[CERITA SEDANG DI REVISI UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN]
"Jangan mudah percaya kepada siapapun."
Tidak ada alasan spesial untuk murid biasa seperti Sagara Rafardhan melakukan penyelidikan di sekolahnya, kematian Fajar-sang ketua basket membuatnya pena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Hari pertama wawancara tidak banyak yang bisa Sagara dapatkan, dimulai dari mencari murid yang tidak masuk sekolah pada kemarin, ditambah murid yang izin dari upacara. Banyak juga murid yang hari itu izin.
Beberapa murid Sagara kenali, ada sekitar dua belas murid yang izin saat upacara. Diantaranya, Fadil, Ilham, Ridwan, Gani, Putri, Elsa, Bela, Vera, Dinda, dan Tasya. Masing-masing memiliki alasan kuat, beberapa diantara ada yang sakit sementara dua siswi perempuan izin ke toilet.
Sementara dua puluh lima murid yang tidak masuk sekolah, Sagara juga harus mewawancarai mereka, guna mendapatkan informasi. Hari ini hanya sedikit informasi yang Sagara dapat. Laki-laki tersebut tidak menemukan hal janggal sama sekali, atau mungkin Sagara belum menemukannya.
Sagara menatap layar komputer yang menyala, menampilkan data anak murid Sma Nirwana. Laki-laki tersebut sedang mencari daftar murid yang tidak masuk saat kemarin.
Dirga masuk ke dalam kamar Sagara, laki-laki paruh baya tersebut duduk di atas kasur Sagara, memperhatikan Sagara yang serius dengan pekerjaannya.
"Om sudah mengajukan untuk memasang cctv di beberapa titik, semoga bisa membantu."
Sagara memutar kursinya, posisinya langsung menghadap ke arah Dirga. "Hari ini hasil wawancara tidak sesuai yang diharapkan, Sagara belum menemukan bukti sedikitpun.
"Om membawa ponsel Fajar, juga kemarin om menemukan ponsel Nadia, kamu bisa mengeceknya." Dirga menyodorkan dua ponsel tersebut, laki-laki dengan setelan kemeja putih memilih meninggalkan Sagara sendiri, dirinya masih harus bekerja, karena kasus Fajar kemarin belum tuntas.
Pertama Sagara membuka ponsel milik Fajar, tidak terkunci, cukup mudah untuk membukanya. Dilihat dari isinya, berisi beberapa panggilan suara, pesan yang belum dibaca, namun yang membuat Sagara merasa aneh riwayat panggilan Fajar terakhir kali bersama Sarla. Pukul 05.12 sore hari Sarla menelepon Fajar dengan durasi hampir setengah jam. Sementara tim forensik menyatakan bahwa Fajar meninggal sekitar pukul 06.50, itu artinya sebelum Fajar meninggal, Fajar berbicara dengan Sarla via telepon.
Entah apa yang mereka bicarakan, Sarla patut dicurigai, perempuan tersebut tidak bilang apa-apa, bukannya harusnya Sarla menjelaskan bahwa sebelum Fajar meninggal, Sarla sempat mengobrol dengannya, jika begitu akan lebih mudah pekerjaan Dirga untuk memecahkan kasus Fajar.
Sagara menutup aplikasi line lalu beralih ke aplikasi lainnya, seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, juga Twitter, tidak ada yang aneh, hanya berisi obrolan biasa.
Jari-jari Sagara bergerak cepat, membuka segala aplikasi yang terdapat di dalam ponsel Fajar. Terakhir Sagara membuka galeri foto, matanya membulat, isi galeri foto begitu mengejutkan, kebanyakan berisi foto seorang perempuan yang diambil secara diam-diam, itu foto Sarla. Banyak sekali foto perempuan tersebut, entah itu di kelas, di kantin, perpustakaan, bahkan di depan rumah Sarla sendiri.
Sagara menaruh ponsel milik Fajar di atas meja belajarnya. Tangannya memijit pelan pelipis, kepalanya serasa ingin pecah, baru kali ini Sagara menemukan kasus yang lumayan rumit, bahkan Dirga-omnya sendiri masih belum menemukan titik terang, belum ditemukan tersangka dalam kasus ini, itu menyulitkan para polisi.
Ponsel berwarna hitam bergetar, Sagara menoleh menatap ponsel milik Nadia yang berada tepat di samping ponsel milik Fajar. Dengan segera Sagara mengambil ponsel tersebut, namun sialnya terkunci, ponsel milik Nadia menggunakan kata sandi.
Sagara mencoba memikirkan apa kata sandinya, dimulai dari angka-angka sederhana, dua kali percobaannya salah, memikirkan lagi kemungkinan kata sandinya, jika biasanya orang menggunakan angka-angka yang mudah diingat untuk kata sandi pada ponsel mereka. Seperti angka kesukaan mungkin, atau tanggal jadian mereka bersama pasangan, bisa jadi tanggal ulang tahun. Benar tanggal ulang tahun.
Terbuka, ponsel tersebut terbuka, menampilkan rentetan pesan masuk, banyak pesan masuk dari teman Nadia menanyakan kabar Nadia, pesan dari Ibunya, Ayahnya, bahkan beberapa pesan dari anggota keluarga Nadia.
Jari-jari Sagara terus bergerak, mengamati semua isi pesan masuk, hingga berhenti pada kontak nama 'Ardi' pesan tersebut baru saja dikirim kemarin beberapa jam setelah pulang sekolah.
Ardi bisa ke sekolah sekarang?
Lo masih di sekolah kan?
Ardi gue takut
Sumpah gue gak bercanda gue takut
Tolong bantuin gue, plis
Gue sendirian
Pesan yang Nadia kirim hanya berisikan kalimat 'gue takut' beberapa kali Nadia mengetikan kalimat tersebut, pesannya terkirim namun hanya Ardi baca.
Bahkan beberapa kali Nadia menelepon Ardi, namun tidak diangkat.
Sagara tersenyum simpul, sedikit tambahan orang yang harus Sagara curigai, yang pertama Sarla yang kedua Ardi. Mungkin dengan ini Sagara bisa mendapatkan petunjuk.
***
Pulang sekolah Sagara buru-buru pulang ke rumah, hari ini adalah hari pertama wawancara, Sagara meminta hasil rekaman wawancara, penasaran dengan apa isinya, bisa jadi Sagara menemukan petunjuk.
Tidak banyak orang yang diwawancarai hari ini karena beberapa orang tidak masuk, hanya ada tiga orang. Sagara meminta hasil wawancara Ardi dan Sarla terlebih dahulu, mengingat tadi malam dua nama tersebut yang sangat mengganggunya.
Wawancara Ardi berjalan cukup lancar, laki-laki tersebut mengaku orang terakhir yang bersama Nadia setelah pulang sekolah, namun Ardi pulang terlebih dahulu. Soal pesan yang Nadia kirimkan, Ardi baru membukanya pagi hari karena ponselnya kehabisan baterai. Dirinya sudah berpesan pada Nadia sebelum meninggalkan Nadia sendiri di kelas. Jika terjadi apa-apa segera hubungi Ardi, namun sialnya ponselnya mati.
Dari yang bisa Sagara simpulkan, Sagara membenarkan ucapan Ardi. Sagara melihat Nadia mengirimkan Ardi pesan pada sore hari, sementara tanda dibaca menunjukan pukul 06.00 pagi, Ardi mungkin berkata jujur, ada hal yang membuat kecurigaannya terhadap Ardi meluap, saat kejadian tersebut, sepulang sekolah Ardi langsung pulang ke rumah, bahkan Ardi berani membawa orang tuanya untuk sekedar menanyakan hal tersebut.
Sementara wawancara Sarla tidak banyak juga, Sarla mengatakan jika dirinya memang mengenal Fajar. Bahkan Fajar menyukai Sarla dan sempat menembaknya, namun Sarla menolak. Masalahnya Sarla menjawab jika Sarla memang menelpon Fajar sebelum kejadian Fajar gantung diri, Sarla meminta maaf karena menolak Fajar, perempuan tersebut tidak enak hati.
Tidak banyak yang Sagara dapatkan, bahkan Sagara tidak menemukan petunjuk pada dua orang kali ini. Mereka menjawab pertanyaan dengan baik, tidak terlihat cemas, bahkan alibinya terdengar realistis tidak seperti mengada-ada, jika dua orang yang Sagara curigai bukanlah pelaku. Lalu siapa lagi?
Sagara mungkin harus mewawancarai orang yang tidak hadir saat upacara, dengan begitu Sagara akan tau kemungkinan kecil siapa pelakunya, itupun jika orang tersebut orang dalam, orang yang berada di sekolahnya.
Jika orang luar, tidak akan mungkin bebas berkeliaran karena akan menarik perhatian, kesimpulan Sagara orang yang melakukannya bisa jadi warga Sma Nirwana, entah itu dari kalangan murid, guru, atau bahkan pekerja lainnya.
Mengingat orang tersebut melakukannya dengan bebas, jika diingat kembali daftar pengunjung yang datang ke sekolah dua hari terakhir lumayan sepi, hanya ada beberapa orang tua murid yang datang.
***
Next
Makasih yang udah mau baca sorry kalo ada typo yeay clue baru, part selanjutnya makin banyak clue, jadi tetep tunggu dan bantu Sagara menemukan pembunuh.