bagian delapan.

8.3K 1.6K 384
                                    

Kejadian rooftop tadi siang membuat Sunoo tidak fokus saat jam pelajaran. Sedari tadi Sunoo tidak bisa berhenti mengembangkan senyumnya saat memikirkan kejadian tadi.

"Lo gila ya?" suara Jay membuyarkan lamunan Sunoo. Jay sendiri juga bingung mengapa temannya jadi seperti itu, takut kesambet.

"Hah?" Sunoo menaikkan satu alisnya.

"Malah keong, gila beneran deh kayaknya," Jay malah meledek Sunoo.

"Enak aja!"

"Abisnya, dari tadi gue perhatiin lo senyum-senyum sendiri," Jay memelankan suaranya karena takut ketahuan guru yang sedang mengajar.

"Ngga kok, lagi seneng aja," Sunoo tersenyum lebar.

"Abis ketemu crush lo ya?" tebak Jay yang sialnya tepat sasaran.

"Enggak! Sok tau!" Sunoo tidak mau mengakuinya.

Jay hanya geleng-geleng memaklumi, "lo tadi dicariin Jake."

Sunoo mencubit pelan lengan Jay, "kebiasaaan, kak Jake tau!"

"Elah, orang seumuran kok. Cuma gue telat setahun sekolahnya."

"Tetep aja ih, tapi dia bilang apa ke aku?" Sunoo memandang Jay antusias.

"Ga ada bilang apapun, pulang sekolah bakal kesini lagi katanya," mendengar itu Sunoo hanya mengangguk. Sunoo berusaha untuk fokus pada pelajaran kali ini. Semoga saja bisa, ya.

Sepulang sekolah benar saja, Jake sudah menunggu Sunoo di depan kelasnya. Mungkin Jake akan membahas tentang Sunoo yang akan diangkat menjadi ketua ekstrakulikuler? Sunoo tidak sabar untuk itu. Menjadi ketua eskul broadcasting adalah impiannya selama ini.

"Hello, kak Jake?" Sunoo menghampiri Jake sambil membenarkan posisi tas di punggungnya.

"Halo, Sunoo. Tadi siang dicariin kok gaada?"

"Aku ada urusan sebentar kak, hehehe" Sunoo meringis lucu.

"Oh gitu, pantes gaada di kelas. Gue mau ngobrol sebentar, gapapa kan?" Jake meminta izin terlebih dahulu, takut jika Sunoo punya urusan lain setelah ini.

Sunoo mengangguk antusias, "gapapa kok kak!"

Mereka berdua lantas duduk di kursi depan kelas Sunoo, "mulai minggu depan lo yang dampingin anak-anak kelas sepuluh latihan rutin tiap hari Rabu ya, Sun?" Jake mulai berbicara serius, tentu saja seputar eskul mereka.

"Loh, kenapa aku kak?"

"Iya, biar latihan juga nanti kalau lo jadi ketua. Mau kan?"

Sunoo tampak menimang sebentar, lalu menganggukkan kepalanya mantap, "iya kak."

"Bagus, lo ga sendirian kok. Nanti ada beberapa temen seangkatan gue juga yang dampingin. Intinya pede aja," Jake mulai menjelaskan bagaimana yang harus dilakukan Sunoo saat mendampingi latihan rutin.

Jake juga memberi beberapa tips berdasarkan pengalamannya. Sunoo hanya mengangguk dan membalasnya dengan sopan. Hingga tidak terasa hari mulai beranjak sore, sekolah sudah mulai sepi.

"Gitu aja deh, Sun. Nanti gue kabarin lagi ya," Jake berdiri dari duduknya diikuti oleh Sunoo.

"Oiya, lo pulang naik apa?" Jake bertanya pada Sunoo.

Iya ya, Sunoo pulang naik apa?

Sunoo baru sadar kalau teman pulang barengnya, Jay, sudah pulang daritadi.

Duh, bagaimana ini?

Merasa pertanyaannya tidak dijawab, Jake tahu kalau Sunoo sedang bingung harus pulang naik apa. "Yaudah, sama gue aja mau?" Jake menawarkan bantuan dengan ragu. Takut juga kalau Sunoo menolaknya.

Sunoo membulatkan matanya, sedikit terkejut. "Aduh kak, takut ngerepotin," Sunoo menggeleng tak enak.

"Ya ga apa-apa, kosong kok" maksudnya, motor Jake tidak ada yang membonceng.

"Uhm, yaudah deh" final Sunoo sebelum mereka berdua berjalan menuju parkiran siswa.

Niki masih di sekolah sore itu, tentu saja melihat mereka berdua berboncengan. Apakah Niki cemburu? tentu saja. Namun, kalau ditanya pasti Niki akan menjawab tidak.

***


Niki melepas sepatunya saat akan masuk ke dalam kamar. Menaruh tasnya pada kursi, lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

Dipikirannya masih saja terpenuhi oleh Sunoo, "dia ilfeel sama gue ga ya?"

"Ga mungkin lah, kan gue ganteng," monolog Niki. tingkat kepercayaan dirinya tiba-tiba meningkat.

Ia memejamkan matanya, berniat tidur sebentar sampai jam lima. Lelah sekali otaknya setelah ujian matematika pada jam terakhir. Belum lagi melihat Sunoo dibonceng oleh kakak kelas itu.

Namun, lagi-lagi niatnya gagal karena dering pada handphonenya, dengan malas ia melihat layar ponselnya. Tertera nama Sunoo disana. Niki buru-buru mengangkatnya.

"Halo, Sun?"

"Hiks... Hiks..."

Niki panik, "Sunoo kenapa?"

"Aku... jatuh... sama kak Jake," suaranya sedikit tidak jelas karena sambil menangis.

"Udah telpon Bunda?" Niki bertanya sambil berdiri dari tidurnya. Kemudian mengambil hoodie warna hitam dan kunci motor miliknya.

Sunoo mengangguk, tapi Niki tidak bisa melihatnya, "gak aktif, Niki."

Handphone Niki berbunyi sekali lagi, Sunoo membagi lokasi dimana ia sekarang. Mungkin Sunoo sedang di rumah sakit.

"Yaudah tenang ya? gue kesana."

Jake, gue tandain lo.

***

Chapter selanjutnya mungkin akan uwu, Niki bakal ngapain Jake ya? Tenang ga ada baku hantam kok. Atau malah kalian pengen ada baku hantam? Wkwkwk.

Gimana chapter kali ini? Banyak drama sih huhu maaf. Jangan lupa vote + komen ya. 40 vote aku lanjut chapter berikutnya.

***

Menfess | Sunki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang