bagian lima.

10.1K 2K 456
                                    

Sunoo berusaha keras untuk mencari siapa pengirim dibalik menfess misterius itu, tetapi yang ia temukan tidak sesuai ekspektasi.

"@riki123? memang di sekolah ada yang namanya Riki?" Sunoo berpikir, bingung. Ia mengetuk- ketukkan jarinya di atas meja, mencoba mengingat-ingat siapakah pemilik nama Riki di sekolahnya.

Hasilnya nihil, Sunoo tidak ingat seorang pun.

"Sun, udah bel pulang. Lo tolong balikin gitarnya dulu ya baru pulang?" temannya meminta tolong Sunoo untuk mengembalikan gitar itu karena ia harus buru-buru pulang, sudah dijemput.

Sunoo mengangguk mendengarnya. Ia membereskan barang-barang bawaannya lalu menggendong tas dan gitar menuju ruang musik.

Ruang musik sepi, Sunoo takut sendirian. Ia dengan gerakan cepat menaruh gitar itu pada posisi semula, lalu sedikit berlari menuju pintu dan—

Bugh!

"Aduhhh," Sunoo memegangi lengannya, berteriak kesakitan. Padahal ia yang menabrak.

"Pelan-pelan kalau jalan," yang ditabrak seperti tidak merasakan sakit.

Ini sih Sunoo saja yang melebih-lebihkan.

Sunoo mendongak, "Niki? eh, maaf" cengiran khasnya tercipta.

"Mau kemana buru-buru banget?" Sunoo bingung harus jawab apa. Ia tak mungkin kan kalau menjawab karena takut hantu? pasti ia akan diketawai habis-habisan.

"Uh, itu... aku emang lagi buru-buru" Sunoo sedikit menunduk, enggan menatap mata Niki. Ia takut ketahuan bohong.

Loh?

"Nishimura Riki?" ia menggumam pelan sekaligus terkejut setelah melihat badge nama yang tertempel di seragam laki-laki di depannya.

"Kenapa nyebut nama panjang gue?" Niki mengerutkan alisnya, sedikit bingung.

Sunoo gelagapan, bingung harus menanyakan hal ini sekarang atau tidak. "Gak papa kok, bagus namanya" Sunoo senyum, Niki hanya geleng-geleng melihat kelakuannya.

Niki berjalan melewati Sunoo, lalu mengambil tasnya yang tertinggal di ruang latihan dance. Sebenarnya ia merasa aneh dengan tingkah Sunoo barusan, tetapi tak mau ambil pusing.

Sunoo masih berdiri di depan pintu, takut kalau harus pergi ke luar sendiri.

"Kok masih disini? Katanya lagi buru-buru?" Niki berjalan keluar ruangan, Sunoo mengikutinya. Mereka berjalan berdua, beriringan.

"Akutakutkalaukeluarsendiri" Sunoo berbicara cepat, untungnya Niki masih bisa mengerti. Niki terkekeh pelan, lucu sekali bayi.

"Yaudah gue anterin sampe rumah lagi mau?" Sunoo mengangguk saja, lumayan gratis.

Hening beberapa saat, hanya ada suara dari sepatu mereka. Sunoo masih sangat terkejut dan bingung.

Haruskah ia menanyakan ini kepada Niki? tetapi kalau Niki tidak mau jujur bagaimana?

"Eumm.. Riki" Sunoo berhenti dari jalannya. Meremat tali tasnya, "@riki123 itu kamu kan?" Niki tersentak, tetapi berhasil mengontrol raut wajahnya. Sunoo sudah tahu rupanya.

"Kalau iya, kenapa?"

***


"Terima kasih udah anterin aku," Sunoo senyum.

"Sama-sama Sun," Niki hendak memakai helmnya, tetapi suara Sunoo menggagalkannya.

"Niki beneran yang kirim menfessnya?"

"Menurut lo?" Niki menaikkan satu alisnya, sok cuek.

"Iya..." Sunoo berucap pelan.

"Terus?"

Sunoo bingung, terus apa maksudnya?

"Nggak papa, cuma nanya." Niki cuma mengangguk, lalu mengambil handphonenya di saku celana.

"Bagi id line lo dong, Sun" Niki memberikan handphonenya pada lelaki di depannya. Sunoo kaget sekali, jelas. Tangannya mengambil handphone milik Niki, lalu mengetikkan id linenya disana.

"Addback ya," itu adalah kata terakhir sebelum Niki pergi dari pekarangan rumah Sunoo.

Niki tidak jelas, tapi lebih tidak jelas lagi jantung Sunoo yang berdebar kencang.

***

Gimana nih? Niki udah ketahuan wkwkw. Dia sok cuek gitu padahal gemes pengin karungin Sunoo.

Jangan lupa vote + komennya yaa! Terima kasih yang udah dukung book ini. Maaf kalau banyak kesalahan dalam penulisan maupun typo, ily!💕

Sampai jumpa di chapter selanjutnya, kira-kira Niki bakal chat apa ya?

Menfess | Sunki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang