-17- WHAT DO YOU MEAN?

149 16 5
                                    

Kuayunkan kedua kakiku secara bersamaan. Menatap ke kanan dan ke kiri, menunggu kedatangan seseorang.

"Nahyun-ah?"

Aku menoleh ke sumber suara. Kusunggingkan senyuman hangat padanya. "Jungkook-ah? Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Ia tersenyum. Berjalan ke arahku, kemudian duduk tepat disebelahku. "Aku sedang beristirahat," ia meneguk susu pisangnya yang nampak masih segar. "Latihan tadi sungguh melelahkan."

Aku terkekeh pelan. "Tapi, kalau kau menikmatinya, pasti akan terasa ringan."

Jungkook mengangguk-angguk. "Kau benar," matanya mulai menatapku. "Dan latihan tadi terasa berat karena aku tidak menikmatinya."

Kukerutkan dahiku. "Waeyo?"

"Tae hyung tidak fokus. Membuat kami harus mengulang semua koreo-nya dari awal."

Aku terdiam. Taehyung tidak fokus, katanya? Apa itu karena kejadian tadi pagi, di rooftop?

"Jungkook-ah" panggilku.

Yang dipanggil berdehem. "Wae?"

"Apa kau melihat-"

"Tae hyung?" tebak Jungkook dengan cepat.

Aku terkekeh pelan. Kuanggukkan kepalaku. "Iya, kau benar."

Ia terkekeh. "Sepertinya dia pergi ke mini market bersama dengan Jimin hyung."

"Kau tidak ikut bersama mereka?"

Jungkook menggeleng-geleng. "Tadi aku bergegas ke mini market setelah pelatih menyuruh kami untuk beristirahat," ia menatap kantong plastik di genggamannya. "Aku lupa kalau Yoongi hyung menitip chilsung," kini matanya menatapku. "Aku mau ke mini market. Kau mau ikut, tidak?"

Aku terdiam sejenak. Mempertimbangkan. Ini sudah jam setengah 2 siang. Kalau aku telat untuk pergi berjalan-jalan bersama Taehyung bagaimana? Aku takut dia marah.

"Nahyun-ah?"

Aku mengerjapkan mataku. "Sepertinya tidak.."

"Kalau kau ikut aku ke mini market, bisa saja kau bertemu dengan Tae hyung."

Oh iya. Benar apa kata Jungkook. Kalau aku ikut dengannya ke mini market, siapa tahu aku bisa menemui Taehyung.

"Jadi? Bagaimana?"

Aku kembali menatap Jungkook. Kuanggukkan kepalaku pelan. "Kajja."

~~

Kutatap mobil yang berlalu-lalang. Dibalik topi hitam ini, aku memperhatikan kendaraan yang sedari tadi lewat di hadapanku. Kadang, ada beberapa mobil yang parkir di mini market ini, lalu beberapa saat kemudian, mobil itu pergi dari sini.

Membuatku tersadar akan satu hal, bahwa seseorang yang ada di hidupmu tak akan selamanya ada untukmu. Ada yang datang padamu untuk singgah sebentar dan pergi begitu saja. Orang itu hanya singgah padamu untuk mengobati lukanya sendiri, dan menyalurkannya padamu.

Lalu ada orang yang datang padamu, dan menetap lebih lama. Mengobati lukamu. Menemanimu sampai kau merasa sangat nyaman dengannya. Tapi pada akhirnya, kau juga akan ditinggalkan. 

Ah, tidak. Ada dua pilihan. Kau yang ditinggalkan, atau kau yang meninggalkan.

Ya. Kau bisa saja meninggalkan orang yang terus ada di sampingmu sampai kapanpun itu. Atau, orang itu yang malah meninggalkanmu.

Tunggu, apa? Apakah hidup benar-benar seperti itu?

Ditinggalkan, dan meninggalkan. Pada akhir cerita, tidak akan ada yang menetap. Sesuatu akan menghilang terlebih dahulu, dan pada saat itulah kisahmu berakhir. Dan kau, harus memulai lembaran baru, hidup baru. Melupakan sesuatu yang hilang itu.

Apakah benar-benar seperti itu? Apa hidup benar-benar semiris itu? 

"Nahyun-ah."

Aku berbalik. Menatap seorang pemuda yang sedang berjalan menuju ke arahku dengan sekantong plastik di genggamannya. 

"Sudah?" tanyaku sembari bangkit dari nyamannya duduk.

Jungkook mengangguk. "Aku mencari Jimin hyung dan Tae hyung di sana, tapi mereka sepertinya sudah kembali ke ruang latihan."

Aku menghela napas pelan. "Gwaenchana," aku tersenyum tipis. "Kita kembali saja ke gedung Big Hit."

"Tapi, Nahyun-ah.."

"Ada apa?"

"Tadi aku menelepon Jimin hyung, katanya Tae hyung tidak ada di ruang latihan."

Kukerutkan dahiku. "Lalu? Dia ada di mana?"

Jungkook menggidik. "Aku tidak tahu. Kata Jimin hyung, selepas Tae hyung membeli beberapa cemilan di mini market, ia memesan taksi online dan pergi ke suatu tempat."

Aku terdiam sejenak. "A-, apa kau tau Taehyung pergi kemana?"

Pemuda itu menggeleng. "Mianhae, aku tidak tahu."

"Arraseo. Tidak apa-apa," kuberi jeda di sela-sela kalimatku. "Kau pergilah dulu ke Big Hit, aku mau pergi ke suatu tempat."

Jungkook mengangguk. "Ne," ia menatapku. "Memang kau mau kemana?"

"Aku mau pergi ke perpustakaan."

"Arraseo. Hati-hati di jalan, Nahyun-ah!"

~~

Kutatap jam di tanganku. Sudah jam 2 siang. Tepat jam 2 siang. Dan Taehyung tidak ada kabar sama sekali. Tadi aku sudah meneleponnya beberapa kali, namun ia tidak bisa dihubungi. Pesan-pesan yang kukirim padanya juga tidak dibalas satu pun.

Sebenarnya dia kemana? Dan dia kenapa?

Ah, satu jam lagi aku harus kembali ke Big Hit untuk melanjutkan latihan dance. Bagaimana ini?? Apakah sebaiknya aku kembali saja ke BigHit?

Tapi aku ingin bertemu Taehyung. 

"Nahyun."

Aku menoleh ke sumber suara. "E-, eoh? Yuna eonnie?"

Ia tersenyum. Lalu kakinya melangkah mendekatiku. Duduk di sebelahku. "Bolehkah aku duduk di sini?"

Aku mengangguk-angguk. "Tentu saja!"

"Sebenarnya, aku ingin berbicara sesuatu padamu."

Aku kembali mengangguk. "Ada apa, eonnie?"

"Ini.. Ini soal Ryuhan."

Kuhela napas pelan. "Ya? Ada apa dengannya?"

"A-, aku ingin kau-"

"Menjauhinya?" tebakku.

Yuna eonnie mengangguk-angguk. "Kau benar."

Aku menggeleng. "Aniyo. Untuk apa? Kalaupun aku harus menjauhi Ryuhan, kenapa? Beri aku alasannya, eonnie."

Ia menghela napas kasar. "Ryuhan akan menghancurkan grup kita, Nahyun. Percayalah," ia menatapku semakin dalam. "Aku memprediksi, target selanjutnya adalah Romi."

Kukerutkan dahiku. "Apa maksudmu?"

~~



Annyeong purplies!

Jangan lupa vomment yaa!!

-nas



STILL AN ARMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang