Sssst Jangan Takut

362 59 7
                                    

Selamat membaca mohon krisarnya terimakasih ❤️

Faqih Haslan

Faqih Haslan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sarla mengutuk dirinya sendiri. Harusnya Sarla membiarkan ponselnya tertinggal di kolong meja. Akibat sikapnya yang ceroboh mau tak mau Sarla harus kembali ke kelasnya. Jika ponselnya dibiarkan berada di sana, akan ada kemungkinan bahwa ponselnya hilang.

Sarla berjalan dengan cepat menuju kelasnya, jantungnya berdegup cepat, mata Sarla menatap takut ke belakang. Suara sepatu menemani langkahnya. Sekolah benar-benar telah sepi.

Sarla menghembus nafas beratnya. Membuka pintu kelasnya. Matanya terbelalak menatap orang yang duduk di meja depan, seseorang dengan pakaian serba hitam duduk diam di meja depan, memandang Sarla dengan tatapan tajam.

Sama seperti beberapa hari yang lalu, orang yang Sarla temui, orang yang mengikutinya saat pulang sekolah, orang yang berdiri di depan jendela kamarnya. Orang sama yang menganggu hidupnya.

Secepat kilat Sarla berbalik dan berlari meninggalkan kelasnya. Sarla berlari di sepanjang koridor. Perempuan tersebut harus turun menuju lantai dua lalu lantai satu dan pergi ke gerbang.

Sialnya ruang laboratorium yang menjadi kelas Sarla berada di ujung, Sarla menoleh ke belakang dengan nafas terengah-engah, orang tadi mengikutinya, sial dia berjalan cepat ke arah Sarla.

Semakin cepat Sarla berlari orang tersebut semakin cepat mengikutinya. Orang di belakangnya masih mengejar berusaha menyamakan langkahnya dengan Sarla. Jarak mereka dekat. Sarla takut jika orang tersebut bisa menyusulnya.

Kaki Sarla rasanya semakin sulit untuk dipaksa berlari. Sarla lelah, lambungnya juga terasa perih, namun Sarla tidak bisa berhenti, orang itu pasti akan menangkapnya. Dia pasti akan bisa mengejar Sarla.

Sarla semakin mempercepat larinya. Beberapakali Sarla tersungkur, kakinya terkilir karena menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Sarla meringis berhenti di depan tangga, tangan kirinya memijat pelan mata kaki yang terasa nyeri. Sarla kembali berlari dengan pelan. Kakinya benar-benar sakit, sementara orang di belakangnya masih mengikuti Sarla.

Sarla semakin ketakutan. Posisi Sarla dengan pintu gerbang lumayan jauh, jika Sarla terus berlari Sarla tidak yakin akan bisa sampai ke depan gerbang. Sarla meringis pelan berjalan dengan menyeret satu kakinya. Dalam hatinya Sarla terus meminta pertolongan, siapapun yang bisa menolong Sarla. Sarla takut dengan orang asing di belakangnya.

Sarla berhenti di koridor, kepalanya menoleh ke belakang lalu ke depan, di depannya ada kelokan sementara tak jauh setelah kelokan terdapat toilet. Sarla berjalan belok ke arah kiri. Memaksa kakinya untuk sedikit berlari, sebentar lagi, Sarla berniat bersembunyi di dalam toilet.

Sarla berhasil masuk ke dalam toilet. Dia menutup pintu toilet dan menguncinya. Sementara Sarla menyenderkan tubuhnya di pintu, mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Sarla menutup mulutnya. Sebuah langkah terdengar mendekat ke arahnya.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang