-18- JAPCHAE

131 19 4
                                    


Aku hanya terus menatap langit yang begitu biru di atas sana. Sembari terus berpikir keras dengan apa yang baru saja Yuna eonnie katakan. Sungguh. Ini membuatku bingung. Aku terus bertanya-tanya. 

Untuk apa aku menjauhi Ryuhan? Untuk apa Ryuhan menghancurkan grup LB? Apa keuntungannya?

Aneh.

Kurasa Ryuhan adalah orang yang baik, bahkan terlalu baik. Apalagi Yuna eonnie sudah kenal Ryuhan sejak SMP. Masa dia bilang kalau Ryuhan akan menghancurkan grup LB? Dan juga, bagaimana cara menghancurkannya?

Kuhela napas pelan. Otakku semakin dibuat bingung saat aku ingat kalau ini sudah jam setengah tiga. Aku harus segera kembali ke Big Hit sebelum terlambat. Ah, tidak. Aku memang sudah terlambat. Lupakan Taehyung. Kurasa dia tidak mau bertemu denganku. Bahkan, dia menghubungiku saja tidak.

Dengan cepat aku bangkit dari dudukku. Berjalan dengan segera menuju ke pintu keluar. Kuambil ponselku dari kantong saku ini. Jari-jariku mulai mencari satu aplikasi. Sebuah aplikasi yang bisa mengantarkanku kembali ke Big Hit. Namun, refleks aku hentikan aktivitas itu saat ada yang menekan klakson mobil dari sebrang sana. 

Kuulas senyuman tipis pada seseorang di dalam mobil itu. Orang yang sedang memegang kendari dari mobilnya. Aku mengerti kenapa ia menekan klakson mobilnya. 

Ia sedang mau memberi tumpangan padaku.

"Tunggu aku, Ryuhan-ah!"

~~

"Memang kau habis dari mana?" tanyaku sembari menyeruput sekotak susu coklat yang tersedia di dalam mobil Ryuhan.

Ia terkekeh pelan. "Mengantar Eunra membeli bahan-bahan untuk memasak," ia menghela napas. "Tapi dia tidak mau ikut pulang denganku."

Kukerutkan dahiku. "Kenapa?"

"Dia bilang dia akan dijemput seseorang-, tapi aku tidak tahu siapa orang itu."

Aku angguk-anggukkan kepalaku. "Memang Eunra mau memasak apa?"

"Katanya sih, japchae," Ryuhan memberi jeda pada kalimatnya. "Nanti malam akan ada teman Eunra yang datang ke dorm-nya, mungkin karena itu Eunra ingin memasak japchae."

Aku terdiam. Entah kenapa aku merasa kalau 'teman' yang Ryuhan bilang itu adalah Taehyung.

Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Hawa panas mulai menjalar di sekujur tubuhku. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi setiap detiknya. 

Kalau benar itu Taehyung, akan kuminta penjelasan darinya.

"Noona?"

Aku kembali pada kesadaranku. "Ada apa?"

"Kau sudah sampai di Big Hit," ia menyunggingkan senyum manisnya. "Silahkan turun."

Aku terkekeh pelan. "Nadanya tidak usah seperti mengusir begitu!"

"Noona, aku tidak mengusirmu!"

Aku berdehem sembari membuka pintu mobil. "Terserah". Begitu sudah turun dari mobil Ryuhan dan menutup pintunya, kusunggingkan senyuman tipisku. "Terima kasih atas tumpangannya!"

Ryuhan mengangguk sembari menutup jendela mobil hitam itu. "Sampai ketemu lagi, Nahyun noona!"

Aku semakin melebarkan senyumanku. "Nee!!"

Dan mobil itupun berlalu dengan kencangnya. Meninggalkan aku yang perlahan memudarkan senyuman di wajah ini. 

Kuhela napasku kasar. Kembali dengan otakku yang memaksa untuk berpikir keras, aku mulai berjalan menuju lift.

STILL AN ARMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang