Part One

7.6K 63 9
                                    

Matahari mulai terbit. Shanny alias Danielle Shanny Christnitya membuka matanya dengan sangat malas. Akhirnya dia masuk sekolah lagi. Hari Senin memang hari yang paling menyebalkan! Kehidupan Shanny yang damai di rumahnya terusik oleh acara masuk ke sekolah. Mamanya menggedor-gedor terus pintu kamar Shanny yang memang sengaja dia kunci agar dia tidak usah masuk sekolah.

“Ma, Shasha bolos ya!” pinta Shanny dari dalam kamar.

“Nggak ada bolos-bolosan! Kamu mau jadi apa nanti? Kalo kamu bolos hari ini, selamanya aja nggak usah masuk sekolah!” bentak sang mama kasar.

“Mama jahat!” rengek Shanny.

“Cepetan mandi sana! Vee aja udah mandi!” teriak mama lagi.

Shanny memajukan bibirnya saking sebalnya, membuatnya tampak seperti bebek yang merengut karena keinginannya tidak dituruti. Shanny mengambil seragam sekolahnya yang dianggapnya norak abis. Dia keluar dari kamarnya yang serba ungu dan masuk ke kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarnya.

“Shasha jelek! Cepetan! Nanti aku telat!” teriak Veerina Christnitya alias Vee, adik Shanny yang hanya berselisih 2 tahun darinya.

“Sialan kamu, Vee! Kamu telat apa urusannya sama aku?” jawab Shanny yang masih bersisiran ria di kamarnya.

“Ma, si Shasha jelek lama! Nanti aku telat!” rengek Vee, agak lebih manja sedikit dari rengekan Shanny.

“Shasha! Cepet! Adikmu udah ngomel-ngomel nih!” teriak Mama yang masih sibuk menyiapkan sarapan buat Shanny.

Shanny langsung berlari turun dari lantai dua ke lantai satu. Bajunya masih berantakan, beberapa kancing bajunya belum dikancing. Tangan kirinya membawa sepatunya, sedangkan tangan kanannya membawa tasnya.

GUBRAKK! Lagi-lagi Shanny terjatuh! Membuat Vee tersedak, saking gelinya tertawa melihat tingkah kakaknya yang dianggapnya gila itu.

“Auwww...” ujar Shanny sambil memegangi kakinya yang boncel-boncel.

Vee terus menertawakan Shanny, meskipun tadinya dia tersedak. “Kualat kamu sama aku! Dasar nenek sihir!”

“Shasha, Shasha, sampai kapan kamu mau terus menambah boncel di kakimu?” tambah Mama.

Shanny nyengir kuda. Dia langsung menyerahkan sepatu dan tasnya ke pembantunya, Bi Inah. Shanny duduk di sebelah Vee yang meliriknya sebal. “Ma, sarapanku dong!” pinta Shanny. Mama menyerahkan roti bakar beroleskan selai coklat kesukaan Shanny. Shanny langsung saja menyomot roti buatan Mama yang rasa super enak.

“Iih... Makannya kayak nggak pernah dididik aja! Malu-maluin!” komentar Vee.

“Cerewet!”

Vee mengambil tasnya yang ditaruhnya di bawah kursinya. “Ma, Vee berangkat!” ijin Vee.

“Eh! Tunggu, jelek!” teriak Shanny masih dengan roti belum habis dan selai coklat yang menempel di mulutnya.

Shanny menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya, mempersiapkan diri menghadapi hari-harinya yang sangat menyebalkan. Dibukanya ruangan kelasnya yang sudah terdengar ribut dari luar. Anak cowok dengan tampang imut, tapi jahil menyambut kedatangan Shanny dengan cengiran yang membuat Shanny sebal.

Tamon alias Tamon Rayharidwan melirik cewek berambut pendek lurus (hasil smoothing) dengan seribu arti. Bukannya si Tamon lagi jatuh cinta sama Shanny lho! Lirikan itu lirikan jahil dengan seribu rencana mengerjai cewek itu.

Cry Baby In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang