"Darimana saja, Hyun-ah?"
Aku masih membeku di tempat. Menatap Taehyung yang masih bisa tersenyum padaku. Tidak bohong, aku merasa bersalah padanya. Sangat sangat bersalah.
"Hyun??"
Aku tersenyum kaku padanya. "A-, aku lupa-"
"Gwaenchana. Sekarang biar aku mengantarmu pulang"
"E-, eh? Aku bawa mobil-"
"Ayo.."
Aku kembali terdiam. Baiklah, aku akan mengikuti permintaannya. Masa aku menolaknya? Tadi saja aku kelupaan tentang dating kami. Dan sekarang aku menolak ajakannya untuk diantar pulang?? Oh, Nahyun.
Kau sangat..
Tidak tahu diri.
~~
"Jadi, kenapa kau bisa lupa??"
Aku menoleh ke arah Taehyung yang sedang menyetir. "Mian, aku lupa tentang dat-"
"Aku tidak masalah dengan itu. Tapi. Kenapa kau bisa-bisanya pulang malam??"
Aku mengulum bibirku. Taehyung terdengar seperti menginterogasi. "A-, aku. Aku terlalu bersenang-senang berbincang dengan Ryuhan. Jadi aku lupa kalau sudah malam."
Taehyung menghela napas kasar.
Sial, sial, sial. Aku takut sekali Taehyung marah. Tapi sebenarnya, wajar kalau Taehyung marah. Karena aku pulang larut malam dan lupa tentang dating kami.
"Akhir-akhir ini aku sudah mengerti. Kalau kau sering pulang larut malam. Apa kau tidak bisa jaga kesehatanmu??"
Aku kembali menoleh pada Taehyung. "Bagaimana denganmu? Kau juga kan-"
"Aku sudah biasa."
Aku menatap jalanan lagi. "Kalau begitu aku juga akan terbiasa."
"Tidak. Kau tidak boleh terbiasa."
Kukerutkan dahiku. "Memang kenapa? Bukankah itu wajar bagi seorang idol untuk begadang?? Bukankah mereka harusnya bekerja keras?"
"Tapi untuk bekerja keras, mereka harus memiliki istirahat yang cukup."
Kuputar bola mataku. "Bilang saja kau marah karena aku melupakan dating kan."
Lagi-lagi Taehyung menghela napas kasar. "Tidak! Aku hanya mengkhawatirkan keseha-"
"Tidak usah mengkhawatirkanku! Ini hidupku, urus saja hidupmu."
Taehyung mendengus. "Bagiku, hidupmu adalah hidupku juga."
Aku terdiam setelah mendengar perkataan Taehyung. Rasanya seperti menusuk. Entahlah. Aku tiba-tiba teringat ucapan Ryuhan. Dimana dia bilang kalau aku terlalu mencintai Taehyung. Apakah Taehyung juga terlalu mencintaiku? Karena.. Seharusnya kita mengurus hidup sendiri-sendiri kan? Kita tidak memiliki hubungan suci. Kita tidak menikah. Kita masih berpacaran. Tidak lebih. Kita hanya sepasang kekasih yang saling mencintai tanpa ikatan yang suci.
Kalau sudah menikah, beda lagi. Apa yang Taehyung katakan tadi akan menjadi benar jika kami menikah. Tapi kita tidak menikah. Kita hanya berpacaran. Itu saja.
Kutatap jalanan yang masih ramai. Ada yang mabuk-mabukan, menghabiskan waktu bersama kekasih, membeli makanan, dan masih banyak lagi.
Tiba-tiba mataku menangkap sebuah toko. Yang menjual makanan manis berwarna pink, putih, biru dan masih banyak lagi.
Aku menoleh ke arah Taehyung.
Menggoyangkan bahunya pelan.
Dan kalian tahu aku mau apa.
~~
"Gomawoo, ahjussi."
Aku segera melahap benda manis itu ke dalam mulutku. Ah, enak sekali.
Terdengar suara kekehan Taehyung. "Kau suka sekali, ya makan permen kapas?"
"Gulali" koreksiku cepat.
"Sama saja, Hyun-ah"
Aku menghentikan langkahku. Begitu juga Taehyung. "Gulali. G-u-l-a-l-i."
Taehyung malah terkekeh melihatku seperti itu. Kemudian tangannya mengacak puncak rambutku pelan. "Kiyowo."
"Memang" ucapku sembari kembali memakan gulalinya dan kembali berjalan.
Lagi-lagi Taehyung terkekeh. Dan mengikuti langkahku.
"Kalau aku tidak suka itu. Terlalu manis."
Sekarang aku yang terkekeh. "Jadi kau tidak menyukaiku??"
Dengan cepat Taehyung menggeleng. "Maksudku aku tidak menyukai permen-, maksudku, gulali."
Aku mengangguk-angguk layaknya anak kecil. "Well, gulali itu enak. Tapi kadang terlalu manis. Jadi membuatku merasa pusing."
Taehyung terkekeh pelan. "Berarti mencintaimu itu bisa membuatku pusing ya."
Aku terdiam mendengar ucapan Taehyung. "Diam atau kita putus."
"E-, Eh?? Iya, iya! Pemarah sekali."
Aku mendengus. "Iya. Aku memang pemarah."
Taehyung lagi-lagi terkekeh. "Pemarah. Tapi menggemaskan."
Aku hany bisa tersenyum malu mendengar perkataan Taehyung. Dan berteriak dalam hati. Sungguh, geli rasanya dibilang seperti itu oleh Taehyung. Rasanya.. ada kupu-kupu menari di dalam perutku.
"Yyak, yyak"
Aku menoleh. "Hm??"
"Kau mau menonton, tidak??"
Aku mengerutkan dahi. "Menonton? Apa? Film?"
Dengan cepat Taehyung mengangguk. Tapi seperdetik kemudian dia menggeleng.
"Waeyo?? Aku ingin menontoonn."
Taehyung menatapku. Ia kembali menggeleng. "Aniyo! Kau harus istirahat."
Kuputar bola mataku malas. "Ayolahh. Untuk dating kita. Aku takut tidak punya waktu lagi.. Seperti apa katamu."
"Aku yakin kita pasti punya."
Aku mendengus kesal. "Taehyung... Ayolahh." rengekku dengan mata yang dikedip-kedipkan.
Namun nihil. Dia menggeleng-geleng. "Tidak."
"Ya sudah. Aku tidak mau dating denganmu kalau kau mengajak."
Taehyung terkekeh pelan. "Ya sudah. Tidak apa-apa"
Dengan secepat kilat aku mendorong Taehyung pelan. "Kau jahat."
Lagi-lagi Taehyung terkekeh. Entah untuk keberapa kalinya. "Aku tidak jahat. Hanya meng-iya-kan kemauanmu."
Lagi-lagi aku mendengus sebal. "Terserah!"
Kini Taehyung bukan lagi terkekeh pelan. Dia sudah tertawa terbahak-bahak.
"Arraseo. Kita akan menonton film."
~~
HUU HUUU.. MO NANGISSS..
cmn sedikit :(
maaffff bgttt...
soalnya
sama kyk kemarin2
banyak tugas :"
jadii, gara2 banyak tugas itu.. aku memutuskan untuk..
up tiap hari minggu aja :")
HUU.. HUU.. MAAFKAN AKU PURPLIES :((
:" (masih merasa bersalah kpd kalian)
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL AN ARMY
Fanfic[ON GOING] "Mulai sekarang tidak akan ada lagi yang namanya 'Taehyung-mu'." Lagi-lagi Nahyun dan Taehyung jatuh untuk kedua kalinya. Jatuh cinta. Akan tetapi mereka jatuh terlalu dalam. Hingga untuk kedua kalinya lagi, mereka saling melukai terlalu...