangguk padanya. Akupun segera masuk ke kamar yang ia sediakan untukku. Jantungku terasa berdebar! Apa dia memang seperhatian itu sama semua orang? Apa dia nggak tau? Kalau perhatian dan sikap manisnya itu... bikin jantungku porak-poranda?

Awalnya aku mati-matian menolak ketika dititipkan padanya. Kupikir dia duda tua yang jelek, mesum, dan mengerikan. Tapi ternyata, dia duda muda yang mempesona. Wajahnya manis banget, tubuhnya begitu tegap dan gagah. Terlebih dada bidangnya itu, membuatku ingin merebah disana sambil mengendus bau collagenya yang begitu menggoda.

****

Sesuai janjinya, Chris mengajakku mencari makan, serta berkeliling kota Newyork yang masih sedikit asing untukku. Karena cuaca sedang hujan, kemana-mana kami harus berjalan berdua dengan satu payung. Chris selalu mengdekap pundakku setiap kali bejalan. Niat hatinya ingin melindungiku dari air hujan. Tapi hatiku menerimanya dengan berbeda. Baper!

"Sorry, bukanya mau meluk sembarangan, cuman payungnya gak terlalu besar, takut kamu basah." Ucapnya masih dengan mendekap pundakku erat.

"I-iya."

Sungguh! Aku benar-benar tidak ingin segera sampai ke tempat tujuan. Aku ingin terus berjalan bersamanya, dan berada dalam dekapannya yang nyaman ini. Namun, ekspektasi memang nggak sesuai realita.

Setelah beberapa menit berjalan, kami sampai di sebuah restaurant steak yang berada di paling ujung. Aku heran, apa specialnya restaurant ini? Sampai-sampai kita harus berjalan jauh dari parkiran.

"Kamu harus cobain steak disini."

"Langganan kakak?"

"Hmmm, dulu kakak sama istri sering kesini."

"Ouhhhhh."

"Ayo masuk."

Chris menggandeng tanganku untuk melangkah masuk. Kami memilih meja paling ujung, supaya tak terlalu berdekatan dengan pengunjung lain. Chris juga memesankan banyak sekali varian steak yang ada disana. Dan aku? Aku nurut aja.

Setelah pesanan datang, kami terpaku dengan piring masing-masing. Suasana juga menjadi hening. Hanya suara atmosfir restaurant, sama dentingan sendok yang terdengar.

"Kak, memangnya... istri kakak meninggal karena apa?" tanyaku memecah keheningan. Aku penasaran kenapa istri si ganteng ini bisa meninggal. Apakah dia sakit? Kecelakaan? Di bunuh?

"Hmmm, dia kecelakaan."

"Maaf kak, aku nggak bermaksud lancang."

"Nggak apa kok. Lagian aku udah ikhlas dengan kepergiannya."

Terlihat sekali jika Chris masih terpukul dengan kematian istrinya. Wajahnya sendu banget. Dan aku jadi merasa nggak enak udah merusak suasana hatinya.

"Kak, maaf ya? Kalau aku merusak suasana."

"Adik kecill..!!! Nggak masalah kok. Manis banget sih kamu. Oh iya, tahun ini kamu masuk 18 tahun ya?"

"Iya."

"Pantesan masih imut banget." Ucapnya sambil menarik ujung hidungku dengan sesuka hatinya.

"Kakak apaan sih..!!!"

"Kok wajah kamu merah? Kamu malu?"

"Ahhhhh...!!!"

"Serius deh, semakin kamu marah, aura imut kamu semakin manis untuk di pandang." Pria itu menopangkan dagunya sambil menatapku lekat. Wajah tampannya terpampang jelas di hadapanku. Aku benar-benar malu di godanya seperti itu. Ya meski dia memperlakukanku seperti adiknya, tapi tetep aja..!!! Aku baper banget. Jantungku berdebar!

"Umurku emang masih muda, tapi aku bukan anak kecil kak..!!!" Protesku kesal.

"Iya, iya, maafin kakak ya?"

"Hmmm."

"Seneng deh, akhirnya status anak tunggalku hilang. Aku angkat kamu jadi adik pokoknya selama disini."

"Nggak mau."

"Harus mau."

"Kalau aku nggak mau?"

"Aku paksa dong."

Pria itu terus menggodaku hingga membuatku kesal. Ia juga terus memperlakukanku seperti anak kecil. Okey..!!! Sekarang boleh saja dia menganggapku adiknya, tapi suatu saat, aku akan membuatnya jatuh cinta padaku.

****


Jika ingin baca selengkapnya, silahkan melakukan pembelian by googleplay

Dan PDF by WA di 085712089258

PDF : 15.000

My Sweet Duda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang