Aku menatap langit malam yang sudah gelap. Tak ada benda-benda langit. Tak ada bintang, bulan atau apapun itu. Langit diatas sana tetap indah walau tak dihiasi benda-benda langit. Langit di Seoul tidak butuh bintang ataupun bulan untuk membuatnya indah. Cukup langit biru gelap saja sudah indah.
Sama halnya seperti cinta. Tidak perlu sesuatu yang sangat indah untuk mempercantik hubungan cinta. Tidak perlu hal-hal yang elegan atau mahal untuk menyempurnakan hubungan cinta.
Cukup kasih sayang dan cinta yang tulus. Maka sebuah hubungan akan dikatakan sempurna. Dan hubungan itu akan semakin sempurna jika mereka bisa menerima satu sama lain. Jika mereka bisa menerima diri kita yang dulu dan yang sekarang. Jika mereka bisa menerima perubahan kita. Ralat, perubahan fisik. Bukan perasaan.
Kalau penampilan kita berubah, harusnya tidak menjadi masalah kan? Asal perasaan kita tak berubah padanya. Perasaan kita masih sama padanya.
Sama seperti awan. Dia berubah-ubah namun akan tetap ada diatas sana. Di langit. Dia tidak akan berubah tempat. Dia akan selalu ada di langit. Takkan pindah kemanapun. Ia tidak akan menghilang. Akan selalu ada diatas langit. Percayalah. Awan tidak mungkin pergi kemana-mana, akan selalu dekat dengan langit. Berada diatas langit.
Itulah aku sekarang. Penampilanku memang sudah berubah. Dengan sangat drastis. Tapi perasaanku pada Taehyung takkan berubah. Sampai kapanpun. Aku berjanji. Aku akan selalu ada di dalamnya. Di hatinya. Bersender disana. Beristirahat disana.
Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Taehyung. Sekalipun itu orang terdekatku.
Hanya dia. Ya, hanya dia. Yang bisa membuatku kesal sekaligus gemas padanya. Yang selalu berhasil menenangkanku walau aku sedang sangat sangat marah padanya. Yang selalu bisa menghiburku. Yang selalu bisa tersenyum dan tertawa dengan sepenuh hati. Bahkan, saat Taehyung menyembunyikan sesuatu dariku, aku bisa menahan amarahku. Aku bisa menahan-nahan rasa curigaku. Dan hanya Taehyung yang membuatku terlalu jatuh cinta padanya. Ah, jangan lupakan satu hal. Hanya dia satu-satunya orang. Yang paling membuatku menangis tersedu-sedu. Merasakan sakit. Yang amat sangat dalam.
Hanya dia, kan?? Yap. Hanya dia, kurasa. Tak ada orang lain lagi yang bisa membuatku merasa seperti itu. Hanya Taehyung.
Kumasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket yang Ryuhan berikan tadi. Oh ya. Aku sedang ada di gedung SM. Aku baru saja selesai rekaman. Sebenarnya aku hanya kebagian sedikit part saat Ryuhan menyanyikan bagian rap-nya. Yah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin punya pengalaman collab.
"Eum.. Chogiyo?"
Aku menoleh. "Ryuhan? Ada apa?"
Ryuhan menggaruk-garuk tengkuknya. "Aku hanya ingin berterima kasih, Nahyun-ah. Ma-, maksudku Na-"
"Gwaenchana. Anggap saja kita sudah dekat" selaku cepat.
Ia terkekeh pelan. "Arraseo. Oh ya. Kau ingat, kan?? Besok?"
Aku mengangguk. "Yup. Makan bersamamu dan hyung-mu"
Ryuhan lagi-lagi tertawa. "A-, ah. Oke."
Aku malah ikut tertawa. Entahlah. Aku tertawa tanpa alasan. Karena Ryuhan, mungkin. "Omong-omong umurmu berapa??"
"Eum, 20 tahun."
Aku terdiam sejenak. Lalu pecahlah tawaku. Astaga, padahal itu tidak lucu!
"Ke-, kenapa kau tertawa??" tanya Ryuhan dengan wajah yang kebingungan.
Aku meredakan tawaku. Kemudian aku kembali menatap Ryuhan. "Kau. Kau seharusnya memanggilku 'Nahyun noona'!"
Ryuhan membulatkan matanya tak percaya. "Jadi kau lebih tua dariku??"
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL AN ARMY
Fanfiction[ON GOING] "Mulai sekarang tidak akan ada lagi yang namanya 'Taehyung-mu'." Lagi-lagi Nahyun dan Taehyung jatuh untuk kedua kalinya. Jatuh cinta. Akan tetapi mereka jatuh terlalu dalam. Hingga untuk kedua kalinya lagi, mereka saling melukai terlalu...