kau mengubahku
menjadi sosok yang baru
yang tak lagi terpaku
pada pusaran masa lalukau sentuh hati dengan hati
membasuh perih dengan kasih
mengobati luka dengan cinta
mengubah duka jadi tawaBersamamu ku rela,
bermetamorfosa,
mengepakkan sayap berdua,
menghadapi dunia dengan penuh cinta***
(Khusus 21 tahun ke atas..)🙏🙏
***
*Setelah 90 hari*
Cup...
"Mmmm..."
Cara ampuh membangunkan Fiza di pagi hari adalah dengan mencium kedua pipinya yang sudah mulai berisi.
Fiza memincingkan mata dan mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. Ada bulu mata lentik yang selalu membuat hati Ammar berdebar melihatnya.
Ketika bulu mata itu perlahan membuka, seolah ada sayap kupu-kupu beraneka warna beterbangan memenuhi penjuru ruangan. Terkadang ia masih seperti bermimpi.
Tetapi saat jemari Ammar menyentuh kening, hidung dan bibir Fiza yang mungil, semua angannya menjelma jadi nyata.
"Assalaamu'alaikum bidadari, bangun yuk. Sudah mau Shubuh, Sayang."
Klik.
Fiza mengambil bantal dan menutup wajahnya, malu.
"Mas Ammar jahat. Akunya masih buruk rupa kayak gini, difoto."
Ammar punya hobi baru, memfoto Fiza tanpa blitz di bagian tertentu dari wajah Fiza.
Misal, pipinya Fiza atau matanya. Itu jadi hiburan tersendiri yang bisa membuat rindu Ammar terobati, ketika banyak pekerjaan menumpuk di perusahaan. Kini Ammar telah fulltime mengurus perusahaan orangtuanya.
Meskipun iklim usaha kini sedang lesu, apapun itu berusaha Ammar lakukan. Ada lebih dari 400 orang karyawan yang menitipkan harapan untuk menafkahi keluarga mereka.
"Mas, hapus fotonya." Fiza merajuk.
"Nggak mau. Bagus kok. Tetap sweet meski baru bangun tidur." Ammar memamerkan deretan giginya yang rapi.
Akhirnya terjadilah drama menjelang Shubuh. Keduanya kejar-kejaran di kamar, berebut ponsel yang digunakan Ammar untuk memotret Fiza.
Tiga bulan paska operasi, kondisi Fiza semakin baik. Dokter Irsyad memuji keputusan Fiza yang didukung oleh suaminya, untuk memilih tindakan operasi sebelum ukuran tumornya semakin besar.
Keluhan penglihatan kabur yang dirasakan Fiza, baru muncul satu bulan terakhir. Keluhannya pun kadang hilang timbul. Setelah operasi, dokter mata yang dikonsulkan oleh dokter Irsyad, menilai saraf mata Fiza masih aman dan kini penglihatannya mulai berangsur-angsur normal.
Hasil pemeriksaan jaringan patologi anatomi juga menunjukkan tumornya termasuk jinak. Keduanya tidak henti bersyukur karena limpahan pertolongan dan kasih sayang Allah telah mereka rasakan. Terutama setelah mereka menikah.
Semenjak menemani Fiza di rumah sakit, Ammar sudah berniat ingin tinggal berdua dengan Fiza dan hidup mandiri. Bertahun-tahun lalu ketika ia telah lulus kuliah dan bekerja di Jerman, Ammar sudah menitipkan uang ke Mama untuk membeli tanah. Ternyata Mama membelikan lokasi yang pas, tepat di seberang rumah Eyang.
Satu bulan setelah Fiza diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Ammar mulai membangun istana kecil miliknya dan Fiza. Istrinya luar biasa antusias melihat maket rumah yang dibuat oleh Adi, teman SMA Ammar yang kini menjadi arsitek. Hampir setiap dua pekan sekali, keduanya menengok calon rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK SURAT CINTA
Romantizm"Yang namanya Fiza Lathifa itu artinya angin yang menyejukkan, lemah lembut. Kamu justru kebalikannya. Kayak angin ribut." -Ammar- "Yang namanya Ammar itu juga laki-laki yang kuat imannya. Lah kamu lemah iman kayak begitu." -Fiza- "Aku akan belajar...