°16°

473 53 13
                                    



Plak!



Sebuah tamparan mendarat di pipi Seokmin saat dia selesai menyatakan cintanya yang kesekian kalinya ke Jisoo.

"Berhenti bercanda Seokmin!"

Mata Seokmin masih melotot ke depan, tangan kirinya memegang pipi yang di tampar Jisoo tadi. "Hong Jisoo!" panggilnya saat Jisoo sudah berlari menjauh meninggalkan dirinya.



Sampai rumah Jisoo hanya berdiri di depan kaca di kamarnya. Tangannya dia letakkan di depan dadanya. "Ada apa dengan jantungku?"

Ada rasa aneh yang dia rasakan setelah mendengarkan semua pernyataan Seokmin tadi. Jisoo bisa melihat wajah tulus dari Seokmin tapi lagi-lagi Jisoo takut akan kejadian belasan tahun yang lalu saat Seokmin hanya menjadikannya barang taruhan dan juga kejadian baru-baru ini yang ternyata Seokmin membohongi nya dengan sengaja membuat kebohongan palsu berkencan dengan Soonyoung.

Ponsel di nakas dia ambil, mendial nomer sahabatnya. "Jihoon-ah, ayo keluar."

Di sinilah Jisoo dan Jihoon berada. Di sebuah cafe coffee setelah Jisoo mengajak Jihoon pergi pagi hari itu. Untung saja weekend.

"Kenapa?" Jihoon sudah hafal dengan tingkah laku Jisoo. Saat ini Jihoon melihat Jisoo yang lesu Jisoo yang bingung dan Jisoo yang entahlah susah untuk di gambarkan.

"Seokmin membodohiku lagi. Tadi pagi dia menyatakan perasaannya padaku."

Bisa di lihat raut wajah Jisoo sedih saat mengatakan itu.

"Jisoo-ah, sebenarnya ada satu hal yang belum aku bilang kepadamu tentang Seokmin. Semua gara-gara bajingan Soonyoung."

Jisoo menatap Jihoon sambil meminum es kopinya.

"Seokmin tidak tau tentang rencana Soonyoung tentang masalah berita mereka berkencan. Semua itu murni ide dari Soonyoung tanpa Seokmin ketahui. Soonyoung yang bilang padaku sendiri kalau Seokmin tidak tau apa-apa."

Mendengar itu Jisoo tersedak kopinya. Jihoon dengan cepat menepuk-nepuk punggung Jisoo. "Maaf harusnya aku bilang tentang ini sejak lama. Tapi kata sialan Soonyoung itu Seokmin melarangnya bilang padamu."

Seketika Jisoo terdiam. Dia mencerna semua omongan Jihoon.

Ingatan saat dia merendahkan Seokmin malam itu teringat kembali. Saat dia menuduh Seokmin mengerjainya saat dia mengatakan Seokmin seorang tanpa harga diri. Saat dia membuat kata-kata kejam untuk Seokmin. Berulang kali Jisoo berfikir apakah dirinya terlalu kejam karena selalu saja menyimpulkan semuanya sendiri tanpa melihat kebenarannya.

"Aku harus pergi Jihoon." dirinya beranjak dari duduknya begitu saja. Keluar dari cafe.

Melihat kepergian Jisoo membuat Jihoon menggelengkan kepalanya. "Apapun yang terbaik untukmu Soo."

Langkah kaki Jisoo terhenti di depan rumah Seokmin. Hanya berdiri di depan pintu tanpa bisa mengetuknya itu yang Jisoo lakukan saat ini.

Suara mobil terdengar berhenti di depan Jisoo. Seokmin keluar dari mobil itu kaget melihat Jisoo ada di sana.

"Jisoo?"

"Oh hai." canggung senyum yang Jisoo pancarkan sangat canggung.

"Ada apa Jisoo?"

Mereka berdua duduk di sofa rumah Seokmin saling berhadapan tanpa berbicara.

"Aku ambilkan minum."

Belum sempat Seokmin beranjak Jisoo menahannya.

"Aku punya pertanyaan." Seokmin mengangguk mempersilahkan Jisoo bertanya. "Aku ingin tau soal kejadian belasan tahun yang lalu saat kau bertaruhan itu? Aku mulai berfikir ada hal lain yang tidak aku ketahui. Apa saat itu kau tulus?"

I Hate Pretty Boy ✔ (Seoksoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang