Taehyung masih terdiam di tempatnya. Sementara aku terus menatapnya. Menatap Taehyung yang terus menundukkan kepalanya.
"Taehyung-ah?"
Ia mendongak. "N-, ne?"
"Siapa yang memanggilmu-"
"Eunra. Park Eunra, sahabatku. Dia memang sering memanggilku se-"
"Hajima," aku menatap matanya dalam. "Jangan lanjutkan kata-katamu."
Taehyung menggenggam tanganku. Ia mengusapnya pelan. "Hyun, semenjak kami menjadi sahabat, Eunra suka memanggilku seperti i-"
"Dan kau membiarkannya memanggilmu seperti itu?"
Ia mulai melonggarkan pegangan tangannya. Menatapku sembali berkerut dahi. "Aku-, aku tidak bisa melarangnya. Dia orang yang berharga untukku."
Aku terkekeh. Menggeleng-geleng. "Kukira hanya aku yang spesial di hatimu."
Taehyung kembali menggenggam tanganku. "Kau memang spesial, Hyun."
Aku menghela napas pelan. "Kurasa berharga dan spesial itu beda," mataku mulai menatap Taehyung yang juga menatapku. "Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi, Taehyung."
Ia menghela napas kasar. "Kau kira aku ingin hal itu kembali terjadi?" ia mengusap pipiku pelan. "Tidak, Hyun. Tidak."
Aku tersenyum tipis. "La-, lalu?" aku mengenyahkan tangan Taehyung yang ada di pipiku. "Kenapa kau membiarkan Eunra memanggilmu seperti itu?"
"Kau cemburu?"
"Aku hanya bertanya."
"Bilang saja kalau kau cem-"
"Aku hanya bertanya, Taehyung!"
"Aku tahu kau ce-"
"Taehyung!"
Ia terdiam saat aku membentaknya. Menunduk. Melepaskan genggaman tangannya yang tadi ada di tanganku.
"Mi-, mianhae, aku tidak bermaksud membentakmu seperti itu, aku hanya terbawa emosi. Mianhae" ujarku pelan tanpa menatapnya sedikitpun.
"Gwaenchana," ia bangkit dari duduknya. "Aku pergi dulu."
"Kau mau kemana?"
Ia tak berbalik. Hanya menghentikan langkahnya. "Aku harus kembali berlatih untuk perform lusa."
Aku mengangguk pelan. "Arraseo. Berlatihlah."
Taehyung tak mengatakan apapun setelahnya. Hanya berjalan menuju pintu dan meninggalkanku di sini.
Meninggalkanku dengan perasaan yang tidak jelas. Dengan mood yang hancur di pagi hari yang cerah ini.
~~
"Kau sudah siap?"
Aku mendongak. Kemudian menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Luha eonnie.
Ia menyipitkan matanya. "Waeyo?"
Aku menghela napas pelan. "Eonnie, penata rambutnya belum datang."
Luha eonnie terdiam sejenak. Lalu sepertinya ia baru menyadari kalau penata rambut yang seharusnya datang sedari tadi belum datang-datang juga.
Ia malah terkekeh. "Mian, mian. Aku lupa."
Aku mengangguk-angguk. "Apakah akan sangat lama?"
"Apanya?"
Aku mendengus. "Penata rambutnya, eonnie!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL AN ARMY
Fanfic[ON GOING] "Mulai sekarang tidak akan ada lagi yang namanya 'Taehyung-mu'." Lagi-lagi Nahyun dan Taehyung jatuh untuk kedua kalinya. Jatuh cinta. Akan tetapi mereka jatuh terlalu dalam. Hingga untuk kedua kalinya lagi, mereka saling melukai terlalu...