bagian empat belas.

6.8K 1.3K 304
                                    

Hari ini hari Senin, Niki sudah berjanji untuk berangkat bersama pacarnya pagi ini. Ia sudah bersiap mulai pukul enam, tidak mau melewatkan hari pertama mengantar Sunoo ke sekolah.

Niki tampak memilih jaketnya sebentar, kemudian pilihannya jatuh pada jaket jeans berwarna abu-abu. Dipakainya jaket itu lalu melenggang pergi dari rumahnya.

Tidak sampai lima menit Niki sudah sampai di depan rumah Sunoo karena rumahnya hanya berjarak beberapa blok saja. Niki turun dari motornya, kemudian berjalan menuju teras rumah Sunoo.

Belum sempat Niki mengetuk pintu, bunda Sunoo keluar dari rumahnya. Nyonya Kim tampak membawa tas kecil, sepertinya akan pergi berbelanja.

Niki senyum, kemudian menyapa "selamat pagi, tante."

Nyonya Kim ikut tersenyum, "pagi, Niki. Ada apa kesini?"

"Mau jemput Sunoo ke sekolah, tante," Niki terkekeh pelan, canggung.

"Oh, Sunoo kayaknya lagi sarapan. Sebentar lagi mungkin selesai. Duduk dulu aja," nyonya Kim mempersilahkan Niki duduk.

Niki mengikuti saja, ia duduk sembari mengobrol sedikit. Nampaknya bunda Sunoo sudah tahu perihal mereka berdua.

Terbukti ketika tiba-tiba ibunda pacarnya itu menyeletuk, "semangat banget ya jemput pacar."

Hal itu membuat Niki malu, tentu saja. Namun, Niki tetaplah Niki yang sangat pandai menutupi perasaannya.

"Bundaaa, Sunoo udah siap— loh Niki?" Sunoo terlihat keluar dari rumahnya, menatap Niki sedikit terkejut.

"Bunda kok ga bilang Niki udah dateng?" Sunoo mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal.

"Buat apa bilang kamu? Niki mau jemput bunda kok," lagi-lagi nyonya Kim menggoda Sunoo.

Sunoo menyipitkan matanya tanda tidak suka, "Niki mau jemput Sunoo!"

"Kata siapa? Kalau mau jemput kamu pasti daritadi bunda udah panggil kamu."

"Iya, aku mau jemput bunda nih, Sun." Niki malah menambah-nambahi.

"Kok jemput Bunda? Niki bilang mau jemput akuu semalam!" Sunoo memicingkan matanya ke arah Niki.

Niki terkekeh dalam hati, masa pacarnya cemburu dengan bundanya sendiri?

"Aku males sama bunda, bunda mau ambil Niki!" Sunoo mendekati Niki, kemudian memegangi tangan lelaki itu erat.

Nyonya Kim tertawa kencang, seru sekali menjahili anak satu-satunya itu. Masih seperti anak kecil padahal usianya terus bertambah.

Sunoo masih memegangi tangan Niki erat, seperti tidak mau lepas. "Aku mau jemput kamu, Sun. Tadi cuma bercanda aja," Niki senyum, matanya menatap mata Sunoo dalam.

"Niki nggak boleh diambil, punya Sunoo." Sunoo berkata pelan, tetapi dua orang di sampingnya bisa mendengar itu.

"Iya iya, bunda bercanda sayang. Sana berangkat sekolah, hati-hati ya?"

Sunoo dan Niki kemudian pergi setelah menyalami bundanya, tetapi tatapannya masih marah. Apakah Sunoo benar-benar marah? Aneh sekali anak itu.


Saat Sunoo dan Niki sampai di sekolah, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Pasalnya, Sunoo itu cukup terkenal di sekolahnya.

Apa Sunoo dan Niki sudah berpacaran?

Kira-kira seperti itu isi kepala siswa-siswi yang melihat mereka berjalan berdua di lorong sekolah.

Niki mengantar Sunoo hingga depan kelas, kemudian beranjak menuju kelasnya sendiri. Hari itu Niki benar-benar senang, tentu saja karena Sunoo.

Hari ini upacara bendera, kegiatan rutin hari Senin pagi. Sebenarnya Niki malas, tetapi karena suasana hatinya sedang bagus, jadi ia akan mengikutinya dengan senang hati.

"Lo udah jadian sama Sunoo?" Jungwon yang baru saja sampai langsung menanyai Niki.

"Kata siapa?"

"Banyak yang gosipin itu hari ini, ngaku aja sih." Jungwon mendesak Niki untuk menjawab.

"Iya, udah jadian sejak malem minggu," Niki menjawab santai.

"Pantesan, gerak cepet banget ya Nik," Jungwon meledek teman sebangkunya.

Niki hanya senyum, "kalau gerak lambat kaya Jay ke lo dong?"

"Sembarangan lo," Jungwon menoyor dahi Niki, tanda bahwa ia tidak terima.

Niki hanya tertawa saja.

"Udah ah yuk ke lapangan udah mau mulai upacaranya." Jungwon berjalan duluan menuju lapangan, meninggalkan Niki.

Niki kemudian membenarkan dasinya, mengambil topi OSIS di tasnya lalu berjalan keluar kelas.

"Niki," suara Sunoo.

"Ada apa?" Niki bertanya serius karena raut wajah Sunoo tampak tidak biasa, seperti ketakutan.

"Topi OSIS Sunoo ketinggalan di meja belajar," Sunoo meremat celana osisnya, tanda bahwa ia cemas.

"Sunoo takut dihukum," lelaki di depannya cemberut, lucu sekali.

"Oh itu, nih" Niki memberikan topi OSIS nya kepada Sunoo.

"Buat Sunoo?" Sunoo menatap Niki bingung.

"Iya, pakai aja."

Sunoo mengambil topi milik Niki lalu memakainya, "Niki gimana?"

"Gampang."

"Nggak apa apa?" Sunoo bertanya sekali lagi, memastikan.

"Gak apa-apa, sayang."

Sunoo ingin tersipu mendengarnya, tetapi ini bukan saat yang tepat. "Kalau Niki dihukum gimana?"

"Asal bukan kamu, udah sana ke lapangan."

"Eum, makasih Niki!" Sunoo berjalan menjauh sembari tangannya melambai pada Niki.

"Anything."

Niki berencana untuk kabur saja sepertinya.

***

Niatnya mau fluff tapi kalau jatuhnya cringe maaf yaa😭😭

Anw jangan lupa vote + komentarnya! Kalau ga vote, book ini bakal susah naik peringkat:(

Menfess | Sunki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang