bagian enam belas.

6.4K 1.2K 191
                                    

Sunoo mengerjapkan matanya perlahan, ia baru saja bangun dari tidurnya. Melihat sekitar kemudian menyadari kalau ia tertidur saat menonton netflix tadi.

Dimana Niki?

Apa Niki sudah pulang?

Sunoo beranjak dari kasurnya, berjalan pelan keluar kamar lalu menuruni anak tangga di rumahnya.

"Niki?" Sunoo mendesah lega saat melihat Niki masih di rumahnya. Lelaki itu sedang membantu ibundanya menyiapkan makan malam, benar-benar anak yang baik.

Niki tersenyum ke arahnya, "sudah bangun tuan putri?"

Sunoo melotot mendengarnya, "bukan tuan putri!" Niki sangat menyebalkan, padahal baru saja Sunoo memuji lelaki itu.

Sunoo duduk di meja makan, kemudian melihat jam dinding rumahnya. Jam menunjukkan pukul 19.00 yang berarti Sunoo sudah tidur sekitar 3 jam, lama sekali.

"Nih, minum" Niki menghampiri Sunoo sembari membawakan segelas air, menyuruh pacarnya untuk minum.

Sunoo langsung menerima gelas dari tangan Niki, kemudian meneguk air itu sampai habis.

"Haus banget?" Sunoo mengangguk sambil tersenyum kikuk. Niki ikut tersenyum melihat ekspresi Sunoo.

Hening sebentar.

"Niki, aku masih ngantuk" Sunoo menggenggam tangan kanan Niki, lalu memeluk lengan pacarnya.

Manja sekali, huh? Tidakkah Sunoo ingat kalau ibundanya bisa melihat mereka?

Niki refleks mengelus pucuk kepala Sunoo, mengecupnya pelan. Dalam hati berteriak kegemasan, pacarnya lucu sekali.

"Makan dulu baru boleh tidur lagi,"

"Nggak mau," Sunoo menggelengkan kepalanya.

"Harus mau."

"Nggak laper," Sunoo cemberut. Beberapa kali ia terlihat menguap karena mengantuk.

Niki memandang Sunoo datar, anak itu memang keras kepala.

Sunoo melanjutkan, "iya deh, tapi nanti Niki temenin aku sampe tidur ya?"

"Iya, nanti ditemenin." Sunoo tersenyum senang mendengarnya.

Makan malam berlangsung hening, sudah merupakan tradisi di keluarga Sunoo bahwa saat sedang makan tidak boleh sambil berbicara. Niki hanya ikut diam karena tidak tahu harus berbicara apa.

Sunoo yang pertama menyelesaikan makan malamnya. Tadi Sunoo bilang kalau dirinya tidak lapar, tetapi sekarang ialah yang makan paling lahap dan selesai pertama.

Setelah semuanya selesai, nyonya Kim pergi ke ruang keluarga untuk menonton acara kesukaannya di televisi.

Nyonya Kim juga sempat berpesan kalau "Jangan ngapa-ngapain ya, kalian masih kecil."

Hal itu sukses membuat keduanya merona malu. Namun, percayalah mereka tidak ingin melakukan hal yang macam-macam!

Sunoo mengajak Niki menuju kamarnya di lantai dua. Kamar bernuansa biru pastel itu sangat cocok dengan pembawaan Sunoo yang cenderung soft. Berbanding terbalik dengan kamar Niki yang bernuansa abu-abu dan hitam.

Niki mengedarkan pandangannya di seluruh penjuru kamar. Terdapat banyak barang-barang lucu, tetapi tidak penting.

"Ini buat apa?" Niki menunjuk pada benda berbentuk pinguin di atas meja belajar Sunoo.

"Buat pajangan aja, lucu kan?"

Niki hanya menggeleng sambil tersenyum.

Mungkin Sunoo adalah pribadi yang suka mengoleksi benda-benda yang terlihat lucu. Kamarnya penuh dengan pernak-pernik yang mencolok. Niki hanya menggeleng heran.

Di atas meja belajar juga terdapat foto masa kecil Sunoo yang sedang bergaya di depan kamera, menurut Niki itu sangat menggemaskan. Sunoo memang sudah photogenic sejak kecil.

Sunoo duduk di ranjangnya, sedang Niki mengikuti Sunoo.

"Ini Biboo," Sunoo memegang boneka beruang berwarna kuning, sepertinya boneka itu ia namai Biboo.

Niki senyum, "ada namanya ya?"

"Ada! Harus punya nama dong Niki. Biboo ini yang sering dengerin semua keluh kesah aku."

Niki mendekat, kemudian mencubit pipi kiri Sunoo. Anak itu tentunya mengaduh kesakitan, "kenapa dicubit sih?!"

"Gapapa, lucu aja" Sunoo senyum, Niki juga.

"Tapi serius, Niki. Terkadang curhat sama benda mati lebih lega daripada sama manusia. Gak perlu takut untuk dihakimi, gak perlu takut untuk disalahkan," lanjut Sunoo.

Niki mengangguk, sepertinya menyetujui pernyataan Sunoo barusan.

"Mulai sekarang, kalau kamu mau cerita ke aku aja," Niki menatap mata Sunoo, menunjukkan kalau ia serius.

"Eh?"

"Iya, gak perlu takut untuk dihakimi atau disalahkan. Aku selalu ada di pihak kamu, kasih tau yang benar dan yang salah, okay?" Niki mengusak rambut Sunoo pelan, tatapan matanya semakin dalam ke arah Sunoo.

Sunoo ingin menangis saja rasanya, pacarnya kenapa sangat manis?

Sunoo akhirnya mengangguk, tidak kuat ditatap sebegitu dalamnya oleh pria di depannya.

"Iya Niki, makasih."

"Ga usah makasih, udah tugasku."

Sunoo merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia jika begini.

"Katanya ngantuk?" Niki bertanya setelah hening cukup lama.

Sunoo mengangguk, kemudian menidurkan dirinya di atas kasur dengan Niki yang duduk di pinggir ranjang.

Niki menggenggam tangan kiri Sunoo, mengelus punggung tangan Sunoo menggunakan ibu jari.

"Niki nggak dimarahin pulang terlalu malam?"

"Gapapa, ga bakal dicariin juga." Sunoo mengangguk saja mendengarnya, lalu mulai memejamkan matanya.

Sunoo bergumam sangat pelan sebelum tidur, "Sunoo sayang Niki."

Namun, suasana yang hening membuat Niki bisa mendengar perkataan Sunoo barusan.

Niki membalas, "Iya, aku lebih sayang Sunoo."

***

Hai, maaf yaa aku baru sempet up nih. Nungguin kelanjutan ceritanya nggak?

Jangan lupa voment ya! Kalau nggak nanti SunKi nya marah dan gamau foto kayak gini lagi:

gemes banget kan mereka, Sunoo ditatap begitu sama Niki ambyar ga ya? aku sih udah ga kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gemes banget kan mereka, Sunoo ditatap begitu sama Niki ambyar ga ya? aku sih udah ga kuat. Anw happy SunKi day walau telat hehehe.

sampai jumpa di chapter selanjutnya!

Menfess | Sunki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang