°23°

439 50 1
                                    

Foto yang Soonyoung kirim untuk Jisoo sukses membuat Jisoo semakin merana. Pasalnya Soonyoung juga memberikan situasi jelas bagaimana kondisi Seokmin saat itu.

(Picture)
Aku tau dari Jihoon kalau kau juga bersedih

(Pinture)
Tapi tolong lihat dia. Dia bukan lagi seperti manusia.(foto Seokmin sedang memakan semua makanan junkfood. Seorang Seokmin adalah orang yang menjaga makanannya. Dan kali ini dia makan makanan tidak sehat)

(Picture)
Aku pastikan ekspresi wajah kalian tidak jauh beda. (Kali ini foto Seokmin sedang melamun menatap jendela rumahnya)

(Picture)
Dia hampir saja memotong jarinya dengan gergaji karena bekerja dengan melamun

(Picture)
Setidaknya bicara alasanmu yang sebenarnya padanya. Aku hanya tidak tega melihat sahabatku dan dirimu


"Aku harus menemuinya." putus Jisoo sebelum dia keluar kamar. Tapi langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar. "Tidak" dia menggeleng keras. "Jika aku melihatnya sekali, aku ingin melihatnya lagi. Jika aku melihatnya dua kali, aku ingin melihatnya tiga kali. Aku tak bisa melakukan ini."

Jisoo memutuskan untuk keluar kamarnya menuju dapur hanya untuk minum dan menenangkan dirinya. Di sana ada Seungcheol yang duduk tenang sambil menikmati kopinya.

"Kau menangis?" tanya Seungcheol saat melihat mata Jisoo yang bengkak. "Jisoo?"

Jisoo hanya terdiam dia menunduk menatap gelas yang dia pegang.

"Kau aneh akhir-akhir ini Jisoo. Kau tidak memperhatikan kalau aku belum memberikan uang bulanan kita. Biasanya kau paling cerewet saat aku telat mentransfer uangnya. Dan akhir-akhir ini aku melihatmu menangis. Siapa dia? Yang membuatmu menjadi seperti ini?"

Jika kalian mengira Seungcheol adalah seorang kakak yang tidak perhatian itu salah besar. Seungcheol setiap malam melihat bagaimana semua adiknya tertidur. Tersenyum diam-diam saat melihat bagaimana adik-adiknya saling bertengkar memperebutkan sarapan. Seungcheol adalah seorang kepala keluarga di keluarga itu dari semenjak dia beranjak dewasa sendirian tanpa orang tua dia sudah menjadi orang tua bagi adik-adiknya. Walaupun terkesan dia seorang kakak yang cuek tapi jauh di dalam sana Seungcheol adalah pribadi yang sangat perhatian.

"Tangisanmu tidak ada kaitannya dengan kecelakaan Ayah dan Ibu kan?"

Jisoo duduk di kursi samping Seungcheol. Menatap sang kakak dengan tatapan sendu. "Bagaimana jika Ayah membuat keputusan yang berbeda bukannya menyelamatkan anak yang bodoh dan jahat sepertiku? Harusnya dia menyelamatkan istrinya dan dirinya sendiri."

Seungcheol hanya menghela nafas.
"Ketika seseorang mengalami kecelakaan tepat di depan mata mereka, mereka mencoba yang terbaik untuk menghindarinya dan bergerak lebih jauh dari bahaya. Dan malam itu seorang polisi berkata kalian bertiga bisa mati karena kecelakaan seperti itu. Dia berkata lagi sepertinya pengemudinya melindungimu dengan nalurinya."

"Apa?" mata Jisoo sudah berkaca-kaca.

"Sepertinya pengemudinya memutar mobil ke arah dirinya sendiri untuk menyelamatkan dua orang yang berada di kursi belakang."

Ingatan Jisoo kembali saat hari kecelakaan itu. Tepat saat Jisoo berada di tempat kejadian. Di mana Ayahnya terus memanggil namanya mencoba untuk membuatnya sadar. Dan saat Jisoo sadar dia melihat Ibunya yang duduk di balik kemudi mobil sudah terkapar penuh darah dan tak sadarkan diri.

"Itu bukan pilihan yang mereka buat. Tapi itu naluri mereka." lanjut Seungcheol lagi.

"Tapi kenapa? Kenapa harus menyelamatkan aku?"

I Hate Pretty Boy ✔ (Seoksoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang