Lima hari telah berlalu. Meskipun berat hati, akhirnya Arsha mengikuti saran Ammar. Ia mencari perawat laki-laki di rumah sakit, khusus untuk merawatnya paska operasi patah tulang.
Ia tetap meminta Fiza datang, untuk menemani Ibunya, supaya Ibunya tidak kesepian. Yang membuat Arsha merasa bersalah adalah ketika Fiza mengatakan tidak mau menerima uang yang ia tawarkan. Fiza mengatakan ingin membalas kebaikan Arsha selama gadis itu menjadi karyawannya di toko.
Arsha merasa seperti orang yang telah 'membeli' kebaikan hati dan ketulusan seorang Fiza. Arsha masih ingat di malam sebelum ia akan operasi, Fiza membawakannya buku do'a dan motivasi seorang muslim dalam keadaan sakit.
Tanpa sepengetahuan Arsha, Fiza juga menelepon Ustadz Hilman dan Ustadz datang dengan beberapa orang santrinya. Ada Uda Iqbal, Kang Yahya dan Mas Luthfi. Mereka semua berdo'a bersama agar operasi Arsha berjalan lancar.
Alhamdulillah besok harinya operasi Arsha berjalan dengan baik, sesuai jadwal. Begitu sadar dari pengaruh obat bius, ia sudah sampai di kamar perawatan. Tidak putus kedua orang tuanya bersyukur pada Allah SWT.
Sayangnya, setiap Fiza datang, Arsha selalu dalam keadaan terlelap. Begitu ia terjaga, Ibu atau Ayahnya mengatakan Fiza tadi mampir atau gadis itu baru saja pulang. Arsha merasa Fiza seolah menghindar untuk bertemu dengannya.
"Aya kok nggak pernah nengok Mas Arsha kesini ?"
Bukan sekali ini Ibu menanyakan Aya. Arsha memang belum mengatakan sejujurnya. Sejak awal, Ibu telah menyukai Aya dan berharap memiliki menantu yang sama-sama dokter.
Ia diam sambil tetap membaca materi untuk persiapan ujian online. Sepertinya tidak mungkin ia menyembunyikan terus, kenyataan yang ada.
"Arsha dan Aya sudah putus, Bu."
Sendok yang sedang dipegang oleh Ibu, terjatuh.
"Ya Allah, apa benar Mas? Apa sudah nggak ada harapan kalian kembali bersama?"
Wajah Ibu bergelayut mendung dan kemudian menitikkan air mata. Inilah yang Arsha khawatirkan. Ibu sangat menyayangi Gayatri.
"Mimpiku dan Aya berbeda, Bu. Setelah lulus dan menyelesaikan program magang, Aya akan melanjutkan sekolah spesialis di Jepang. Sementara Arsha akan kembali mengabdi di desa. Maafkan Arsha Bu. Mungkin kami memang belum berjodoh."
Ibu menghapus derai air matanya dengan beberapa helai tissue.
"Ibu masih sayang sama Gayatri, Mas. Tiap Ibu kirim pesan, juga masih dibalas Gayatri dengan sopan. Apa Mas putus karena ada hubungan apa-apa dengan Fiza? Mungkin Gayatri cemburu dan mengira Mas selingkuh. Ibu tahu Fiza gadis yang baik, tapi ingat dia itu yatim piatu. Tidak ada sosok orang tua yang membimbing dia sejak kecil."
"Astaghfirulloh, Ibu. Fiza anaknya baik. Dia rajin sholat dan mengaji. Tolong Ibu jangan mengatakan dia seperti itu. "
Di depan pintu yang terbuka beberapa senti, seorang gadis baru akan mengetuk pintu.
Namun dia menghentikan langkah. Diurungkan niatnya untuk masuk. Rasanya ada berpuluh duri yang menusuk di hatinya. Tidak ada seorang pun yang ingin jadi anak yatim piatu. Apa begini rasanya mendengar kata-kata buruk tentang kita. Seperti halnya dia pernah mengatakan hal buruk di depan Ziyad.
Fiza kemudian pergi dan mengirimkan pesan ke Mas Arsha.
"Assalaamu'alaikum. Mas, maaf Fiza belum bisa temani Ibunya Mas. Mulai hari ini, Fiza sudah percobaan kerja di tempat lain. Semoga Mas Arsha cepat pulih. Salam takzim Fiza untuk Ayah dan Ibunya Mas Arsha. Wasallam."
Pesan terkirim.
Arsha yang sedang membuka ponsel, seperti mendengar langkah kaki di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK SURAT CINTA
Romance"Yang namanya Fiza Lathifa itu artinya angin yang menyejukkan, lemah lembut. Kamu justru kebalikannya. Kayak angin ribut." -Ammar- "Yang namanya Ammar itu juga laki-laki yang kuat imannya. Lah kamu lemah iman kayak begitu." -Fiza- "Aku akan belajar...