bagian tiga belas.

7.1K 1.3K 399
                                    

"Bunda, nanti malam boleh pergi?" Sunoo bertanya ragu-ragu kepada ibundanya. Ia jarang pergi malam-malam karena memang anak rumahan, tetapi kali ini Sunoo ingin sekali pergi dengan Niki.

"Sama siapa perginya?" nyonya Kim mengalihkan atensinya dari televisi, menatap wajah anaknya.

"Sama temen," Sunoo mulai memasang wajah memelasnya. Licik sekali dia, agar bundanya luluh.

"Iya bunda tau, tapi siapa temennya? Jay?"

"Niki, bunda.." Sunoo meringis memperlihatkan deretan giginya.

"Ohh, mau pacaran ya?" nyonya Kim menaikturunkan alisnya, menggoda anaknya sangat seru.

"Enggak, Bun. Sunoo cuma temenan!" Sunoo cemberut, sebal dengan bunda karena selalu meledekinya.

"Kok cuma temenan? Nggak ditembak ya kamu? Kasihan anak bunda digantungin."

Sunoo makin cemberut, "bundaaaaaaaa." Sunoo merengek tanda ia tidak suka diejek seperti itu.

Padahal di dalam hatinya membenarkan perkataan bundanya tadi.

"Hahaha bercanda anak kesayangan bunda. Gih siap-siap dulu biar makin manis," nyonya Kim mengusak rambut Sunoo. Anaknya ini sudah remaja rupanya, bukan anak kecil lagi.

"Sunoo ganteng!" Sunoo berkata seperti itu kemudian berjalan menuju kamar untuk bersiap-siap.

"Manis gitu kok," monolog bundanya.

***


Waktu menunjukkan pukul 19.00, Sunoo belum selesai bersiap karena keasikan scroll instagram. Niatnya hanya sebentar, tetapi malah keterusan.

Saat ini Sunoo sedang heboh sendiri karena Niki berkata akan menjemputnya pukul tujuh tepat. Sunoo bergegas keluar kamar dan turun dari tangga, kemudian mencari sepatu apa yang cocok untuk digunakannya malam ini.

Pasti Niki sudah datang.

Benar saja, saat Sunoo membuka pintu rumahnya, Niki sudah disana. Di atas motornya, mengenakan jaket denim hijau army, kaus hitam, dan celana jeans hitam. Kontras sekali dengan penampilannya yang menggunakan hoodie berwarna kuning dan jeans biru muda.

"Telat lima menit," Niki berbicara sambil mengecek jam tangannya. Sunoo telat keluar rumah lima menit, kebiasaan.

Sunoo meringis, "hehehe, maaf Nikii."

Mereka berdua pergi menaiki motor milik Niki, dengan tangan Sunoo yang memegang erat jaket denim milik lelaki itu.

"Kalau dingin, peluk aja" Niki berucap sedikit keras agar lelaki yang dibonceng mendengar.

Sunoo sedikit merona mendengarnya, tetapi tangannya dengan sigap melingkar pada pinggang Niki. Memeluk erat pinggang lelaki itu dari belakang, sambil menyenderkan kepalanya di punggung Niki. Dalam hati Sunoo tersenyum senang.

Niki juga tersenyum lebar meski Sunoo tidak bisa melihatnya.

***


Sampailah mereka berdua disini, pasar malam. Pasar malam itu tampak indah dengan gemerlap lampu warna-warni, juga dengan bianglala besar yang membuat Sunoo terkagum-kagum melihatnya.

Niki melihat raut wajah Sunoo, kemudian ikut tersenyum dibuatnya. Lelaki disampingnya seperti tidak pernah pergi ke pasar malam.

"Bagus bangett," Sunoo memekik kegirangan, ia berjalan sambil melihat-lihat sekitar. Tentu saja diikuti oleh Niki disampingnya, asal lelaki itu senang Niki juga pasti ikut senang.

"Eh?" tiba-tiba tangan kanan Sunoo digandeng oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Niki?

"Nanti hilang, mending dipegangin," alibi Niki, padahal hanya ingin modus.

Sunoo senyum, lagi-lagi cuaca sedang dingin, tetapi wajahnya panas. Mereka berjalan beriringan dengan tangan yang bertautan, lucu sekali.

"Sunoo mau naik bianglala," Sunoo menatap wajah Niki. Niki mengangguk saja, kemudian membeli karcis dan menaiki bianglala itu, berdua.

Bianglala itu berputar naik, Sunoo tampak senang sekali. Beberapa kali ia terlihat mengambil foto pemandangan dibawahnya. Niki yang melihat hal itu senyum.

Ketika hendak sampai dipuncak, Niki menginterupsi kegiatan Sunoo yang masih asik melihat sekitar.

"Sunoo,"

"Ya, Niki?"

"Sorry soal tadi, pasti kamu ngerasa ga nyaman kan? jangan pernah anggap kamu ga penting bagi aku. Kamu penting, Sun, sangat penting."

Suasana tiba-tiba menjadi serius, "eum, iya Niki aku emang sering berpikiran buruk aja. Ga usah terlalu dipikirin ya?"

"Sun, sorry kalau kecepetan, tapi aku mau minta kamu jadi pacarku. Pacarnya Niki. Mau?"

Niki melanjutkan, "emang terlalu singkat sih. Baru dua minggu kemarin kita deket, tapi ga ada salahnya kan? Soalnya takut keduluan orang." Niki menggaruk tengkuknya, canggung.

Sunoo terkejut mendengarnya, tentu saja. Lelaki di depannya ini selalu saja tidak terduga. Beberapa kali dengan santainya mengucapkan cinta, seperti tidak punya malu saja.

Sunoo kan sangat malu!

Namun, Sunoo tidak bisa bohong. Ada perasaan senang di dalam hatinya, juga banyak kupu-kupu bertebaran di perutnya. Sunoo sudah jatuh cinta dengan lelaki di depannya.

Sunoo menghela napas, kini bianglala sudah sampai di titik puncak. Bersamaan dengan itu, Sunoo membalas dengan "iya, Sunoo mau, Niki."

Niki tersenyum senang, Sunoo juga. Malam yang indah bagi mereka berdua.

***

Akhirnya jadian, siapa yang seneng mereka jadian nih? Abis ini bakal ada momen momen mereka pas pacaran jadi jangan lupa vote + komentarnya biar aku ada niat buat ngelanjutin terus!

Anw makasih udah baca book keduaku, setelah book ini selesai nanti aku bakal lanjutin disana.

Bonus foto Sunoo

Bonus foto Sunoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you!

Menfess | Sunki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang